Pesan Bernubuat yang Menentang “Pemberkatan” Sesama Jenis Fransiskus
Maret 2, 2024
SUPPORT
Copy Link
https://endtimes.video/id/pesan-bernubuat-menentang-pemberkatan-sesama-jenis-fransiskus/
Copy Embed
vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia

| | | |

Bruder Peter Dimond, OSB

Di dalam Maleakhi 2:2, kita melihat firman Allah kepada para imam yang tidak taat: “Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian.”  Di dalam video ini kami akan membahas, antara lain, bagaimana ayat ini mengandung nubuat yang berlaku kepada perbuatan yang baru-baru ini dilakukan oleh Anti-Paus Fransiskus.

Maleakhi 2:1-2 – Dan sekarang, hai para imam, perintah ini tertuju kepada kalian. Jika kalian tidak mau mendengarkan, jika kalian tidak mau mencamkan dalam hati untuk menghormati nama-Ku, firman Tuhan semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutukan kepada kalian dan Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian.”

Kami juga akan mengulas bagaimana salah seorang Paus terhebat dalam sejarah Katolik, mengutip ayat Kitab Suci ini seturut Penyelenggaraan ilahi, dalam konteks spesifik untuk menegakkan ajaran Gereja Katolik, bahwa orang-orang yang mewujudkan ketidaktaatan tidak boleh diberi berkat. Sebelum kami membahasnya, berikut ulasan peristiwa yang terjadi. 

Di tanggal 18 Desember 2023, terjadi salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah dunia. Anti-Paus Fransiskus, pria yang secara palsu mengaku-ngaku Paus dan pemimpin Gereja Katolik, secara resmi menyetujui deklarasi Fiducia Supplicans, yang mengizinkan pasangan sesama jenis diberi “berkat” dalam Sekte Vatikan II. Ini adalah peristiwa apokaliptik.

Makna peristiwa ini luar biasa dan sungguh jelas bagi mereka yang paham perkataan wahyu ilahi tentang aktivitas homoseksual. Meskipun kami tentunya mengharapkan pertobatan bagi mereka yang terlibat dalam perbuatan itu, aktivitas homoseksual dikutuk oleh Allah dan Gereja Katolik, sebagai perbuatan dosa berat dan salah satu dosa yang berteriak ke Surga. Di dalam video ini saya ingin membahas beberapa informasi yang sangat penting tentang perkara ini. Bagi mereka yang belum tahu, Sekte Vatikan II yang beroperasi di bawah kepemimpinan Anti-Paus Fransiskus bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan, Pelacur Babel, seperti yang dijelaskan dalam materi kami. 

Sebelum kami di sini membahas beberapa prinsip utama, harap dicatat bahwa pada tanggal 2 Oktober 2023 (hanya beberapa bulan lalu), tanggapan Anti-Paus Fransiskus pada 11 Juli terhadap beberapa dubia atau keraguan telah dibuat publik. Salah satu pertanyaan yang diajukan berkenaan “pemberkatan” untuk kemitraan sesama jenis. Tanggapan Fransiskus terhadap pertanyaan tersebut (yang dikeluarkan pada bulan Oktober) membuka pintu untuk “memberkati” kemitraan sesama jenis karena tanggapannya tidak berkata bahwa perbuatan itu dilarang.

Tanggapan itu bahkan memungkinkan setiap “imam” untuk memutuskan apabila pemberkatan harus diberikan. Kami telah membahas perkara itu dalam sebuah video singkat pada awal Oktober lalu. Kami memberi tahu orang-orang tentang kenyataannya, dan dengan jujur melaporkan fakta-faktanya. Namun, sebagai balasannya, berbagai orang pembohong dan pembela Anti-Paus yang bidah itu berkata demikian, “Oh, bukan, bukan, Fransiskus sama sekali tidak mengizinkan hal semacam itu, dan siapa saja yang mengklaim bahwa dia melakukannya bersaksi dusta.”

Faktanya, pembela Anti-Paus satanik ini, yang sebenarnya hanya juru bicara Setan, pada waktu itu mengklaim, bahwa tanggapan Fransiskus yang dikeluarkan pada awal Oktober, hanya mengizinkan pemberkatan bagi individu-individu, dan bukan bagi pasangan sesama jenis. Pada bulan Oktober dan November 2023, sebelum Fiducia Supplicans diterbitkan pada bulan Desember, si bidah ini menentang “pemberkatan” untuk “pasangan” sesama jenis.

[Pembela Anti-Paus Fransiskus, 23 Oktober 2023:] “ … saya mau ajukan saja bahwa pemberkatan di muka umum, bagi satu orang atau lebih, terutama kalau bagi dua orang, di muka umum, akan mengaburkan batasan-batasan itu. Jadi, kalau ini akan dilakukan, ini harus dilakukan kepada seorang individu, bukan kepada pasangan, supaya jangan sampai terjadi kebingungan itu dan pengaburan batasan.”

Di bulan Oktober, ia mengakui bahwa “memberkati” pasangan sesama jenis, akan setara menyetujui aktivitas sesama jenis, yang memang sudah jelas. Sekitar waktu itu, dia juga mengakui bahwa “pemberkatan” pasangan sesama jenis adalah yang pada waktu itu sedang dilakukan oleh para “uskup” radikal asal Jerman, yang menurut anggapannya bertentangan dengan ajaran Katolik.

