Yohanes Paulus II: Penghujatannya terhadap Roh Kudus & Korban-Korban Rohaninya
Juli 1, 2023
SUPPORT
Copy Link
https://endtimes.video/id/yohanes-paulus-ii-penghujatan-terhadap-roh-kudus/
Copy Embed
vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia

| |

Bruder Peter Dimond, OSB

Di dalam no. 6 dari surat ensiklik pertamanya, Redemptor Hominis, Yohanes Paulus II berkata demikian:

Yohanes Paulus II, Redemptor Hominis (#6), 4 Maret 1979:
“Tidakkah hal ini kadang kala terjadi, yaitu keyakinan yang teguh dari para penganut agama-agama non-Kristiani – keyakinan ini sendiri yang juga berasal dari Roh Kebenaran, yang berkarya di luar batas-batas yang kelihatan dari Tubuh Mistis – dapat membuat umat Kristen merasa malu sebab mereka sendiri sedemikian seringnya cenderung meragukan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Allah ....”

Ini adalah bidah dan penghujatan yang luar biasa. Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa keyakinan yang teguh dari para penganut agama-agama non-Kristiani berasal dari Roh Kudus. Dan kalau-kalau orang hendak mempermasalahkan perkara terjemahan, mari kita kutip terjemahan teks ini yang dibuat oleh “Konferensi Waligereja Indonesia”.  Terjemahan mereka menyatakan:

Yohanes Paulus II, Redemptor Hominis (#6, 4 Maret 1979:
“Tidakkah kadang-kadang terjadi, bahwa keyakinan iman para pemeluk agama-agama bukan-Kristen - iman yang juga merupakan buah Roh kebenaran yang berkarya di luar batas-batas kelihatan Tubuh Mistik
- dapat memalukan umat Kristen, karena mereka sendiri seringkali begitu mudah untuk menyangsikan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Allah ....”[1]

Siapa pun bisa melihat bahwa bidah yang diajarkannya ini sangat jelas. Yohanes Paulus II secara keliru mengajarkan bahwa keyakinan akan agama-agama non-Kristiani merupakan buah Roh Kebenaran, walaupun sebenarnya merupakan buah roh kebohongan, yaitu Iblis. Sekarang, mari kita melihat sekilas teks dokumen ini dalam bahasa Latin, di mana bidah dan penghujatan Yohanes Paulus II juga terlihat dengan jelas.

Nonne interdum firma persuasio non christianas religiones profitentium - quae et ipsa procedit a Spiritu veritatis, extra fines aspectabiles Corporis mystici operante - forsitan confundat Christianos, ad dubitandum de veritatibus a Deo revelatis et ab Ecclesia nuntiatis saepe tam proclives ac tam pronos ad infirmanda principia doctrinae moralis et ad aperiendam viam licentiae cuncta in re ethica permittendi?...

  • Di dalam teks bahasa Latinnya, Yohanes Paulus II merujuk kepada firma persuasio - yang berarti keyakinan yang teguh atau kepercayaan yang teguh. Ia juga menggunakan kata profitentium, sebuah partisip masa kini dalam bentuk genitif yang berarti dari mereka yang menganut. Maka Yohanes Paulus II sedang merujuk kepada kepercayaan atau keyakinan yang teguh dari mereka yang menganut.
  • Objek dari kata profitentium dalam teks ini adalah non christianas religiones - yaitu agama-agama non-Kristiani. Ia dengan demikian merujuk kepada keyakinan yang teguh dari orang-orang yang menganut agama-agama non-Kristiani.
  • Dia kemudian menggunakan kata quae, sebuah kata ganti penghubung; dalam bahasa Indonesia, kata ini dapat diterjemahkan sebagai yang. Kata quae dalam konteks ini bersetuju dengan firma persuasio, sama halnya dengan ipsa, sebuah kata ganti intensif (yang berarti dirinya sendiri). Jadi, quae et ipsa procedit dapat diterjemahkan menjadi, keyakinan ini sendiri yang juga berasal.
  • Lantas, keyakinan teguh dari mereka yang menganut agama-agama non-Kristiani berasal dari siapa, menurut Yohanes Paulus II? Keyakinan itu menurutnya berasal a Spiritu Veritatis - yaitu dari Roh Kebenaran.

