vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia | |
Gereja Vatikan II Tidak Katolik | Iman & Doktrin | Kitab Suci & Apologetika | Nubuat & Wahyu | Sejarah Bruder Peter Dimond, OSB Di dalam Maleakhi 2:2, kita melihat firman Allah kepada para imam yang tidak taat: “Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian.” Di dalam video ini kami akan membahas, antara lain, bagaimana ayat ini mengandung nubuat yang berlaku kepada perbuatan yang baru-baru ini dilakukan oleh Anti-Paus Fransiskus.
Kami juga akan mengulas bagaimana salah seorang Paus terhebat dalam sejarah Katolik, mengutip ayat Kitab Suci ini seturut Penyelenggaraan ilahi, dalam konteks spesifik untuk menegakkan ajaran Gereja Katolik, bahwa orang-orang yang mewujudkan ketidaktaatan tidak boleh diberi berkat. Sebelum kami membahasnya, berikut ulasan peristiwa yang terjadi. Di tanggal 18 Desember 2023, terjadi salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah dunia. Anti-Paus Fransiskus, pria yang secara palsu mengaku-ngaku Paus dan pemimpin Gereja Katolik, secara resmi menyetujui deklarasi Fiducia Supplicans, yang mengizinkan pasangan sesama jenis diberi “berkat” dalam Sekte Vatikan II. Ini adalah peristiwa apokaliptik. Makna peristiwa ini luar biasa dan sungguh jelas bagi mereka yang paham perkataan wahyu ilahi tentang aktivitas homoseksual. Meskipun kami tentunya mengharapkan pertobatan bagi mereka yang terlibat dalam perbuatan itu, aktivitas homoseksual dikutuk oleh Allah dan Gereja Katolik, sebagai perbuatan dosa berat dan salah satu dosa yang berteriak ke Surga. Di dalam video ini saya ingin membahas beberapa informasi yang sangat penting tentang perkara ini. Bagi mereka yang belum tahu, Sekte Vatikan II yang beroperasi di bawah kepemimpinan Anti-Paus Fransiskus bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan, Pelacur Babel, seperti yang dijelaskan dalam materi kami. Sebelum kami di sini membahas beberapa prinsip utama, harap dicatat bahwa pada tanggal 2 Oktober 2023 (hanya beberapa bulan lalu), tanggapan Anti-Paus Fransiskus pada 11 Juli terhadap beberapa dubia atau keraguan telah dibuat publik. Salah satu pertanyaan yang diajukan berkenaan “pemberkatan” untuk kemitraan sesama jenis. Tanggapan Fransiskus terhadap pertanyaan tersebut (yang dikeluarkan pada bulan Oktober) membuka pintu untuk “memberkati” kemitraan sesama jenis karena tanggapannya tidak berkata bahwa perbuatan itu dilarang. Tanggapan itu bahkan memungkinkan setiap “imam” untuk memutuskan apabila pemberkatan harus diberikan. Kami telah membahas perkara itu dalam sebuah video singkat pada awal Oktober lalu. Kami memberi tahu orang-orang tentang kenyataannya, dan dengan jujur melaporkan fakta-faktanya. Namun, sebagai balasannya, berbagai orang pembohong dan pembela Anti-Paus yang bidah itu berkata demikian, “Oh, bukan, bukan, Fransiskus sama sekali tidak mengizinkan hal semacam itu, dan siapa saja yang mengklaim bahwa dia melakukannya bersaksi dusta.” Faktanya, pembela Anti-Paus satanik ini, yang sebenarnya hanya juru bicara Setan, pada waktu itu mengklaim, bahwa tanggapan Fransiskus yang dikeluarkan pada awal Oktober, hanya mengizinkan pemberkatan bagi individu-individu, dan bukan bagi pasangan sesama jenis. Pada bulan Oktober dan November 2023, sebelum Fiducia Supplicans diterbitkan pada bulan Desember, si bidah ini menentang “pemberkatan” untuk “pasangan” sesama jenis.