[Pembela Anti-Paus Fransiskus, 6 November 2023:] “Dan sekarang, uskup Jerman ini mengeluarkan sepucuk surat pada hari Kamis lalu, yang meminta para pastor di diosesnya untuk memberkati para pasangan sesama jenis. Jadi uskup di Jerman ini, Uskup Karl-Heinz Wiesemann dari Spyer, Jerman, adalah peserta diskusi ini. Dialah yang memberi lampu hijau untuk ini.”

Itu terjadi sebelum si juru bicara Setan dan orang-orang lain seperti dirinya, sadar bahwa Anti-Paus Fransiskus akan secara resmi dan spesifik menyetujui “pemberkatan” bagi “pasangan” sesama jenis, yang dilakukan Anti-Paus Fransiskus dalam Fiducia Supplicans pada bulan Desember. Ketika hal itu terjadi pada bulan Desember, mereka lalu mengubah argumen mereka dan dengan memalukan mulai membela “pemberkatan”  bagi pasangan sesama jenis. 

[Pembela Anti-Paus Fransiskus, 25 Desember 2023] “… tetapi ia berusaha semaksimal mungkin untuk memberi pemberkatan kepada para pasangan sesama jenis tanpa mengompromikan iman."

Jadi, mereka terjerat oleh kata-kata mereka sendiri yang tidak jujur dari beberapa bulan lalu.

Amsal 12:13 -  "Orang jahat terjerat oleh pelanggaran bibirnya, tetapi orang benar luput dari masalah.”

Sekarang, setelah diterbitkannya Fiducia Supplicans pada bulan Desember, tidak bisa diperdebatkan lagi bahwa Anti-Paus Fransiskus telah resmi menyetujui “pemberkatan” bagi pasangan sesama jenis. 

Dalam dokumen yang sudah saya baca dengan saksama itu, kata “pasangan” disebut berulang kali. Pada #31 ada disebutkan:

“31. Dalam khazanah pemahaman ini, muncul kemungkinan pemberkatan bagi pasangan yang berada dalam situasi irregular (tidak sah atau tidak sesuai Hukum Gereja) dan bagi pasangan sejenis, namun bentuknya tidak boleh ditetapkan secara ritual oleh otoritas gerejawi agar tidak menimbulkan kerancuan dengan pemberkatan yang dimaksudkan bagi Sakramen Perkawinan.”

- (Deklarasi Fiducia Supplicans, Situs Konferensi “Waligereja Katolik” Indonesia)

Seperti yang bisa kita lihat, Anti-Paus Fransiskus secara resmi menyetujui pemberkatan bagi pasangan sesama jenis. Maka Fransiskus secara resmi mengajarkan bahwa dua pria dalam hubungan sodomi (atau dua wanita dalam hubungan sesama jenis) dapat diberkati bersama-sama oleh seorang “imam”. 

Itu sungguh kekejian yang luar biasa. Deklarasi Fransiskus begitu keterlaluan sehingga banyak “uskup” Novus Ordo sekalipun, yang biasanya menerima segala macam bidah dan ekumenisme sesat, memprotes deklarasi tersebut. Perpecahan yang meluas di kalangan uskup palsu Sekte Vatikan II dalam masalah moral yang mendasar ini, membuktikan bahwa Sekte Vatikan II bukanlah Gereja Katolik. Sekte Vatikan II tidak memiliki kesatuan, kesatuan yang merupakan ciri khas Gereja Katolik.

Deklarasi Anti-Paus Fransiskus juga menyetujui “pemberkatan” bagi pasangan yang hidup dalam zina dan percabulan (yang juga merupakan kekejian). Sungguh tidak bisa diperdebatkan, bahwa pasangan yang diizinkannya untuk diberi pemberkatan mencakup pasangan yang terlibat dalam aktivitas sesama jenis. Ini sekarang diakui pula oleh para pembela Anti-Paus yang paling radikal sekalipun. Itulah sebabnya, mereka sekarang mengajukan argumen, bahwa yang diberkati itu bukan kemitraan orang-orang semburitnya, namun hanya pasangannya atau pribadi-pribadi pasangan tersebut. Itu omong kosong yang keliru dan tidak masuk akal, seperti yang akan kita lihat. Istilah pasangan menandakan dua orang yang berhubungan satu sama lain. Maka, kalau pasangannya itu diberkati, lantas hubungan/kemitraan yang terlarang itu diberkati. Ini sederhana dan jelas bagi siapa saja yang berkehendak baik. Seperti yang ditunjukkan oleh seorang “imam” Novus Ordo dengan memberi contoh hubungan inses.

[“Romo” Gerald Murray:] “Lain kali, kalau dua orang yang terlibat dalam hubungan inses datang dan berkata: ‘Romo, boleh Romo berkati kami? Romo tahu, kami ini saudara laki-laki dan perempuan, tetapi kami berpendapat bahwa seks sudah melampaui batasan-batasan yang dulu’, apakah seorang imam seharusnya berkata, ‘Ya … kalau anda rasa itu penting, mungkin saya harus berkati anda’? Tentu tidak! Semua orang akan tahu bahwa perbuatan itu mendukung inses.”

Dan juga, paragraf #31 menyebutkan bagaimana hubungan/relasi mereka diperkaya, ditinggikan dan bertumbuh. Paragraf itu menggunakan kata “hubungan” dan “relasi” dalam konteks ini. Itu juga adalah bukti, bahwa pemberkatan pasangan terkait erat dengan pemberkatan hubungannya. Dan, hubungan sodomi juga tidak bisa bertumbuh, ditinggikan atau diperkaya. Satu-satunya hal positif yang bisa terjadi padanya adalah berakhirnya hubungan tersebut.