Itu adalah kesesatan total dan sebenarnya merupakan penghujatan terhadap Roh Kudus. Roh Kebenaran tidak mungkin menjadi pencipta kesalahan dan Roh itu tidak akan membimbing orang untuk percaya pada agama-agama yang sesat, doktrin yang sesat ataupun ilah yang palsu. Semua agama non-Kristiani adalah agama sesat, dan “ilah-ilah” palsu mereka adalah roh-roh jahat menurut Mazmur 95:5 dan 1 Korintus 10:20.   

Mazmur 95:5 - “Segala ilah orang-orang pagan adalah roh-roh jahat ….”

1 Tawarikh 16:26 - “Sebab segala ilah bangsa-bangsa adalah berhala: tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit.”

1 Korintus 10:20 - “Tetapi hal-hal yang dipersembahkan oleh para penyembah berhala adalah persembahan kepada roh-roh jahat dan bukan kepada Allah. Dan aku tidak ingin kalian menjadi sekutu roh-roh jahat.”

Beberapa orang mungkin mengajukan penolakan yang lemah bahwa Yohanes Paulus II hanya merujuk kepada keyakinan yang teguh akan aspek-aspek agama-agama non-Kristiani yang menjunjung tinggi hukum kodrat. Pandangan semacam itu tentunya adalah adalah omong kosong yang tidak berdasar. Yohanes Paulus II tidak berkata demikian. Dia merujuk kepada keyakinan yang teguh dari para penganut agama-agama non-Kristiani.

Keyakinan yang teguh akan agama non-Kristiani tentu saja mencakup keyakinan orang tersebut akan ilah palsu yang mungkin satu atau lebih jumlahnya - dan doktrin-doktrin inti dari agama non-Kristiani itu.  Memang benar, komitmen teguh yang dimiliki seseorang terhadap agama non-Kristiani bersumber dari keyakinan orang tersebut terhadap klaim-klaim terpenting dari agama itu, seperti “ilah” palsu disembah agama tersebut.  “Kepercayaan” sesat orang tersebut terhadap agama itu terkait erat dengan doktrin-doktrin sesat dan penyembahan berhala dalam agama sesat tersebut.  

Yohanes Paulus Il, si penghujat itu, mengajarkan bahwa Roh Kudus mengilhami kepercayaan akan ilah-ilah palsu dan doktrin-doktrin sesat.

Nonne interdum firma persuasio non christianas religiones profitentium - quae et ipsa procedit a Spiritu veritatis, extra fines aspectabiles Corporis mystici operante - forsitan confundat Christianos, ad dubitandum de veritatibus a Deo revelatis et ab Ecclesia nuntiatis saepe tam proclives ac tam pronos ad infirmanda principia doctrinae moralis et ad aperiendam viam licentiae cuncta in re ethica permittendi?...

  • Dalam konteks ini Yohanes Paulus II juga menggunakan kata operante, sebuah partisip masa kini ablatif dalam bentuk tunggal maskulin, yang berarti bekerja atau berkarya.
  • Operante dalam konteksnya setuju dengan Spiritu, kata benda tunggal maskulin dalam kasus ablatif

Jadi, Yohanes Paulus II secara langsung mengajarkan bahwa keyakinan yang teguh dari para penganut agama-agama non-Kristiani, keyakinan ini sendiri berasal dari Roh Kebenaran yang sedang bekerja/berkarya. Ajarannya ini jelas adalah bidah yang tidak dapat dibela, dan semakin membuktikan bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang Anti-Paus non-Katolik dan seorang bidah manifes. 

Kami seharusnya tidak perlu mengutip ajaran Katolik untuk membantah bidah yang diajarkannya.  Kesesatan pernyataan Yohanes Paulus II seharusnya sudah jelas. 

Namun, coba pertimbangkan bahwa dalam Konsili Orange Kedua pada tahun 529 yang membahas tentang rahmat, ada ajaran bahwa manusia memerlukan pencerahan dan ilham Roh Kudus untuk menerima kebenaran yang terkait dengan keselamatan kekal - dan karena itu, manusia perlu pencerahan dan ilham Roh Kudus untuk mempunyai keyakinan yang teguh akan iman yang benar.   

