vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia | |
Bruder Peter Dimond, OSB Di dalam video ini saya ingin membahas beberapa kutipan baru yang menarik dari sepucuk surat bulla Kepausan yang lain. Kutipan-kutipan ini setahu kami belum pernah diterjemahkan sebelumnya ke dalam bahasa Indonesia sampai sekarang. Saya juga ingin menunjukkan bagaimana ajaran Gereja yang diungkapkan dalam dokumen ini sayangnya ditentang oleh banyak orang di zaman kita yang mengaku diri Katolik, namun kenyataannya bukan.
Surat bulla dari Paus Gregorius XIII ini, yang merupakan sebuah konstitusi apostolik, berjudul Sancta Mater Ecclesia dan bertanggal 1 Sep. 1584. Di dalam dokumen yang ditulis dalam bahasa Latin ini, Paus Gregorius XIII memerintahkan agar orang-orang Yahudi yang memiliki sinagoga di suatu daerah Kristiani harus mendengar khotbah Kristiani sekali seminggu. Khotbah itu bertujuan mengonversikan mereka ke dalam iman Katolik. Tentunya tidak seorang pun dapat memaksa mereka berkonversi atau dibaptis, namun para Paus, dalam cinta kasih mereka, mengundangkan supaya orang-orang Yahudi harus mendengarkan pengkhotbahan sabda Kristiani dalam harapan agar khotbah itu akan membuka hati mereka kepada kebenaran. Banyak Paus pada abad pertengahan menerbitkan surat bulla yang serupa. Orang hendaknya melihat bagaimana ajaran dan praktik Gereja yang satu ini secara langsung menentang injil palsu dan ajaran sesat Anti-Paus Fransiskus, yang secara terbuka mengutuk upaya-upaya mengonversikan orang non-Katolik kepada iman Katolik.
Sewaktu anda mempelajari ajaran Kepausan tentang hal ini dan berbagai perkara lainnya, perbedaan antara agama Katolik dan agama sesat Vatikan II menjadi sangat jelas.
Kami tentunya banyak berfokus dalam materi kami kepada ajaran Kepausan, dan kami harap ke depannya, jika Tuhan menghendaki, bisa menyajikan lebih banyak ajaran Kepausan yang mungkin kurang dikenal orang, karena sewaktu anda istilahnya kenal barang aslinya, yaitu ajaran Gereja yang autentik, anda bisa dengan mudah mengenali dan menolak ajaran yang palsu. Paus Gregorius XIII menyatakan:
Di dalam pernyataan yang sangat berwibawa ini, Paus Gregorius XIII mengajarkan bahwa seluruh bangsa Yahudi tanpa terkecuali akan diusir dari Yerusalem surgawi jika bangsa itu tidak mengakui Kristus. Tidak ada pengecualian karena tiada nama lain yang diberikan di bawah Surga kepada manusia selain nama Yesus yang olehnya kita harus diselamatkan (Kisah Para Rasul 4:12).
Kebenaran yang diungkapkan oleh Sri Paus di sini sudah diajarkan secara dogmatis oleh para Paus pendahulunya.
Namun kenyataan bahwa seorang Paus menuangkan ajaran dogmatis ini secara eksplisit dalam sebuah konstitusi apostolik patut dicatat. Ajaran Katolik ini seperti yang akan kita lihat disangkal oleh begitu banyak orang dan kelompok di zaman kita.
Gambaran yang diberikan oleh Sri Paus ini juga menarik. Beliau berkata bahwa orang-orang Yahudi “ … sedang dibinasakan oleh kelaparan akan sabda Allah dan kehausan akan air pemulihan.” Air pemulihan itu tentunya mengacu kepada Sakramen Pembaptisan, yang mereka perlukan, dan jika mereka tidak mendapatkannya, mereka akan binasa secara rohani.
Paus Gregorius XIII juga lalu menyebutkan beberapa poin yang harus ditekankan oleh para pengkhotbah ketika mereka sedang mencoba mengonversikan orang Yahudi. Poin-poin ini termasuk rujukan kepada Penjelmaan Tuhan kita, Sengsara, Wafat, Kebangkitan-Nya dan turunnya diri-Nya ke dalam Neraka, Kenaikan-Nya, kerajaan rohani-Nya, mukjizat-mukjizat Gereja, dll. Sri Paus juga memberi tahu para pengkhotbah itu supaya mereka menekankan berbagai poin yang membuktikan kesesatan agama Yahudi seperti:
Menarik di sini ketika Sri Paus menggambarkan harapan akan restorasi bait ketiga sebagai harapan yang hampa. Pernyataan Sri Paus ini semakin memperkuat posisi kami bahwa Bait Allah yang telah dinubuatkan bukanlah bait Yerusalem yang dibangun kembali, sebuah bangunan yang sama sekali bukan bait Allah. Nubuat tentang bait Allah itu mengacu kepada apa yang telah terjadi di Vatikan selama kemurtadan pasca-Vatikan II ini, seperti yang dibahas dalam video-video kami, seperti Wahyu di Vatikan Sekarang. Ada satu poin lain yang diperintahkan oleh Sri Paus kepada para pengkhotbah supaya mereka sebutkan, sebagai bukti lebih lanjut tentang kebenaran Kristiani, yaitu bahwa Injil Yesus Kristus telah diwartakan di seluruh dunia.