Namun, para pembela Anti-Paus Fransiskus yang buta dan tidak jujur akan menunjukkan bahwa menurut dokumen tersebut, pemberkatan-pemberkatan ini tidak dapat dianggap sebagai berkat pernikahan, berkat liturgis, atau memiliki ritual tetap, dan bahwa pernikahan hanya berlangsung antara seorang pria dan seorang wanita. Semuanya itu sama sekali tidak berarti apa-apa. Coba kita ambil Anglikan sebagai contoh: sekte mereka secara resmi mengizinkan “pemberkatan” bagi para pasangan sesama jenis, tetapi tidak mengizinkan mereka untuk menyebutnya sebagai pernikahan. Meskipun mereka tidak menyebutnya sebagai pernikahan, praktik mereka itu tetap bidah dan menghujat, karena itu menandakan bahwa sodomi dapat disetujui Allah dan bahwa sodomi bukan dosa berat.

Lebih jauh lagi, fakta bahwa Fiducia Supplicans mengatakan bahwa tidak ada ritual tetap yang boleh digunakan untuk “pemberkatan”-nya, dan bahwa “pemberkatan” itu tidak dianggap “liturgis”, juga tidak ada artinya.  Mengizinkan “pemberkatan imamat” terhadap pasangan pemburit setara mengizinkan tindak gerejawi formal yang menandakan kesetujuan terhadap sodomi, sekalipun anda mengklaim bahwa hal itu tidak bersifat liturgis. Seperti yang diakui oleh seorang “imam” Novus Ordo pada perkara ini.

[Murray:] Dan ini pada dasarnya berkata bahwa ada perbedaan antara berkat liturgis dan berkat non-liturgis. Ini konyol. Setiap berkat di dalam Gereja berasal dari fakta bahwa Allah memberkati kita dalam Yesus Kristus, dan kami terutama di dalam Gereja (sebagai suatu organisasi hierarkis) membawa berkat-berkat itu melalui pelayanan-pelayanan publik.

Selain itu, pernyataan dalam #39 bahwa pemberkatan tidak boleh dilakukan dengan pakaian dan tata gerak yang sesuai dengan perkawinan, tidak memperkuat keortodoksan dokumen tersebut, namun justru semakin menegaskan bahwa dokumen itu heterodoks; sebab dengan dicantumkannya ketentuan itu, terkuak bahwa para penulisnya dan Anti-Paus Fransiskus tahu benar, bahwa memberkati pasangan sesama jenis menandakan kesetujuan terhadap hubungan tersebut. Kalau tidak, lantas tidak perlu ada peringatan supaya tidak mengenakan pakaian pernikahan.

Para pembela Anti-Paus juga akan menunjuk #5 dari dokumen tersebut, yang menyatakan bahwa Gereja tidak memiliki kuasa untuk memberi pemberkatan atas kemitraan sesama jenis. Namun pernyataan tersebut tidak bermakna apa-apa, karena 1) dalam konteksnya, pernyataan itu sebenarnya berkenaan dengan ikatan perkawinan, dan tidak ada seorang pun yang sedang mengklaim bahwa dokumen itu menyebut hubungan sesama jenis sebagai ikatan perkawinan. Dan 2) seperti yang telah kami tunjukkan berulang kali, para bidah biasanya berkontradiksi diri.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa ketika para bidah menanamkan ajaran-ajaran bidah atau menyebarkan doktrin-doktrin sesat, namun sembari menggunakan ambiguitas atau kontradiksi, mereka harus dianggap berpegang kepada makna yang bidah. Demikianlah ajaran resmi Paus Pius VI mengenai hal ini dalam surat bulla kepausan Auctorem Fidei pada tahun 1794:

Paus Pius VI, Auctorem Fidei, 28 Agustus 1794:

“Itu bahwasanya merupakan siasat teramat durjana untuk menyelisipkan kesalahan-kesalahan doktrinal, dan dahulu kala telah dikutuk oleh Santo Selestinus, pendahulu Kami, yang menemukan penggunaannya dalam karya tulis Nestorius, Uskup Konstantinopel, dan yang disingkap oleh Sri Paus demi mengutuknya seberat mungkin.

Sekalinya teks-teks ini diselidiki dengan saksama, si penipu terkuak dan tertangkap, sebab dia mengungkapkan dirinya sendiri dengan begitu banyak kata-kata, mencampuradukkan kebenaran dengan kesamaran, terkadang mencampurkan yang satu dengan yang lain, sedemikian rupa sehingga ia dapat mengiakan hal-hal yang telah disangkalnya, sembari pada saat itu juga mempunyai dasar untuk menyangkal kalimat-kalimat yang sama yang telah diiakannya.

Membongkar jerat-jerat semacam itu menjadi perlu dilakukan dengan begitu seringnya di setiap abad. Demi melaksanakannya, tidak ada metode lain yang diperlukan selain yang berikut: Manakala menjadi perlu untuk menyingkap pernyataan-pernyataan bertabir ambiguitas yang menyamarkan suatu kesalahan atau bahaya yang dicurigai, orang harus mencela makna sesatnya, yang menjadi kamuflase bagi kesalahan yang berlawanan dengan kebenaran Katolik.”