Di bulan Oktober, ia mengakui bahwa “memberkati” pasangan sesama jenis, akan setara menyetujui aktivitas sesama jenis, yang memang sudah jelas. Sekitar waktu itu, dia juga mengakui bahwa “pemberkatan” pasangan sesama jenis adalah yang pada waktu itu sedang dilakukan oleh para “uskup” radikal asal Jerman, yang menurut anggapannya bertentangan dengan ajaran Katolik.
Itu terjadi sebelum si juru bicara Setan dan orang-orang lain seperti dirinya, sadar bahwa Anti-Paus Fransiskus akan secara resmi dan spesifik menyetujui “pemberkatan” bagi “pasangan” sesama jenis, yang dilakukan Anti-Paus Fransiskus dalam Fiducia Supplicans pada bulan Desember. Ketika hal itu terjadi pada bulan Desember, mereka lalu mengubah argumen mereka dan dengan memalukan mulai membela “pemberkatan” bagi pasangan sesama jenis.
Jadi, mereka terjerat oleh kata-kata mereka sendiri yang tidak jujur dari beberapa bulan lalu.
Sekarang, setelah diterbitkannya Fiducia Supplicans pada bulan Desember, tidak bisa diperdebatkan lagi bahwa Anti-Paus Fransiskus telah resmi menyetujui “pemberkatan” bagi pasangan sesama jenis. Dalam dokumen yang sudah saya baca dengan saksama itu, kata “pasangan” disebut berulang kali. Pada #31 ada disebutkan:
Seperti yang bisa kita lihat, Anti-Paus Fransiskus secara resmi menyetujui pemberkatan bagi pasangan sesama jenis. Maka Fransiskus secara resmi mengajarkan bahwa dua pria dalam hubungan sodomi (atau dua wanita dalam hubungan sesama jenis) dapat diberkati bersama-sama oleh seorang “imam”. Itu sungguh kekejian yang luar biasa. Deklarasi Fransiskus begitu keterlaluan sehingga banyak “uskup” Novus Ordo sekalipun, yang biasanya menerima segala macam bidah dan ekumenisme sesat, memprotes deklarasi tersebut. Perpecahan yang meluas di kalangan uskup palsu Sekte Vatikan II dalam masalah moral yang mendasar ini, membuktikan bahwa Sekte Vatikan II bukanlah Gereja Katolik. Sekte Vatikan II tidak memiliki kesatuan, kesatuan yang merupakan ciri khas Gereja Katolik. Deklarasi Anti-Paus Fransiskus juga menyetujui “pemberkatan” bagi pasangan yang hidup dalam zina dan percabulan (yang juga merupakan kekejian). Sungguh tidak bisa diperdebatkan, bahwa pasangan yang diizinkannya untuk diberi pemberkatan mencakup pasangan yang terlibat dalam aktivitas sesama jenis. Ini sekarang diakui pula oleh para pembela Anti-Paus yang paling radikal sekalipun. Itulah sebabnya, mereka sekarang mengajukan argumen, bahwa yang diberkati itu bukan kemitraan orang-orang semburitnya, namun hanya pasangannya atau pribadi-pribadi pasangan tersebut. Itu omong kosong yang keliru dan tidak masuk akal, seperti yang akan kita lihat. Istilah pasangan menandakan dua orang yang berhubungan satu sama lain. Maka, kalau pasangannya itu diberkati, lantas hubungan/kemitraan yang terlarang itu diberkati. Ini sederhana dan jelas bagi siapa saja yang berkehendak baik. Seperti yang ditunjukkan oleh seorang “imam” Novus Ordo dengan memberi contoh hubungan inses.