Konsili Orange II, 529, Kanon 7:
"Barang siapa menyatakan bahwa kita dapat membentuk segala macam pendapat yang benar atau membuat segala macam pilihan yang benar terkait keselamatan hidup kekal, sebagaimana berfaedah bagi diri kita, atau bahwa kita dapat diselamatkan, yaitu setuju dengan pengkhotbahan Injil melalui daya kodrati kita tanpa pencerahan dan ilham Roh Kudus ... ia disesatkan oleh roh yang bidah ....”

Maka keyakinan yang teguh akan iman yang benar berasal dari ilham Roh Kudus. Tetapi, Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa ilham Roh Kudus diberikan kepada orang-orang non-Kristiani agar mereka percaya dengan teguh akan agama-agama non-Kristiani dan ilah-ilah palsu. Ini adalah bidah - dan penghujatan! 

Seperti yang dinyatakan oleh Paus Leo XIII dalam surat ensiklik Providentissimus Deus pada tahun 1893, terkait ilham Roh Kudus:

Paus Leo XIII, Providentissimus Deus (#20), 1893: 
“ … ilham Ilahi pada hakikatnya memustahilkan segala kesalahan, namun juga sedemikian niscayanya memustahilkan dan menolak segala kesalahan, sebagaimana Allah, yang merupakan Kebenaran yang terluhur, niscaya sama sekali bukan pencipta kesalahan apa pun. Demikianlah iman yang kuno dan tak berubah milik Gereja ....”

Coba pertimbangkan pula betapa spesifik cara yang digunakan Yohanes Paulus II untuk mengajukan penghujatannya. Seperti yang telah disebutkan, Yohanes Paulus II menggunakan kata-kata quae et ipsa – yang dalam konteks ini dapat diterjemahkan sebagai keyakinan ini sendiri juga yangDia menggunakan kata ipsa, yaitu kata ganti penghubung, untuk membuat penghujatannya yang sangat kurang ajar jelas-jelas tertera.

Ia demikian pula tidak hanya merujuk kepada perasaan positif tentang agama non-Kristiani sebagai suatu hal yang berasal dari Roh Kebenaran – dan kalaupun benar, pernyataan semacam itu sendiri benar-benar buruk. Namun ia secara amat spesifik merujuk kepada keyakinan yang teguh dari para penganut agama-agama non-Kristiani. Yohanes Paulus II seolah-olah dengan niat jahat Setan ingin mengajarkan bidahnya secara amat spesifik, sehingga orang-orang yang di kemudian hari menghormatinya dapat menjadi terkutuk karena telah melakukannya. Hal ini konsisten dengan modus operandinya. Dia ingin menghina Roh Kudus. Itulah segala tujuan Yohanes Paulus II.

Pada tanggal 4 Februari 2019, Anti-Paus Fransiskus membuat kehebohan dan dikritik secara benar karena mengajarkan bidah yang serupa dalam sebuah pernyataan bersama dengan seorang Imam Muslimin. Di dalam pernyataan tersebut, Fransiskus dan Imam Muslimin itu menyatakan bahwa keragaman agama adalah kehendak Tuhan. 

Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, 4 Februari 2019:
"Pluralisme dan keragaman agama
, warna kulit, jenis kelamin, ras, dan bahasa dikehendaki Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Ia menciptakan umat manusia.”[2]

Pernyataan Fransiskus jelas merupakan bidah dan setara dengan kemurtadan. Dia tidak hanya mengajarkan bahwa Tuhan menolerir keragaman agama, namun juga bahwa Tuhan secara positif menghendaki keragaman agama - karena dalam kalimat yang sama Fransiskus merujuk kepada bagaimana Tuhan menghendaki perbedaan jenis kelamin.

Dan seperti yang baru saja kita lihat, Anti-Paus Yohanes Paulus II telah secara resmi mengajarkan jenis bidah yang sama dalam surat ensikliknya yang pertama. Namun, meskipun ada banyak sekali kaum tradisionalis palsu yang teperdaya, yang berpikir bahwa Fransiskus sangat buruk, dan mereka benar tentang hal itu, mereka tetap berpikir bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang "santo". Kenyataan ini adalah suatu aspek kunci dari penipuan akhir zaman serta penghormatan yang diberikan kepada gambar Binatang dalam Kitab Wahyu.

Wahyu 13:14 – “ ... ia menipu umat-Ku sendiri yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”       

Patut dicatat pula bahwa dalam bagian yang sama dari surat ensikliknya yang bidah, yang berjudul Redemptor Hominis, Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa pendekatan kepada para wakil agama-agama bukan Kristen harus dilakukan melalui aktivitas seperti doa bersama.