Ini berlaku persis kepada Sekte Vatikan II dan Fiducia Supplicans. Tidak ada artinya bahwa dokumen itu mengaku-ngaku menjunjung tinggi ajaran Katolik tentang pernikahan, ketika dokumen itu juga sama-sama menyetujui “pemberkatan” bagi pasangan yang melakukan hubungan keji dan terlarang. Tindak itu sendiri, tindak memberi “berkat” semacam itu kepada “pasangan” yang demikian, adalah sebuah pesan bahwa aktivitas mereka tidak dikutuk dan bukan dosa berat, namun justru diterima dan disetujui oleh Allah.

Jangan salah sangka, ya. Tujuan yang hendak dicapai Anti-Paus Fransiskus, “Kardinal” Fernandez, dll. dengan dokumen ini adalah memperkenalkan kaum homoseksual ke dalam aspek biasa kehidupan Gereja, dan menyetujui aktivitas sesama jenis, dengan kedok yang tidak menentang ajaran Katolik tentang pernikahan. Itulah sebabnya pada #25 dari dokumen tersebut, para imam tidak disetujui untuk melakukan analisis moral sebagai prasyarat memberi pemberkatan.

Mereka tidak ingin orang-orang mewajibkan kaum homoseksual supaya meninggalkan gaya hidup mereka yang berdosa itu. Itu juga sebabnya Fransiskus tidak mengutuk, namun justru menyetujui para aktivis pro "LGBT" seperti James Martin. Memang benar, setelah diterbitkannya Fiducia Supplicans, James Martin menggunakannya untuk memberi “berkat” kepada dua orang homoseksual yang mengaku-ngaku sudah “menikah”. 

(terjemahan berbahasa Indonesia)

Mereka berpegangan tangan selama acara tersebut. Perbuatan-perbuatan ini diketahui oleh Vatikan, yang justru tidak menghentikannya, sebab Anti-Paus Fransiskus menyetujuinya. Selesai sudah perdebatannya.

Jadi, mengapa Anti-Paus Fransiskus dan Sekte Vatikan II ingin menyetujui sodomi dan aktivitas sesama jenis dengan memperkenalkan praktik “pemberkatan” yang keji ini melalui sebuah deklarasi resmi, sementara mengklaim, secara menyesatkan, bahwa mereka menjunjung tinggi ajaran Katolik tentang pernikahan? 

Alasannya, apa yang kita lihat sekarang adalah penggenapan nubuat kitab Wahyu tentang Binatang/Roma pagan yang kembali di akhir zaman dengan berpenampilan seperti Gereja. Pada akhir zaman, yang kita lihat bukanlah Roma pagan secara jelas kentara.

Yang sebaliknya kita lihat adalah Roma pagan yang datang kembali, namun dengan kedok atau penampilan Gereja (melalui Kontra-Gereja dan para penerus palsu Santo Petrus). Itulah yang dimaksudkan dalam nubuat kitab Wahyu, seperti yang dibahas dalam materi kami. Oleh sebab itulah, Santo Yohanes merasakan keheranan yang besar ketika ia melihat Pelacur Babel, seperti yang dijelaskan dalam materi kami.

Wahyu 17:6 - “Dan aku melihat wanita itu, yang mabuk oleh karena darah orang-orang kudus dan oleh karena darah para martir Yesus. Sewaktu aku melihatnya, aku merasakan keheranan yang besar.”

Wahyu 17:8 - "Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.”

Kata Benda θαῦμα (Keheranan) Hanya Digunakan Dua Kali di dalam Perjanjian Baru

2 Korintus 11:13-15 - “Sebab orang-orang semacam itu adalah rasul-rasul palsu, para pekerja penipu yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Tidaklah mengherankan [οὐ θαῦμα ] sebab bahkan Setan sendiri menyamar sebagai malaikat terang. Jadi tidaklah mengejutkan jika para pelayannya juga menyamar sebagai pelayan-pelayan kebajikan.”

Wahyu 17:6-7 - “Sewaktu aku melihatnya, aku merasakan keheranan yang besar [ θαῦμα μέγα ]. Tetapi sang malaikat berkata kepadaku, ‘Mengapa engkau keheranan? Aku akan mengatakan kepadamu misteri sang wanita, dan binatang yang membawanya, yang mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.’”

Karena nubuat ini adalah tentang Roma pagan yang kembali dengan penampilan atau kedok Gereja, para pemimpin sesat Pelacur Babel biasanya akan mencoba untuk mengerudungi bidah-bidah mereka dengan istilah Katolik tertentu - serta kontradiksi dan ambiguitas - sementara mereka mempromosikan agenda anti-Kristen dan jahat. Hal ini kami bahas secara rinci dalam video-video kami. Ini benar-benar menjelaskan semua yang terjadi di Roma sekarang. 

Tontonlah antara lain video-video ini: Wahyu di Vatikan Sekarang; Lokasi Bait Allah dan Antikristus Tersingkap; dan Sang Antikristus: Tanda yang Khas Miliknya. Wahyu 17 juga menyatakan bahwa ketika orang-orang yang nama-namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan melihat apa yang sedang terjadi, mereka akan keheranan; maksudnya mereka akan terkejut, kebingungan dan takjub. Kita sudah melihat nubuat tersebut digenapi berulang-ulang kali oleh para pengikut Kontra-Gereja Vatikan II pada beberapa tahun terakhir.