Dan juga, paragraf #31 menyebutkan bagaimana hubungan/relasi mereka diperkaya, ditinggikan dan bertumbuh. Paragraf itu menggunakan kata “hubungan” dan “relasi” dalam konteks ini. Itu juga adalah bukti, bahwa pemberkatan pasangan terkait erat dengan pemberkatan hubungannya. Dan, hubungan sodomi juga tidak bisa bertumbuh, ditinggikan atau diperkaya. Satu-satunya hal positif yang bisa terjadi padanya adalah berakhirnya hubungan tersebut. Namun, para pembela Anti-Paus Fransiskus yang buta dan tidak jujur akan menunjukkan bahwa menurut dokumen tersebut, pemberkatan-pemberkatan ini tidak dapat dianggap sebagai berkat pernikahan, berkat liturgis, atau memiliki ritual tetap, dan bahwa pernikahan hanya berlangsung antara seorang pria dan seorang wanita. Semuanya itu sama sekali tidak berarti apa-apa. Coba kita ambil Anglikan sebagai contoh: sekte mereka secara resmi mengizinkan “pemberkatan” bagi para pasangan sesama jenis, tetapi tidak mengizinkan mereka untuk menyebutnya sebagai pernikahan. Meskipun mereka tidak menyebutnya sebagai pernikahan, praktik mereka itu tetap bidah dan menghujat, karena itu menandakan bahwa sodomi dapat disetujui Allah dan bahwa sodomi bukan dosa berat. Lebih jauh lagi, fakta bahwa Fiducia Supplicans mengatakan bahwa tidak ada ritual tetap yang boleh digunakan untuk “pemberkatan”-nya, dan bahwa “pemberkatan” itu tidak dianggap “liturgis”, juga tidak ada artinya. Mengizinkan “pemberkatan imamat” terhadap pasangan pemburit setara mengizinkan tindak gerejawi formal yang menandakan kesetujuan terhadap sodomi, sekalipun anda mengklaim bahwa hal itu tidak bersifat liturgis. Seperti yang diakui oleh seorang “imam” Novus Ordo pada perkara ini.
Selain itu, pernyataan dalam #39 bahwa pemberkatan tidak boleh dilakukan dengan pakaian dan tata gerak yang sesuai dengan perkawinan, tidak memperkuat keortodoksan dokumen tersebut, namun justru semakin menegaskan bahwa dokumen itu heterodoks; sebab dengan dicantumkannya ketentuan itu, terkuak bahwa para penulisnya dan Anti-Paus Fransiskus tahu benar, bahwa memberkati pasangan sesama jenis menandakan kesetujuan terhadap hubungan tersebut. Kalau tidak, lantas tidak perlu ada peringatan supaya tidak mengenakan pakaian pernikahan. Para pembela Anti-Paus juga akan menunjuk #5 dari dokumen tersebut, yang menyatakan bahwa Gereja tidak memiliki kuasa untuk memberi pemberkatan atas kemitraan sesama jenis. Namun pernyataan tersebut tidak bermakna apa-apa, karena 1) dalam konteksnya, pernyataan itu sebenarnya berkenaan dengan ikatan perkawinan, dan tidak ada seorang pun yang sedang mengklaim bahwa dokumen itu menyebut hubungan sesama jenis sebagai ikatan perkawinan. Dan 2) seperti yang telah kami tunjukkan berulang kali, para bidah biasanya berkontradiksi diri. Gereja Katolik mengajarkan bahwa ketika para bidah menanamkan ajaran-ajaran bidah atau menyebarkan doktrin-doktrin sesat, namun sembari menggunakan ambiguitas atau kontradiksi, mereka harus dianggap berpegang kepada makna yang bidah. Demikianlah ajaran resmi Paus Pius VI mengenai hal ini dalam surat bulla kepausan Auctorem Fidei pada tahun 1794:
Ini berlaku persis kepada Sekte Vatikan II dan Fiducia Supplicans. Tidak ada artinya bahwa dokumen itu mengaku-ngaku menjunjung tinggi ajaran Katolik tentang pernikahan, ketika dokumen itu juga sama-sama menyetujui “pemberkatan” bagi pasangan yang melakukan hubungan keji dan terlarang. Tindak itu sendiri, tindak memberi “berkat” semacam itu kepada “pasangan” yang demikian, adalah sebuah pesan bahwa aktivitas mereka tidak dikutuk dan bukan dosa berat, namun justru diterima dan disetujui oleh Allah. Jangan salah sangka, ya. Tujuan yang hendak dicapai Anti-Paus Fransiskus, “Kardinal” Fernandez, dll. dengan dokumen ini adalah memperkenalkan kaum homoseksual ke dalam aspek biasa kehidupan Gereja, dan menyetujui aktivitas sesama jenis, dengan kedok yang tidak menentang ajaran Katolik tentang pernikahan. Itulah sebabnya pada #25 dari dokumen tersebut, para imam tidak disetujui untuk melakukan analisis moral sebagai prasyarat memberi pemberkatan. Mereka tidak ingin orang-orang mewajibkan kaum homoseksual supaya meninggalkan gaya hidup mereka yang berdosa itu. Itu juga sebabnya Fransiskus tidak mengutuk, namun justru menyetujui para aktivis pro "LGBT" seperti James Martin. Memang benar, setelah diterbitkannya Fiducia Supplicans, James Martin menggunakannya untuk memberi “berkat” kepada dua orang homoseksual yang mengaku-ngaku sudah “menikah”. (terjemahan berbahasa Indonesia) Mereka berpegangan tangan selama acara tersebut. Perbuatan-perbuatan ini diketahui oleh Vatikan, yang justru tidak menghentikannya, sebab Anti-Paus Fransiskus menyetujuinya. Selesai sudah perdebatannya. Jadi, mengapa Anti-Paus Fransiskus dan Sekte Vatikan II ingin menyetujui sodomi dan aktivitas sesama jenis dengan memperkenalkan praktik “pemberkatan” yang keji ini melalui sebuah deklarasi resmi, sementara mengklaim, secara menyesatkan, bahwa mereka menjunjung tinggi ajaran Katolik tentang pernikahan? Alasannya, apa yang kita lihat sekarang adalah penggenapan nubuat kitab Wahyu tentang Binatang/Roma pagan yang kembali di akhir zaman dengan berpenampilan seperti Gereja. Pada akhir zaman, yang kita lihat bukanlah Roma pagan secara jelas kentara. Yang sebaliknya kita lihat adalah Roma pagan yang datang kembali, namun dengan kedok atau penampilan Gereja (melalui Kontra-Gereja dan para penerus palsu Santo Petrus). Itulah yang dimaksudkan dalam nubuat kitab Wahyu, seperti yang dibahas dalam materi kami. Oleh sebab itulah, Santo Yohanes merasakan keheranan yang besar ketika ia melihat Pelacur Babel, seperti yang dijelaskan dalam materi kami.