Yohanes Paulus II, Redemptor Hominis (#6),
“Apa yang baru saja kami sampaikan itu harus diterapkan juga-kendati secara lain dan dengan mengindahkan perbedaan-perbedaan - pada usaha-usaha mendekati para wakil agama-agama bukan-Kristen, kegiatan yang diwujudkan melalui dialog, hubungan-hubungan, doa bersama, penelitian tentang harta-kekayaan spiritualitas manusiawi, yang seperti kita ketahui, terdapat juga pada para penganut agama-agama itu. Tidakkah kadang-kadang terjadi, bahwa keyakinan iman para pemeluk agama-agama bukan-Kristen - iman yang juga merupakan buah Roh kebenaran yang berkarya di luar batas-batas kelihatan Tubuh Mistik - dapat memalukan umat Kristen, karena mereka sendiri seringkali begitu mudah untuk menyangsikan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Allah ....”

Ajarannya itu sesat dan secara resmi mendukung dosa berat. Gereja, melalui para Paus yang sejati, melarang doa bersama dengan perwakilan dari agama-agama non-Kristiani.

Paus Pius XI, Mortalium Animos (# 2), 6 Jan. 1928, mengutuk perkumpulan-perkumpulan antaragama:
“Oleh sebab itu, mereka mengadakan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, konferensi-konferensi yang dihadiri oleh para hadirin yang cukup banyak jumlahnya; orang-orang tersebut mengundang untuk berdiskusi semua orang tanpa pandang bulu, orang-orang kafir dari segala kalangan, orang-orang Kristiani … Upaya-upaya semacam itu sama sekali tidak boleh disetujui oleh orang-orang Katolik, karena upaya-upaya tersebut berlandaskan pendapat yang sesat bahwa semua agama kurang lebih baik dan patut dipuji … Orang-orang tersebut bukan hanya sepenuhnya tersesat di dalam kesalahan, tetapi orang-orang yang menganut opini semacam itu juga menolak agama yang sejati; mereka menyesatkan gagasan tentang agama sejati … Jelas sekali, oleh karena itu, bahwa dengan bergabung bersama para pendukung dan penyebar doktrin-doktrin semacam itu, seseorang sepenuhnya meninggalkan agama yang diwahyukan secara ilahi.”

Ajaran resmi Yohanes Paulus II yang menghendaki doa bersama dengan para wakil agama-agama non-Kristiani semakin membuktikan bahwa ia tidak mengakui iman sejati, dan karena itu tidak boleh dianggap telah menjadi anggota Gereja Katolik ataupun Paus yang valid.

Paus Pius XII, Mystici Corporis Christi (#22), 29 Juni 1943:
“Tetapi, orang-orang yang kenyataannya terhitung sebagai anggota Gereja hanyalah mereka yang telah menerima permandian kelahiran kembali dan mengakui iman sejati ....”

Kesesatan dan penghujatan yang diungkapkan Yohanes Paulus II terhadap Roh Kudus terkait agama-agama non-Kristiani dipercontohkan di sepanjang masa kepimimpinannya sebagai Anti-Paus melalui perbuatan-perbuatan dosa beratnya yang berulang-ulang kali: kekejian di Asisi, berbagai macam bidahnya dan perwujudan indiferentisme keagamaannya, puji-pujian yang diungkapkannya berulang kali untuk agama-agama sesat, dll.

Ada banyak orang di luar sana yang berpikir bahwa mereka adalah orang Katolik yang terinformasi, tradisional atau konservatif, namun mereka menganggap pemurtad non-Katolik Yohanes Paulus II itu sebagai seorang santo. Mereka benar-benar teperdaya. Kalau seseorang menganggap Yohanes Paulus II sebagai santo – meskipun orang itu hanya punya pengetahuan yang mendasar tentang indiferentisme keagamaan Yohanes Paulus II atau perbuatan-perbuatannya yang terkait, orang semacam itu terlibat dalam dosa berat dan penolakan terhadap iman Katolik.

Ini adalah aspek kunci dari penipuan apokaliptik dan nubuat tentang binatang akhir zaman, serta penghormatan yang diberikan kepada gambar raja Romawi pagan yang terluka - yaitu sang Antikristus.