Dan di dalam Matius 24:14, Yesus berkata bahwa Injil akan diwartakan di seluruh dunia, dan setelahnya, akan datang akhir zaman.
Maka dalam alur waktu sejarah yang diberikan kita oleh Kitab Suci, Injil diwartakan ke seluruh dunia. Hal ini sudah terjadi, dan kemudian terjadi suatu kemurtadan besar atau ditinggalkannya iman, suatu peristiwa yang sedang kita lalui, dan lalu tiba akhir zaman. Alur waktunya tidak seperti ini: Injil diwartakan ke seluruh dunia, lalu orang menolaknya, lalu ada pemulihan, lalu orang menolaknya kembali, lalu tiba akhir zaman. Tidak, tidak seperti itu! Sri Paus berkata dalam pernyataannya bahwa Injil sudah diwartakan ke seluruh dunia. Dan hal ini memperkuat kesimpulan bahwa kemurtadan zaman ini merupakan kemurtadan terakhir yang mendahului kedatangan kedua Yesus Kristus. Kemurtadan ini tentunya terkait dengan nubuat-nubuat tentang bagaimana binatang akhir zaman (yaitu Roma pagan) yang dahulu kala digantikan oleh Roma Kristiani dan Eropa Kristiani, kembali pada akhir zaman namun dengan kedok atau penampilan Gereja sejati yang sebenarnya mengecoh – yaitu melalui sebuah Kontra-Gereja.
Nah, kebenaran yang diajarkan oleh Paus Gregorius XIII sudah diajarkan secara dogmatis oleh para Paus lainnya, termasuk Paus Eugenius IV.
Ajaran dogmatis ini merupakan bagian dari Pengakuan Iman yaitu bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan tanpa Iman Katolik.
Namun dogma ini sayangnya disangkal oleh banyak orang yang mengaku diri Katolik di zaman kita, termasuk kelompok-kelompok seperti Serikat St. Pius X, CMRI dan banyak kelompok lainnya. Kami sebelumnya sudah membahas hal yang satu ini, yaitu bahwa Uskup Agung Marcel Lefebvre, pendiri Serikat St. Pius X, dalam bukunya yang berjudul Against the Heresies yang diterbitkan oleh Serikat St. Pius X (yang saya punyai di sini) secara eksplisit dan berulang kali mengajarkan bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan dalam agama-agama non-Katolik. Ajaran semacam itu adalah bidah terang-terangan. Berikut ini dari halaman 208 dan 209 dari cetakan ini. Beberapa versi yang terdahulu dari buku ini memuat pernyataan-pernyataan ini dari halaman 216 sampai 218. Lefebvre menulis:
Pernyataan itu jelas bersifat bidah. Sebelum kami membahas pernyataan-pernyataan lain dari Lefebvre, mohon mempertimbangkan bagaimana perkataan Lefebvre secara langsung menentang ajaran Paus Gregorius XVI yang berkata demikian:
Lefebvre secara keliru percaya bahwa orang dapat diselamatkan tanpa iman Katolik dan di dalam agama-agama sesat, namun mereka diselamatkan oleh Gereja Katolik. Tidak, itu bukanlah ajaran Gereja. Gereja tidak mengajarkan bahwa orang-orang dapat diselamatkan tanpa iman Katolik dan di dalam agama-agama sesat, namun Gereja adalah sebab keselamatan mereka.
Tidak, Gereja mengajarkan secara dogmatis bahwa semua orang harus memiliki iman Katolik, harus berada dalam agama Katolik, harus berada di pangkuan dan di dalam kesatuan Gereja – dan bahwa semua orang yang meninggal sebagai pagan, bidah, Yahudi dll. tidak diselamatkan. Lefebvre juga menulis:
Pernyataan itu juga adalah bidah. Apa yang sudah didefinisikan secara dogmatis oleh Gereja disebut oleh Lefebvre sebagai kesalahan. Ia mengajarkan bidah yang sama dalam bukunya yang berjudul Open Letter To Confused Catholics dalam bagiannya yang membahas ekumenisme. Ia secara eksplisit menyebutkan pada bagian itu bahwa ia percaya orang Animis dan Muslim dan lain sebagainya dapat diselamatkan tanpa iman Katolik. Lefebvre dan SSPX tentunya menerapkan pandangan itu kepada orang Yahudi pula, dan oleh karena itu secara langsung menentang Paus Gregorius XIII dan sekumpulan ketetapan dogmatis.
