Matius 18 Juga Membuktikan bahwa Petrus Adalah Paus yang Pertama
Mei 17, 2022
SUPPORT
Copy Link
https://endtimes.video/id/matius-18-yesus-petrus/
Copy Embed
vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia

Jika kita mempertimbangkan Matius 16:19 bersama dengan Matius 18:18, kita mendapatkan bukti lebih lanjut bahwa St. Petrus, Paus yang pertama telah diberikan yurisdiksi atas semua Rasul dan segenap Gereja. Dan dengan demikian, kita juga mendapatkan bukti yang kuat yang membantah posisi Ortodoks Timur.

Matius bab 16 sangatlah terkenal. Di dalam bab ini, Kristus berjanji untuk memberikan kepada St. Petrus, Sri Paus yang pertama, kunci-kunci kerajaan Surga dan Kristus berkata, apa pun yang kauikat di atas bumi akan terikat di dalam Surga, dst. Tetapi, kaum Ortodoks akan sering menyanggah dengan berkata bahwa di dalam Matius 18:18, Kristus mengatakan hal yang sama kepada semua Rasul.

[Bidah Ortodoks:]  Omong-omong, Yesus telah memberikan kepada segenap dewan Rasul kemampuan untuk mengampuni dan mempertahankan dosa-dosa serta untuk mengikat dan melepaskan. Bukan hanya Petrus. Ia tidak memberikan kemampuan ini kepada Petrus dan lalu berkata kepada Petrus untuk memberikannya kepada para rasul yang lain.

Tetapi, itulah persisnya apa yang pada dasarnya dilakukan oleh Yesus, seperti yang akan kita lihat. Matius 18:18 berbicara tentang para Rasul secara bersama dan ayat ini menyatakan:

Matius 18 :18“Amin, Aku berkata kepada kalian, apa pun yang kalian ikat di atas bumi akan terikat di dalam Surga, dan apa pun yang kalian lepaskan di atas bumi akan terlepas di dalam Surga.”

Tetapi, ayat ini sama sekali tidak menentang Kepausan, dan sebenarnya justru memperjelas kebenaran dari posisi Katolik dan membantah posisi Ortodoks Timur. Alasannya: Matius 18:18 tidak menyebutkan kunci-kunci kerajaan Surga. Kunci-kunci itu hanya dijanjikan kepada St. Petrus, seperti yang kita baca di dalam Matius 16. Di dalam Matius 16, kita juga melihat bahwa seseorang mengikat dan melepaskan dengan menggunakan kunci-kunci. Izinkan saya mengulanginya: seseorang mengikat dan melepaskan dengan menggunakan kunci-kunci. ‘Aku akan memberikan kepadamu kunci-kunci Kerajaan Surga, dan apa pun yang kauikat di atas bumi ….’, dst.

Apa yang digunakan untuk mengikat dan melepaskan hanya diberikan kepada Petrus seorang. Jadi, sewaktu semua Rasul diberikan otoritas untuk mengikat dan melepaskan (seperti yang kita baca di dalam Matius 18:18), dengan apakah mereka akan mengikat dan melepaskan? Dengan kunci-kunci itu tentunya!

Tetapi hanya Petrus seorang dirilah yang diberikan kunci-kunci itu (seperti yang kita lihat di dalam Matius 16). Jadi, apa makna dari hal ini? Maknanya adalah bahwa otoritas yang dimiliki oleh semua Rasul untuk bertindak tunduk kepada keputusan Petrus membagikan atau membatasi kunci-kunci tersebut. Karena Petrus diberikan kunci-kunci yang digunakan oleh para Rasul yang lain untuk bertindak secara otoritatif, Petrus dapat membagikan kunci-kunci itu kepada orang-orang tertentu atau ia dapat menarik kembali kunci-kuncinya. Karena para Rasul membutuhkan kunci-kunci itu untuk bertindak, dan Petruslah yang memiliki kunci-kunci itu, otoritas para Rasul tunduk kepada otoritas Petrus. Maka, bertentangan dengan pandangan kaum Ortodoks, kedua ayat ini, jika dipertimbangkan bersama secara cermat, merupakan bukti lebih lanjut untuk Kepausan: ajaran Yesus Kristus yang mereka lawan secara memberontak.

Kita melihat suatu kontradiksi lain di dalam posisi Ortodoks Timur, karena mereka siap mengakui bahwa Takhta Roma memiliki keutamaan kehormatan berdasarkan ayat-ayat seperti Matius 16, Yohanes 21, dll., tetapi menurut mereka, keutaman tersebut bukanlah keutamaan otoritas.

Uskup Timothy Ware, The Orthodox Church [Gereja Ortodoks]Penguin Books, 1993, hal. 27-28: “Keutamaan yang dinikmati oleh Roma bersumber dari tiga faktor … Gereja Ortodoks mengakui Petrus sebagai yang pertama dari antara para Rasul: ia tidak melupakan ‘ayat-ayat Petrina’ yang terkenal di dalam Injil (Matius xvi, 18-19; Lukas xxii, 32; Yohanes xxi, 15-17) … kebanyakan [teolog Ortodoks] … mengakui bahwa Uskup Roma adalah penerus Petrus dalam suatu makna yang khusus.”

Tetapi, pandangan semacam itu jelas adalah omong kosong, karena ayat-ayat itu membahas otoritas, seperti yang telah kami tunjukkan. Perihal mengikat, melepaskan, menggembalakan kawanan domba adalah hal-hal melibatkan otoritas. Jadi, jika ayat-ayat tersebut mengajarkan bahwa penerus St. Petrus di Roma memiliki Keutamaan (yang adalah suatu hal yang juga diakui oleh kaum Ortodoks), maka, Keutamaan itu akan merupakan dan memang merupakan keutamaan otoritas/yurisdiksi – dan bukan semata-mata keutamaan kehormatan.

SHOW MORE