Karena nubuat ini adalah tentang Roma pagan yang kembali dengan penampilan atau kedok Gereja, para pemimpin sesat Pelacur Babel biasanya akan mencoba untuk mengerudungi bidah-bidah mereka dengan istilah Katolik tertentu - serta kontradiksi dan ambiguitas - sementara mereka mempromosikan agenda anti-Kristen dan jahat. Hal ini kami bahas secara rinci dalam video-video kami. Ini benar-benar menjelaskan semua yang terjadi di Roma sekarang. Tontonlah antara lain video-video ini: Wahyu di Vatikan Sekarang; Lokasi Bait Allah dan Antikristus Tersingkap; dan Sang Antikristus: Tanda yang Khas Miliknya. Wahyu 17 juga menyatakan bahwa ketika orang-orang yang nama-namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan melihat apa yang sedang terjadi, mereka akan keheranan; maksudnya mereka akan terkejut, kebingungan dan takjub. Kita sudah melihat nubuat tersebut digenapi berulang-ulang kali oleh para pengikut Kontra-Gereja Vatikan II pada beberapa tahun terakhir. Sekarang, ada satu aspek besar lain dari masalah ini yang dilewatkan oleh para pembela Fiducia Supplicans dan bahkan oleh banyak orang yang mengkritik dokumen tersebut, yaitu, sekiranya pun anda berargumen (seperti para pembela Anti-Paus) bahwa pemberkatan yang disetujui Anti-Paus Fransiskus bukanlah untuk kemitraan homoseksual itu sendiri, melainkan untuk orang-orang homoseksualnya dalam kemitraan tersebut,
Hal ini telah dilewatkan oleh hampir semua orang yang sudah mengomentari Fiducia Supplicans, dan bahkan oleh orang-orang yang mengkritiknya. Banyak dari mereka akan mengatakan hal-hal seperti ini: siapa saja boleh menerima berkat, tetapi pasangannya tidak boleh diberkati. Sebagai contoh:
Tidak, mereka memberi terlalu banyak kelonggaran. Gereja tidak mengajarkan bahwa setiap orang dalam situasi apa pun boleh diberkati, dan saya ingin mengutip otoritas kepausan tentang hal ini. Saya sudah membaca kesembilan buku dalam register buku Paus Santo Gregorius VII, serta yang disebut-sebut sebagai surat-surat pengembaranya. St. Gregorius VII adalah salah seorang Paus terhebat dalam sejarah Gereja. Ia berulang kali menunjukkan dalam surat-suratnya bahwa dirinya tidak akan memberi berkat kepada orang-orang yang mewujudkan ketidaktaatan. Sri Paus menunjukkan bahwa dia tidak dapat melakukannya, supaya tidak melanggar hukum Allah. Sebelum mengutip Sri Paus, saya ingin membuat suatu pembedaan. Ketika konteksnya baik (seperti pada Misa sejati atau ketika umat Katolik sedang berziarah, atau dalam konteks serupa), seorang imam dapat secara benar memberkati sekelompok orang, tanpa tahu perbuatan-perbuatan pribadi setiap orang dalam kelompok tersebut di lain waktu, karena dalam konteks diberikannya pemberkatan itu, tidak ada perwujudan ketidaktaatan atau kaitan dengan dosa berat. Tetapi dalam konteks seseorang berdosa berat, atau mewujudkan ketidaktaatan berat terhadap Gereja atau hukum Allah; misalnya, ketika dua orang mengaku diri bagian dari “pasangan” homoseksual, memberi pemberkatan kepada seseorang atau beberapa orang seperti itu sama sekali dilarang dan adalah dosa berat. Memberkati seseorang (atau beberapa orang) dalam situasi itu menandakan bahwa orang (atau beberapa orang) itu mampu beroleh pengudusan atau berkenan kepada Tuhan sembari terlibat dalam ketidaktaatan berat terhadap Allah. Oleh sebab itulah orang-orang seperti itu tidak boleh diberkati. Hal ini seharusnya sudah jelas. Kami omong-omong juga menemukan prinsip ini diterapkan dalam Aturan Santo Benediktus, Bab 25:
Namun berikut beberapa kutipan dari Paus St. Gregorius VII yang semakin menggambarkan prinsip Katolik bahwa orang-orang yang melakukan ketidaktaatan berat tidak boleh diberkati. Kutipan terakhirnya sangat menarik dan menurut kepercayaan saya bernubuat.
Di sini Sri Paus berkata bahwa otoritas suci tidak mengizinkan dirinya memberi berkat apostolik kepada mereka yang diekskomunikasi. Ini, seperti yang akan kita lihat, berlaku bukan hanya bagi mereka yang diekskomunikasi, namun juga bagi siapa pun yang mewujudkan ketidaktaatan berat (termasuk anggota umat beriman).
Perhatikan, orang harus taat untuk menerima berkat.
Coba perhatikan sekali lagi, mereka yang tidak taat tidak diberkati.
Kami bisa mengutip perikop-perikop lain dari Paus yang sama ini, namun coba perhatikan perikop ini baik-baik. Kutipan ini bernubuat.