Sekarang, ada satu aspek besar lain dari masalah ini yang dilewatkan oleh para pembela Fiducia Supplicans dan bahkan oleh banyak orang yang mengkritik dokumen tersebut, yaitu, sekiranya pun anda berargumen (seperti para pembela Anti-Paus) bahwa pemberkatan yang disetujui Anti-Paus Fransiskus bukanlah untuk kemitraan homoseksual itu sendiri, melainkan untuk orang-orang homoseksualnya dalam kemitraan tersebut,

1) posisi anda itu dusta, seperti yang sudah kami tunjukkan, karena Fransiskus menyetujui pemberkatan terhadap pasangan - dan pasangan itu menandakan hubungan/kemitraan homoseksualnya.

2) ada satu poin krusial lainnya yang anda lewatkan, yaitu seandainya pun yang dilakukan hanyalah memberkati “orang-orang” homoseksual, yang menunjukkan bahwa mereka bagian dari “pasangan” sesama jenis, memberi pemberkatan semacam itu adalah perbuatan yang menyalahi moral. Coba saya ulangi: orang-orang semacam itu tidak boleh diberkati.

Hal ini telah dilewatkan oleh hampir semua orang yang sudah mengomentari Fiducia Supplicans, dan bahkan oleh orang-orang yang mengkritiknya. Banyak dari mereka akan mengatakan hal-hal seperti ini: siapa saja boleh menerima berkat, tetapi pasangannya tidak boleh diberkati. Sebagai contoh:

[Seorang anggota Sekte Vatikan II:] “Memberkati individu mana saja di dunia ini tidak menjadi masalah bagi saya. Saya tidak peduli apakah mereka bagian dari Hamas atau apa pun. Katakanlah, mereka ingin diberkati seorang imam, biarlah orang itu diberi rahmat. Jadi, tidak peduli anda tertarik dengan siapa, kita semua perlu berkat dari Allah untuk menjalani hidup Kristiani. Amin?”

Tidak, mereka memberi terlalu banyak kelonggaran. Gereja tidak mengajarkan bahwa setiap orang dalam situasi apa pun boleh diberkati, dan saya ingin mengutip otoritas kepausan tentang hal ini. 

Saya sudah membaca kesembilan buku dalam register buku Paus Santo Gregorius VII, serta yang disebut-sebut sebagai surat-surat pengembaranya. St. Gregorius VII adalah salah seorang Paus terhebat dalam sejarah Gereja. Ia berulang kali menunjukkan dalam surat-suratnya bahwa dirinya tidak akan memberi berkat kepada orang-orang yang mewujudkan ketidaktaatan. Sri Paus menunjukkan bahwa dia tidak dapat melakukannya, supaya tidak melanggar hukum Allah.

Sebelum mengutip Sri Paus, saya ingin membuat suatu pembedaan. Ketika konteksnya baik (seperti pada Misa sejati atau ketika umat Katolik sedang berziarah, atau dalam konteks serupa), seorang imam dapat secara benar memberkati sekelompok orang, tanpa tahu perbuatan-perbuatan pribadi setiap orang dalam kelompok tersebut di lain waktu, karena dalam konteks diberikannya pemberkatan itu, tidak ada perwujudan ketidaktaatan atau kaitan dengan dosa berat.

Tetapi dalam konteks seseorang berdosa berat, atau mewujudkan ketidaktaatan berat terhadap Gereja atau hukum Allah; misalnya, ketika dua orang mengaku diri bagian dari “pasangan” homoseksual, memberi pemberkatan kepada seseorang atau beberapa orang seperti itu sama sekali dilarang dan adalah dosa berat.  Memberkati seseorang (atau beberapa orang) dalam situasi itu menandakan bahwa orang (atau beberapa orang) itu mampu beroleh pengudusan atau berkenan kepada Tuhan sembari terlibat dalam ketidaktaatan berat terhadap Allah. Oleh sebab itulah orang-orang seperti itu tidak boleh diberkati. Hal ini seharusnya sudah jelas.

Kami omong-omong juga menemukan prinsip ini diterapkan dalam Aturan Santo Benediktus, Bab 25:

St. Benediktus, Aturan Suci, Bab 25: “Seorang biarawan yang bersalah atas kesalahan berat harus dikucilkan dari meja makan dan oratorium ... Hendaknya dia tidak diberkati oleh siapa pun yang lewat, dan hendaknya makanan yang diberikan kepadanya tidak diberkati.”

Namun berikut beberapa kutipan dari Paus St. Gregorius VII yang semakin menggambarkan prinsip Katolik bahwa orang-orang yang melakukan ketidaktaatan berat tidak boleh diberkati. Kutipan terakhirnya sangat menarik dan menurut kepercayaan saya bernubuat.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Karyawan Romans, 21 Maret 1077:
“Sesuai dengan tuntutan otoritas suci, kami telah mengabaikan untuk mengirim salam dan berkat apostolik kepada anda sekalian sebagaimana yang biasa dilakukan, oleh karena ekskomunikasi yang tidak takut anda dapatkan atas pelanggaran-pelanggaran anda sekalian.”

Di sini Sri Paus berkata bahwa otoritas suci tidak mengizinkan dirinya memberi berkat apostolik kepada mereka yang diekskomunikasi. Ini, seperti yang akan kita lihat, berlaku bukan hanya bagi mereka yang diekskomunikasi, namun juga bagi siapa pun yang mewujudkan ketidaktaatan berat (termasuk anggota umat beriman).