Wahyu 13:3 - “Salah satu dari kepala-kepalanya [yakni, salah satu dari tujuh raja Roma yang terkait dengan sang Pelacur Babel – lihat Why. 17] tampak memiliki luka yang mematikan, tetapi luka yang mematikannya itu sembuh, dan seluruh bumi takjub seraya mengikuti sang binatang.”

Wahyu 13:14 – “ ... ia menipu umat-Ku sendiri yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”       

Kenyataannya, menimbang jati diri Anti-Paus Yohanes Paulus II, masuk akal kalau ia akan memilih untuk menghujat Roh Kudus dalam surat ensikliknya yang pertama. Di dalam surat ensiklik yang sama ini, ia juga mendefinisikan Kekristenan dan Injil sebagai rasa takjub akan manusia!  Ini tentunya adalah penghujatan Antikristus.

Sangat menarik pula bahwa Yohanes Paulus II dalam konteks ini menggunakan istilah Roh Kebenaran untuk merujuk kepada Roh Kudus. Kami percaya bahwa hal itu disengajakannya supaya penghujatannya menjadi lebih dahsyat. 

Istilah Roh Kebenaran berasal dari Yohanes 16 di mana Kristus yang sejati merujuk kepada Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran yang akan memimpin para Rasul dan Gereja-Nya ke dalam seluruh kebenaran.  Jadi, istilah ini merujuk kepada Roh yang memimpin orang kepada Kekristenan. 

Yohanes 16:13 - “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”

Namun, sang Antikristus, yaitu gambar binatang akhir zaman, yakni Yohanes Paulus II, memastikan supaya dirinya dalam surat ensikliknya yang pertama mengajarkan bahwa roh kebenaran memimpin orang supaya percaya akan agama-agama non-Kristiani – yaitu agama-agama sesat dari iblis. 

Inilah pula alasan Yohanes Paulus II dalam homilinya yang pertama mendeklarasikan bahwa pernyataan Matius 16:16 - di mana Santo Petrus berkata demikian tentang Yesus: Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup - berlaku untuk kebenaran tentang MANUSIA.

Yohanes Paulus II, Homili Pertama, 22 Oktober 1978:
‘Anda semua yang masih sedang mencari Allah, anda semua yang telah mengalami nasib baik yang tak ternilai untuk percaya, dan juga anda yang tersiksa oleh keraguan: mohon anda mendengarkan sekali lagi, pada hari ini, di tempat suci ini, kata-kata yang diucapkan oleh Simon Petrus. Di dalam kata-kata itulah termuat iman Gereja. Di dalam kata-kata yang sama itulah termuat kebenaran yang baru, bahwasanya, kebenaran yang pokok dan pasti tentang manusia – ‘Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup.”

Itu adalah bidah dan penghujatan Antikristus!

Termasuk dalam kaum tradisionalis palsu atau kaum konservatif palsu yang teperdaya, yang mengganggap Anti-Paus Yohanes Paulus II sebagai seorang santo, adalah sebagai berikut: Michael Voris dan organisasi “Church Miltant”; para imam palsu dari Serikat Santo Petrus; orang-orang di saluran televisi EWTN; "Catholic Answers"; Mark Goring; Michael Matt; Taylor Marshall; Saint Benedict Center; Organisasi Berita Lifesitenews; dan masih banyak lagi orang lainnya.

Meskipun mereka menyatakan beberapa hal yang benar, semua orang itu sayangnya adalah guru-guru sesat yang berada dalam jalan menuju Neraka. Mereka berada dalam kegelapan. Mereka terlibat dalam dosa berat dan penolakan terhadap Perintah Allah yang Pertama karena mereka sedang menghormati seorang bidah dan pemurtad yang terkenal jahat yang memeluk penyembahan berhala, menghujat Roh Kudus, mengajarkan indiferentisme keagamaan dan ekumenisme sesat, mengajarkan keselamatan universal, mengajarkan bahwa manusia adalah Allah dan masih banyak lagi. Semuanya itu didokumentasikan dalam materi kami.