Ini sangat menarik. Paus St. Gregorius VII mengutip Maleakhi 2:2 sehubungan kutuk Allah terhadap berkat yang diberikan orang-orang yang terlibat dalam percabulan atau dosa-dosa seksual. Itu tentu saja berlaku secara langsung (dan saya percaya secara bernubuat) pada deklarasi Anti-Paus Fransiskus, Fiducia Supplicans, yang secara khusus mengizinkan diberkatinya orang-orang yang hidup dalam percabulan dan zina (yaitu, pasangan dalam situasi irregular), dan juga "pasangan" sesama jenis. Maka akibat kesetujuan mereka, para "imam" palsu itu menjadi terlibat dalam kejahatan percabulan dan dosa seksual, dan dengan demikian "berkat" mereka menjadi kutukan persis seperti yang dikatakan oleh Paus Gregorius VII, dalam mengutip nabi Maleakhi. Jadi, Gereja Katolik sejati dan Paus sejati - yang berbicara dengan suara Santo Petrus untuk membela iman Kristiani – sama sekali membuang mereka yang secara terbuka terlibat dalam percabulan sehingga mereka tidak diberkati, dan menyuruh mereka pergi sampai mereka bertobat, membenahi hidup mereka serta bersedia mengaku dosa. Sedangkan Kontra-Gereja apokaliptik Vatikan II justru melakukan yang sebaliknya, dengan memberi berkat kepada orang-orang yang terlibat dalam percabulan dan zina - dan yang lebih buruk lagi, dalam aktivitas homoseksual dan tindak-tindak melawan kodrat. “Pemberkatan” dari Kontra-Gereja Vatikan II itu dengan demikian menjadi kutukan, seperti yang dikatakan Maleakhi. Coba perhatikan pula: surat Paus St. Gregorius VII ini ditujukan kepada para umat beriman di Italia dan Jerman. Saya tidak percaya bahwa itu hanya suatu kebetulan. Saya percaya bahwa itu adalah tindak Penyelenggaraan Ilahi dan bernubuat, karena dua negara manakah yang paling terkenal dengan “pemberkatan” pasangan sesama jenis (serta mereka yang hidup dalam zina dan percabulan)? Jawabannya adalah: Italia dan Jerman. Jerman, tentunya telah menjadi negara paling terkenal dalam memberi “pemberkatan” semacam itu, akibat perbuatan-perbuatan uskup palsu mereka selama beberapa waktu sehubungan hal ini. Italia pun sekarang menjadi lebih terkenal dalam memberi “pemberkatan” itu, karena Anti-Paus Fransiskus, pemimpin pelacur Babel apokaliptik pada saat ini, baru-baru ini resmi menyetujuinya di Roma, Italia, untuk seluruh Kontra-Gereja. Kutipan Paus St. Gregorius VII dari Maleakhi 2:2, dalam konteks ini, juga bernubuat. Meskipun pernyataan Tuhan dalam Maleakhi 2:2, “Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian” berlaku untuk periode Perjanjian Lama, saya percaya bahwa itu berlaku bahkan secara lebih signifikan, kepada peristiwa yang baru-baru ini dilakukan Anti-Paus Fransiskus di depan seluruh dunia pada periode apokaliptik ini. Maleakhi adalah nabi terakhir dari dua belas nabi kecil Perjanjian Lama. Ia dalam beberapa cara melambangkan akhir dari sebuah perjanjian. Bab terakhir dari kitabnya juga menubuatkan akhir dunia.
Pada bab 2 dari kitab bernubuat ini, Allah berbicara kepada para imam yang telah melanggar perjanjian dengan ketidaktaatan, dan menajiskan tempat kudus dengan penyembahan berhala dan kekejian.