Paus St. Gregorius VII, Kepada Uskup Hubertus dari Thérouanne, akhir tahun 1080 (Epistolae Vagantes #42):
“Gregorius, uskup, hamba dari para hamba Allah, kepada Uskup Hubertus dari Thérouanne, salam dan berkat apostolik, jika ia tidak dengan sepengetahuannya melawan dekret-dekret takhta apostolik.

Perhatikan, orang harus taat untuk menerima berkat.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Klerus dan Umat Gereja di Prancis (Thérouanne) 1082, (Epistolae Vagantes #46):
"Gregorius, uskup, hamba dari para hamba Allah, kepada para klerus dan umat gereja Thérouanne, dan terutama kepada Comes [Count] Robertus yang mulia, salam dan berkat apostolik, jika mereka taat.

Coba perhatikan sekali lagi, mereka yang tidak taat tidak diberkati.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Kanonik Santo Martinus, Tours, 1082-1083: 
“Karena kami telah mendengar bahwa anda sekalian tidak menaati para legatus kami dan uskup agung anda, namun telah mengusir uskup agung itu, dan karena kami telah mengetahui bahwa karena kesalahan anda, anda telah diekskomunikasi oleh mereka, lantas kami belum berani mengirimkan salam dan berkat apostolik kepada anda sekalian."

Paus St. Gregorius VII, Kepada Raja Henrikus IV dari Jerman, 8 Desember 1075:
“Jika [laporan] ini benar, anda sendiri tahu bahwa diri anda tidak dapat menerima rahmat dengan berkat ilahi maupun apostolik, kecuali jika mereka yang telah diekskomunikasi telah dibuang dari diri anda dan dipaksa berpenitensi, dan anda pertama-tama telah menerima absolusi dan pengampunan atas pelanggaran anda dengan dukacita yang penyilihan yang layak.”

Kami bisa mengutip perikop-perikop lain dari Paus yang sama ini, namun coba perhatikan perikop ini baik-baik. Kutipan ini bernubuat.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Umat Beriman di Italia dan Jerman, 1079 (Epistolae Vagantes #32): “Gregorius, uskup, hamba dari para hamba Allah, kepada semua orang yang menunjukkan ketaatan yang layak kepada St. Petrus di seluruh kerajaan Italia dan Jerman, salam dan berkat apostolik. Adapun para imam, diakon dan subdiakon yang bersalah atas kejahatan percabulan, atas nama Allah Yang Mahakuasa dan dengan otoritas St. Petrus, kami melarang mereka masuk ke dalam gereja sampai mereka bertobat dan berbenah diri. Jikalau ada yang memilih untuk tetap tinggal dalam dosa mereka, janganlah ada di antara anda sekalian yang berani menghadiri ofisi-ofisi mereka. Karena berkat mereka telah menjadi kutuk dan doa mereka telah menjadi dosa, seperti yang telah difirmankan Tuhan melalui sang nabi yang berkata: ‘Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian’ (Maleakhi 2:2).” 

Ini sangat menarik. Paus St. Gregorius VII mengutip Maleakhi 2:2 sehubungan kutuk Allah terhadap berkat yang diberikan orang-orang yang terlibat dalam percabulan atau dosa-dosa seksual.

Itu tentu saja berlaku secara langsung (dan saya percaya secara bernubuat) pada deklarasi Anti-Paus Fransiskus, Fiducia Supplicans, yang secara khusus mengizinkan diberkatinya orang-orang yang hidup dalam percabulan dan zina (yaitu, pasangan dalam situasi irregular), dan juga "pasangan" sesama jenis.  Maka akibat kesetujuan mereka, para "imam" palsu itu menjadi terlibat dalam kejahatan percabulan dan dosa seksual, dan dengan demikian "berkat" mereka menjadi kutukan persis seperti yang dikatakan oleh Paus Gregorius VII, dalam mengutip nabi Maleakhi.

Jadi, Gereja Katolik sejati dan Paus sejati - yang berbicara dengan suara Santo Petrus untuk membela iman Kristiani – sama sekali membuang mereka yang secara terbuka terlibat dalam percabulan sehingga mereka tidak diberkati, dan menyuruh mereka pergi sampai mereka bertobat, membenahi hidup mereka serta bersedia mengaku dosa. Sedangkan Kontra-Gereja apokaliptik Vatikan II justru melakukan yang sebaliknya, dengan memberi berkat kepada orang-orang yang terlibat dalam percabulan dan zina - dan yang lebih buruk lagi, dalam aktivitas homoseksual dan tindak-tindak melawan kodrat. “Pemberkatan” dari Kontra-Gereja Vatikan II itu dengan demikian menjadi kutukan, seperti yang dikatakan Maleakhi.

Coba perhatikan pula: surat Paus St. Gregorius VII ini ditujukan kepada para umat beriman di Italia dan Jerman. 

Saya tidak percaya bahwa itu hanya suatu kebetulan. Saya percaya bahwa itu adalah tindak Penyelenggaraan Ilahi dan bernubuat, karena dua negara manakah yang paling terkenal dengan “pemberkatan” pasangan sesama jenis (serta mereka yang hidup dalam zina dan percabulan)?  Jawabannya adalah: Italia dan Jerman.