Bidah yang sama ini juga diajarkan dalam brosur Serikat St. Pius X yang berjudul “Time Bombs of the Second Vatican Council.”
Bidah itu diajarkan oleh Bernard Fellay, mantan Jenderal Superior Serikat St. Pius X, yang secara eksplisit berkata bahwa ia percaya orang Hindu dapat diselamatkan tanpa iman Katolik.
Lefebvre membuat suatu kesalahan lain yang terkait dalam perkara ini. Ia mengira dirinya mempertahankan dogma “Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan” dengan berkata bahwa kita harus mengkhotbahkannya, meskipun kita percaya bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan di dalam agama-agama non-Katolik.
Tidak! Itu adalah kesalahan modernis. Gagasan bahwa dogma merupakan norma asasi untuk bertindak, namun bukan norma untuk percaya, sudah dikutuk oleh Paus Pius X. Dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan bukan hanya suatu hal yang kami khotbahkan, namun juga sesuatu yang kami percayai dan ketahui sebagai kebenaran. Itulah sebabnya dalam mendefinisikan kebenaran ini, Paus Eugenius IV pada Konsili Florence, menyatakan hal berikut: “Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah ....” Dogma itu dipercayai dan dikhotbahkan oleh Gereja. Dan posisi bidah yang diajarkan oleh Lefebvre itu diterima oleh semua imam Serikat Santo Pius X. Mereka sayangnya tidak punya iman Katolik. Dan itulah sebabnya, para imam yang seperti itu bisa saja punya penampilan luar yang berkesan, mereka bisa saja berpegang kepada Tradisi dalam berbagai cara, namun ketika mereka menyangkal suatu dogma Gereja, segalanya itu tidak akan berguna apa-apa bagi mereka.
Kalau anda menolak satu dogma pun, anda menolak iman segenap-genapnya. Dan bidah yang sama itu dianut oleh hampir semua, bukan semua lho ya, namun hampir semua imam independen dan kelompok independen pada zaman kita. Bidah itu tentunya juga dianut oleh Sekte Vatikan II serta kelompok-kelompok di bawah Sekte Vatikan II. Fakta ini telah kami dokumentasikan selama bertahun-tahun, yaitu bahwa Serikat St. Pius X (dan banyak kelompok lainnya) percaya bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan dalam agama-agama sesat – yang jelas merupakan bidah terang-terangan! Orang-orang yang peduli tentang iman sejati paham tentang hal ini dan menyadari bobotnya. Tetapi banyak orang lain yang bersikeras mendukung dan mempromosikan kelompok-kelompok tersebut sama sekali tidak peduli apa yang mereka ajarkan dalam perkara ini. Mereka pada dasarnya hanya peduli ke mana mereka bisa pergi Misa pada hari Minggu dan juga ke Gereja mana mereka bisa pergi. Sikap mereka itu tidak cukup untuk masuk Surga. Mereka mengompromikan iman, dan mereka tidak akan menyelamatkan jiwa mereka jika mereka tidak mulai percaya akan ajaran Gereja, dan berpegang kepada ajaran Gereja tanpa berkompromi. Dan orang-orang yang mendukung atau mempromosikan kelompok-kelompok yang percaya akan gagasan sesat tersebut, meskipun mereka sudah melihat buktinya ini, jiwa mereka tidak akan selamat. Salah satu alasan Allah membiarkan hampir segalanya dirampas adalah Allah melihat orang-orang tidak peduli akan kebenaran dan firman-Nya. Adapun orang-orang yang peduli sedikit, mereka sering kali hanya terutama peduli ke mana mereka pergi Misa pada hari Minggu. Mereka tidak peduli tentang iman yang berkenan kepada Allah. Dan sikap mereka itu tidak cukup. Itulah sebabnya ketika Raja Saul mencoba mempersembahkan kurban dengan cara yang tidak taat, Nabi Samuel berkata kepadanya bahwa ketaatan lebih baik daripada kurban sembelihan, dan “Karena engkau telah menolak firman Tuhan, Ia juga telah menolak engkau ....”