Dan itulah persisnya yang telah dilakukan Sekte Vatikan II dan para imam palsunya pada periode Perjanjian Baru. Di dalam Maleakhi 2, Allah memberi tahu para imam yang telah melanggar perjanjian dan menajiskan tempat kudus: Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian. Dan sekarang seluruh dunia mendengar kabar kesetujuan Anti-Paus Fransiskus terhadap “pemberkatan” bagi pasangan sesama jenis, serta mereka yang hidup dalam percabulan dan zina - sebuah kekejian di mata Tuhan yang hanya dapat mendatangkan kutukan besar. Kaitannya ini sangat mengejutkan. Meskipun bahwasanya tidak ada orang yang tahu hari atau jamnya, saya percaya bahwa kesetujuan Anti-Paus Fransiskus terhadap kekejian ini merupakan tanda peringatan akhir zaman yang besar. Kini Anti-Paus Fransiskus sudah resmi menyetujui sebuah tindak pseudo-gerejawi, yang akan dilakukan para “imam" yang mengolok-olok pernikahan dan berusaha membenarkan dosa keji yang berteriak ke Surga. Apakah ini akan menjadi salah satu hal terakhir, yang akan mendatangkan murka Allah yang membinasakan secara jasmaniah? Sama sekali mustahil, bahwa orang yang menyetujui perbuatan Fransiskus itu adalah Paus. Orang seperti itu tidak mungkin seorang Katolik, apalagi penerus Santo Petrus dalam iman apostolik. Fransiskus tentunya bukan Paus.
Mereka yang tetap mengakui Fransiskus sebagai Paus, ketika sudah menghadapi fakta-fakta ini, orang-orang itu menentang ajaran Katolik dan sebenarnya menghujat apa yang telah diinstitusikan oleh Allah dalam diri St. Petrus. Video ini hendak saya akhiri dengan memutar beberapa klip dari para bidah pembela Kontra-Gereja Vatikan II yang benar-benar membela Fiducia Supplicans, deklarasi Anti-Paus Fransiskus yang keterlaluan itu. Banyak dari mereka juga telah berbohong tentang perkara-perkara ini dan hal-hal terkait. Tandai orang-orang ini. Kenalilah mereka bukan hanya sebagai musuh Gereja Katolik sejati yang telah meninggalkan iman Katolik sejati, namun sekarang juga telah menyerah dalam masalah moral dan hukum kodrat yang mendasar. Para bidah yang membela Fiducia Supplicans ini menganggap “pemberkatan” pasangan pemburit oleh seorang "imam" sebagai perbuatan yang ortodoks. Mereka tidak menerima kasih akan kebenaran. Meskipun buktinya ada segudang, mereka menolak untuk melihat bahwa Sekte Vatikan II bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan. Kesetiaan mereka yang sesat kepada para Anti-Paus Vatikan II yang murtad telah membawa mereka ke tempat yang sangat gelap. Mereka sekarang membela dan berusaha membenarkan sebuah tindak pseudo-gerejawi, yang melambangkan kesetujuan resmi terhadap penyimpangan keji serta dosa-dosa melawan kodrat. Coba perhatikan delusi yang begitu besar dari si bidah pertama ini, yang dengan jahatnya mengklaim bahwa dokumen Fransiskus itu “indah”, segala yang mereka inginkan, dan menggambarkan kejelasan yang sempurna. Orang-orang seperti itu berada di bawah kendali Setan.
Untuk menganut iman Katolik sejati dan diselamatkan, orang harus menganut iman Katolik tradisional, seperti yang dijelaskan dalam materi kami. |
Pesan Bernubuat yang Menentang “Pemberkatan” Sesama Jenis Fransiskus
SHOW MORE
Latest News
Napoleon Threatened To Change The Religion Of Almost All Of Europe
Antipope Francis welcomes "transgender Catholic religious" who had "sex change surgery"
RFK Jr. Under Trump Administration Says Bill Gates Will Be Put On Trial For His Vaccine Lies? - video
RFK Jr. says Trump admin will use RICO filings to break up big pharmaceutical cartels - video
Netanyahu: "In the future the state of Israel has to control the entire area from the river to the sea" - vid