Kalau anda mendengar ada orang yang berpikir bahwa Yohanes Paulus II adalah seorang santo atau orang baik-baik, ketahuilah bahwa orang tersebut berada dalam kegelapan. Namun karena Fransiskus telah secara khidmat “menganonisasikan” Yohanes Paulus II, satu-satunya cara untuk secara konsisten menolak Yohanes Paulus II sebagai orang yang jahat sebagaimana dirinya itu - dan hal ini memang harus dilakukan - adalah dengan menolak Fransiskus pula sebagai Anti-Paus non-Katolik, dan memang benar demikian adanya.

Itulah sebabnya penting untuk memeluk posisi sedevantis, posisi Katolik yang benar pada masa Kemurtadan Besar ini.

Santo Robertus Bellarminus, De Romano Pontifice, II, 30: “Seorang Paus yang adalah bidah secara manifes [terang-terangan] secara otomatis berhenti menjadi Paus dan kepala, layaknya ia berhenti menjadi seorang Kristiani dan seorang anggota dari tubuh Gereja. Maka dari itu, ia dapat dihakimi dan dihukum oleh Gereja. Ini adalah ajaran dari semua Bapa Kuno yang mengajarkan bahwa para bidah manifes langsung kehilangan semua yurisdiksi.”

St. Robertus Bellarminus: “Prinsip ini adalah prinsip yang teramat pasti. Seorang non-Kristiani sama sekali tidak dapat menjadi Paus, seperti yang diakui oleh Gaetanus sendiri (ib. C. 26). Alasan untuk hal ini adalah ia tidak bisa menjadi kepala dari sesuatu yang di dalamnya ia bukan seorang anggota; akan tetapi, barang siapa bukan seorang Kristiani bukanlah anggota Gereja, dan seorang bidah manifes bukan seorang Kristiani seperti yang diajarkan secara jelas oleh St. Siprianus (lib. 4, epist. 2), St. Atanasius (Scr. 2 cont. Arian), St. Agustinus (lib. De grat. Christ. Cap. 20), St. Hieronimus (contra Lucifer.) dan lain-lain; maka, seorang bidah manifes tidak dapat menjadi Paus.”

St. Fransiskus De Sales (abad XVII), Doktor Gereja: “Tetapi sewaktu ia [Sri Paus] adalah seorang bidah secara eksplisit, ia secara ipso facto jatuh dari pangkatnya dan berada di luar Gereja ....”

St. Antoninus (1459): “Dalam kasus di mana Sri Paus menjadi seorang bidah, ia akan mendapati dirinya, oleh karena kenyataan itu sendiri dan tanpa vonis lainnya, terpisah dari Gereja. Sebuah kepala yang terpisah dari sebuah tubuh tidak mungkin, selama kepala itu tetap terpisahkan, merupakan kepala dari tubuh yang sama, yang darinya kepala itu terpenggal. Maka dari itu, seorang Paus yang akan terpisah dari Gereja akibat bidah, ia, akibat kenyataan itu sendiri, akan berhenti sebagai kepala Gereja. Ia tidak dapat menjadi seorang bidah dan tetap menjadi Paus, sebab, karena ia berada di luar Gereja, ia tidak dapat memiliki kunci-kunci Gereja.”

Paus Paulus IV, Cum ex Apostolatus Officio, 15 Februari 1559:
“ … agar Kami tidak akan mendapatkan kemalangan untuk melihat sang Pembinasa keji, yang telah dibicarakan oleh sang nabi Daniel, di dalam Tempat Suci … Kami memberlakukan, menetapkan, mendekretkan dan mendefinisikan bahwa jika pada waktu kapan pun tampak bahwa Uskup mana pun … sebelum promosinya atau pengangkatannya sebagai Kardinal atau Paus Roma, telah menyimpang dari Iman Katolik atau jatuh ke dalam suatu bidah … promosi atau pengangkatan tersebut, bahkan jika tidak ditentang dan tercapai lewat persetujuan yang bulat suara dari semua Kardinal, tidak sah, batal, dan tidak bernilai ….”

Inilah pula sebabnya materi yang kami buat sekitar 15 atau 20 tahun lalu berdasarkan penelitian yang ekstensif - yang secara rinci mendedahkan bidah-bidah yang diajarkan Yohanes Paulus II, Benediktus XVI, dan para Anti-Paus Vatikan II lainnya - sangat penting adanya. Orang-orang yang tidak akrab dengan fakta-fakta dan presentasi-presentasi ini sering kali tidak tahu apa yang perlu mereka ketahui untuk memiliki pemahaman yang mendasar dan tepat tentang situasi masa kini.