Jerman, tentunya telah menjadi negara paling terkenal dalam memberi “pemberkatan” semacam itu, akibat perbuatan-perbuatan uskup palsu mereka selama beberapa waktu sehubungan hal ini. Italia pun sekarang menjadi lebih terkenal dalam memberi “pemberkatan” itu, karena Anti-Paus Fransiskus, pemimpin pelacur Babel apokaliptik pada saat ini, baru-baru ini resmi menyetujuinya di Roma, Italia, untuk seluruh Kontra-Gereja.

Kutipan Paus St. Gregorius VII dari Maleakhi 2:2, dalam konteks ini, juga bernubuat. Meskipun pernyataan Tuhan dalam Maleakhi 2:2, “Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian” berlaku untuk periode Perjanjian Lama, saya percaya bahwa itu berlaku bahkan secara lebih signifikan, kepada peristiwa yang baru-baru ini dilakukan Anti-Paus Fransiskus di depan seluruh dunia pada periode apokaliptik ini.

Maleakhi adalah nabi terakhir dari dua belas nabi kecil Perjanjian Lama. Ia dalam beberapa cara melambangkan akhir dari sebuah perjanjian. Bab terakhir dari kitabnya juga menubuatkan akhir dunia. 

Maleakhi 4:1 – “Sebab lihatlah, hari itu akan datang, membakar seperti perapian, saatnya semua orang yang angkuh dan semua orang yang berbuat jahat akan menjadi seperti jerami ....”

Pada bab 2 dari kitab bernubuat ini, Allah berbicara kepada para imam yang telah melanggar perjanjian dengan ketidaktaatan, dan menajiskan tempat kudus dengan penyembahan berhala dan kekejian.

Maleakhi 2:1-11 – “Dan sekarang, hai para imam, perintah ini tertuju kepada kalian. Jika kalian tidak mau mendengarkan, jika kalian tidak mau mencamkan dalam hati untuk menghormati nama-Ku, firman Tuhan semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutukan kepada kalian dan Aku akan mengutuk berkat-berkat kalianKalian telah merusakkan perjanjian Lewi … Sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus Tuhan ….”

Dan itulah persisnya yang telah dilakukan Sekte Vatikan II dan para imam palsunya pada periode Perjanjian Baru. Di dalam Maleakhi 2, Allah memberi tahu para imam yang telah melanggar perjanjian dan menajiskan tempat kudus: Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian. Dan sekarang seluruh dunia mendengar kabar kesetujuan Anti-Paus Fransiskus terhadap “pemberkatan” bagi pasangan sesama jenis, serta mereka yang hidup dalam percabulan dan zina - sebuah kekejian di mata Tuhan yang hanya dapat mendatangkan kutukan besar. 

Kaitannya ini sangat mengejutkan. Meskipun bahwasanya tidak ada orang yang tahu hari atau jamnya, saya percaya bahwa kesetujuan Anti-Paus Fransiskus terhadap kekejian ini merupakan tanda peringatan akhir zaman yang besar. Kini Anti-Paus Fransiskus sudah resmi menyetujui sebuah tindak pseudo-gerejawi, yang akan dilakukan para “imam" yang mengolok-olok pernikahan dan berusaha membenarkan dosa keji yang berteriak ke Surga. Apakah ini akan menjadi salah satu hal terakhir, yang akan mendatangkan murka Allah yang membinasakan secara jasmaniah?

Sama sekali mustahil, bahwa orang yang menyetujui perbuatan Fransiskus itu adalah Paus. Orang seperti itu tidak mungkin seorang Katolik, apalagi penerus Santo Petrus dalam iman apostolik.  Fransiskus tentunya bukan Paus. 

Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#9), 29 Juni 1896:
“Praktik Gereja selalu sama, dan demikianlah pula penilaian yang semufakat [konsensus] dari para Bapa yang kudus: yaitu, bahwa mereka telah selalu menganggap sebagai terbuang dari persekutuan Katolik dan terasing dari Gereja siapa pun yang telah menyimpang bahkan sedikit pun dari doktrin yang diajukan oleh Magisterium yang autentik.”

Paus St. Selestinus I, Kepada para Imam dan Rakyat Konstantinopel, 430 M: “Bagaimanapun, untuk mencegah agar vonis dari ia yang telah menjatuhkan suatu vonis ilahi atas dirinya sendiri tidak tampak memiliki kuasa bahkan untuk satu saat pun, otoritas dari Takhta Apostolik Kami telah secara terbuka menetapkan bahwa uskup, imam, atau orang Kristen dari profesi mana pun, yang telah dimakzulkan dari posisi mereka atau dari persekutuan oleh Nestorius dan mereka yang merupakan bagian dari kelompoknya sejak saat [ex quo] mereka mulai mengkhotbahkan bidah, tidak boleh dianggap sebagai dimakzulkan atau diekskomunikasikan. Tetapi semua orang ini telah dan sampai sekarang masih berada di dalam persekutuan Kami, sebab barangsiapa terjerembap karena ia mengkhotbahkan hal-hal semacam itu tidak mampu memakzulkan atau memberhentikan seorang pun.”

St. Robertus Bellarminus, De Romano Pontifice, Buku 2, Bab 30: “ … seorang Paus yang adalah bidah secara manifes [terang-terangan] secara otomatis berhenti menjadi Paus dan kepala, layaknya ia berhenti menjadi seorang Kristiani dan seorang anggota Gereja. Maka dari itu, ia dapat dihakimi dan dihukum oleh Gereja. Ini adalah ajaran dari semua Bapa Kuno yang mengajarkan bahwa para bidah manifes langsung kehilangan semua yurisdiksi.”