Situasi itu adalah Roma telah kehilangan iman dan menjadi takhta sang Antikristus sesuai dengan nubuat dan bahwa sekte Vatikan 2 bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan, yaitu Pelacur Babel.

Bunda Maria dari La Salette, 19 September 1846:
"Roma akan kehilangan iman dan menjadi takhta sang Antikristus.”

Wahyu 17:4-5 - “Dan wanita itu didandani dengan kain ungu dan kain merah padam dan dihiasi dengan emas dan batu permata dan mutiara, sambil memegang cawan emas di tangannya yang penuh dengan kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya ada tertulis suatu nama, suatu misteri: ‘Babel yang agung, Ibu dari para pelacur dan dari kekejian bumi.’”

Binatang Kekaisaran Romawi pagan telah kembali dan mengambil alih struktur fisik Gereja Katolik, sebagai penggenapan langsung dari nubuat apokaliptik tentang kembalinya Binatang yang dahulu ada.

Wahyu 18:2 - “’Sudah jatuh, sudah jatuh, Babel yang agung! Dan ia telah menjadi tempat tinggal para iblis dan penjara segala roh yang najis, dan penjara setiap burung yang najis, dan penjara setiap binatang yang najis dan yang dibenci.’”

Sang Binatang = Roma Pagan

 Wahyu 17:8 - “Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.”  

Inilah pula sebabnya begitu banyak kaum konservatif palsu dan tradisionalis palsu terkejut dan berada dalam keadaan heran dan takjub akibat apa yang terjadi di Roma. Hal itu dinubuatkan dalam Kitab Wahyu. Mereka akan keheranan karena mereka akan melihat binatang itu - yaitu Roma pagan - yang pada zaman dahulu melawan Gereja kuno dan kemudian digantikan oleh Eropa Kristiani, dan pada akhir zaman datang kembali.

Gereja Katolik, Gereja Kristus yang satu dan sejati yang diperlukan untuk keselamatan, masih ada dalam sisa umat Katolik tradisional yang sejati.

Catatan kaki:

[1] Surat ensiklik Redemptor Hominis dari Anti-Paus Yohanes Paulus II, seturut terjemahan “Konferensi Waligereja Indonesia” ke dalam bahasa Indonesia, hal. 15.

[2] Dilansir dari situs “Konferensi Waligereja Indonesia”, Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Beragama, http://www.dokpenkwi.org/wp-content/uploads/2019/12/Dokumen-Abu-Dhabi.pdf

SHOW MORE



4:49
Kitab Suci Mengajarkan Bahwa Sedikit Orang yang Diselamatkan
4 tahun lalu
6:38
Kesetiaan dalam Hal-Hal Kecil
3 tahun lalu
26:41
SSPX, CMRI & Fransiskus vs Ajaran Kepausan yang Otoritatif
2 tahun lalu
6:13
Fransiskus Marah karena Orang Masuk Katolik
4 bulan lalu
2:39
Anti-Paus Fransiskus Berkata kepada Seorang Homoseksual bahwa Ia Diciptakan Seperti Itu
2 tahun lalu
1:14:07
“Ortodoksi” Timur Terbongkar: Doktrin Sesat Mereka tentang Allah
1 tahun lalu
2:16
Fransiskus tentang Amoris Laetitia: “Tidak Ada Interpretasi Lain” Selain “Komuni” bagi Pezina
2 tahun lalu
7:18
Fransiskus Berpartisipasi dalam Doa kepada Roh-Roh Jahat
2 tahun lalu
22:32
Mengapa Fransiskus Tidak Boleh Dianggap Paus
3 tahun lalu
29:23
Benediktus XVI:  Paus Sejatikah Dia?
1 tahun lalu
7:39
Ketundukkan kepada Paus Roma & Perlunya Pembaptisan
2 bulan lalu
48:10
Mengapa Bunda Teresa Bukan Seorang Santa
2 tahun lalu
10:04
Benediktus XVI Mengenakan Bintang Daud!
3 tahun lalu
1:35
Fransiskus “Memberkati” Serikat Sipil Zina Mantan Presiden Kolombia
2 tahun lalu
26:47
Dilarang Misa Latin atau Berdoa bagi Orang Non-Katolik yang Meninggal – Ajaran Kepausan
2 tahun lalu