Mereka yang tetap mengakui Fransiskus sebagai Paus, ketika sudah menghadapi fakta-fakta ini, orang-orang itu menentang ajaran Katolik dan sebenarnya menghujat apa yang telah diinstitusikan oleh Allah dalam diri St. Petrus.

Video ini hendak saya akhiri dengan memutar beberapa klip dari para bidah pembela Kontra-Gereja Vatikan II yang benar-benar membela Fiducia Supplicans, deklarasi Anti-Paus Fransiskus yang keterlaluan ituBanyak dari mereka juga telah berbohong tentang perkara-perkara ini dan hal-hal terkait. Tandai orang-orang ini. Kenalilah mereka bukan hanya sebagai musuh Gereja Katolik sejati yang telah meninggalkan iman Katolik sejati, namun sekarang juga telah menyerah dalam masalah moral dan hukum kodrat yang mendasar. 

Para bidah yang membela Fiducia Supplicans ini menganggap “pemberkatan” pasangan pemburit oleh seorang "imam" sebagai perbuatan yang ortodoks.  Mereka tidak menerima kasih akan kebenaran. Meskipun buktinya ada segudang, mereka menolak untuk melihat bahwa Sekte Vatikan II bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan. 

Kesetiaan mereka yang sesat kepada para Anti-Paus Vatikan II yang murtad telah membawa mereka ke tempat yang sangat gelap. Mereka sekarang membela dan berusaha membenarkan sebuah tindak pseudo-gerejawi, yang melambangkan kesetujuan resmi terhadap penyimpangan keji serta dosa-dosa melawan kodrat. Coba perhatikan delusi yang begitu besar dari si bidah pertama ini, yang dengan jahatnya mengklaim bahwa dokumen Fransiskus itu “indah”, segala yang mereka inginkan, dan menggambarkan kejelasan yang sempurna.  Orang-orang seperti itu berada di bawah kendali Setan.  

[Bidah Pertama:] Dokumen ini benar-benar begitu indah dan ditulis dengan begitu baik. Memang benar, Paus Fransiskus telah mendapat banyak kritik yang terkadang patut dia dapat, karena dirinya ambigu, membingungkan dan tidak mengklarifikasi hal-hal tertentu. Tetapi dokumen ini tidak seperti itu! Malah justru sebaliknya dan segala yang kita inginkan!  Kejelasan yang sempurna!

[Pewawancara:] Saya membaca sebuah bagian yang membuatnya tampak seperti berkata bahwa pasangannya bisa diberkati!
[Bidah Kedua:] Ya! itu dikatakannya secara eksplisit.
[Pewawancara:] Apakah menurut anda, Paus Fransiskus menurunkan standar?
[Bidah Kedua:] Tidak secara doktrinal.

[Bidah Ketiga:] Saya sudah membaca dokumen itu. Paragraf demi paragraf.  Baris demi baris, kata demi kata. Saya bahkan memperhatikan beberapa tanda bacanya. Dan bagi saya, yang tertulis di sini bagus sekali!

[Bidah Keempat:] Dokumen ini pada prinsipnya ortodoks.

[Bidah Kelima:] Bukankah itu yang persis dilakukan Sri Paus dengan Fiducia Supplicans? Dia menjunjung tinggi iman tradisional … tetapi ia berusaha semaksimal mungkin untuk memberi pemberkatan kepada para pasangan sesama jenis tanpa mengompromikan iman.

Untuk menganut iman Katolik sejati dan diselamatkan, orang harus menganut iman Katolik tradisional, seperti yang dijelaskan dalam materi kami.

SHOW MORE



13:05
Viganò Berkata Fransiskus Adalah “Paus Non-Katolik” (Analisis)
3 tahun lalu
4:43
Matius 18 Juga Membuktikan bahwa Petrus Adalah Paus yang Pertama
3 tahun lalu
29:23
Benediktus XVI:  Paus Sejatikah Dia?
1 tahun lalu
31:30
Bukti untuk Sedevakantisme & bahwa Fransiskus Bukan Paus dari Teks Gerejawi
3 tahun lalu
50:28
Paus Pius IX Tidak Mengajarkan Keselamatan di luar Gereja
11 bulan lalu
12:50
Apakah Gereja Katolik Mengutuk Semua Orang yang Disunat?
3 tahun lalu
16:11
Bagaimana Orang Diselamatkan “oleh Nama Yesus Kristus”?
11 bulan lalu
21:23
Teks Latin Dekret Kepausan Penyintas Tertua Menolak “Pembaptisan Keinginan”
1 tahun lalu
11:54
“Ekskomunikasi” Viganò oleh Fransiskus Tidak Valid (Ajaran Katolik)
4 bulan lalu
39:11
Pria Ini Ditembak & Melihat Neraka – Video Mengejutkan yang Mesti Ditonton
8 bulan lalu
1:35
Fransiskus “Memberkati” Serikat Sipil Zina Mantan Presiden Kolombia
2 tahun lalu
8:08
St. Gregorius dari Nazianzus Membantah “Ortodoksi” terkait Kepausan
1 tahun lalu
4:49
Kitab Suci Mengajarkan Bahwa Sedikit Orang yang Diselamatkan
4 tahun lalu
41:07
Mengapa Misa Baru dan Ritus Imamat Baru Tidak Valid
3 tahun lalu
13:35
Bidah Yahudi Vatikan II
3 tahun lalu