Anda harus menaati firman Allah dan menerima wahyu ilahi untuk memperoleh keselamatan. Itulah fondasi dari segalanya. Anda tak bisa mengenal Allah tanpa percaya akan kebenaran-Nya. Anda tidak bisa berkenan kepada-Nya. Anda tak bisa menyelamatkan jiwa anda. Segala sesuatu harus dibangun atas fondasi itu. Maka meskipun kelompok-kelompok yang lain itu memiliki penampilan luar yang berkesan, mereka tidak memiliki iman sejati. Mereka tidak punya fondasinya dan mereka tidak dapat berkenan kepada Allah. Kelompok CMRI adalah salah satu kelompok bidah yang menyangkal kebenaran ini. Mereka percaya akan posisi bidah yang sama yang dianut oleh SSPX dalam perkara ini. Saya sekitar 12 tahun lalu berbicara dengan seorang imam dari CMRI yang bernama Romo Benedict Hughes. Dalam percakapan ini ia mengakui (dan rekamannya ada pada situs kami), bahwa ia percaya seseorang yang tidak percaya akan Yesus dapat berada di dalam Gereja. Dan ketika saya bertanya kepada dia apakah ia percaya orang-orang Yahudi yang menolak Yesus bisa selamat dalam keadaan mereka itu, imam itu tidak berkata bahwa mereka tidak dapat diselamatkan. Dia bukan Katolik! Dia tidak percaya akan dogma Katolik. Dia tidak percaya akan Injil. Pernahkah para imam seperti itu membaca Injil St. Yohanes? Atau surat-surat Santo Yohanes?
Jadi mereka menolak Kitab Suci, Injil dan serangkaian ketetapan dogmatis. Mereka tidak Katolik. Mereka tidak punya iman sejati. Beberapa orang tampaknya berpikir bahwa kaum bidah yang independen ini, yang beroperasi di luar sana, entah bagaimana mewakili hierarki Katolik yang sejati. Tidak! Terkait kelompok-kelompok bidah yang sedang kami bahas di sini, mereka hanyalah individu-individu bidah yang independen yang telah memutuskan agar diri mereka sendiri ditahbiskan. Mereka tidak punya izin dari Gereja untuk melakukan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka tidak terpanggil oleh Allah. Mereka tidak terpanggil oleh Gereja. Dan kenyataan bahwa mereka menyangkal dogma yang satu ini, namun tetap mengaku diri berfungsi sebagai imam Katolik, juga menjelaskan mengapa begitu banyak dari antara mereka sedemikian memusuhi ajaran Gereja bahwa anda harus dibaptis dan memiliki iman Katolik untuk memperoleh keselamatan.
Mereka menyerang ajaran Gereja bahwa anda harus dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, karena mereka memberontak terhadap perlunya Yesus Kristus sendiri. Dan karena itulah perlawanan mereka terhadap posisi bahwa anda harus dibaptis, bukanlah perkara tentang katekumen yang belum dibaptis. Dan dalam perkara itu mereka salah. Itu sungguh mewujudkan pemberontakan Antikristus mereka terhadap perlunya Yesus Kristus sendiri, perlunya iman Katolik sendiri. Sekarang, sebelum saya membahas lebih banyak tentang kelompok CMRI, saya ingin menyebutkan suatu hal tentang Romo Denis Fahey. Ia adalah seorang penulis pra-Vatikan II yang populer. Fahey menulis beberapa hal yang baik, namun ia sayangnya sangat buruk dan bidah dalam perkara keselamatan, seperti begitu banyak orang lain pada waktu itu. Seperti yang telah kami tunjukkan sebelumnya, Kemurtadan Vatikan II tidak begitu saja bermula pada Vatikan II. Jalan menuju kemurtadan itu sudah dirintis sebelum Vatikan II. Dan penyangkalan terhadap dogma keselamatan adalah faktor utamanya. Di dalam buku Fahey yang berjudul The Kingship of Christ and the Conversion of the Jewish Nation, ia secara eksplisit mengajarkan bahwa ‘seorang anggota Bangsa Yahudi yang menolak Tuhan kita mungkin memiliki kehidupan supernatural yang hendak dilihat Allah dalam setiap jiwa’ – yang berarti keadaan rahmat.
Jika seorang Yahudi, yang menurut Fahey menolak Tuhan kita, dapat berada dalam keadaan rahmat, orang yang sama itu juga dapat diselamatkan dalam keadaan seperti itu. Dan ajaran semacam itu tentunya, seperti yang telah kita lihat, adalah bidah terang-terangan. Sangat menarik pula ketika Fahey menggunakan istilah “Bangsa Yahudi”; istilah itu hampir persis sama dengan istilah yang digunakan Paus Gregorius XIII dalam konstitusi apostoliknya: … Iudaeorum quondam nationem…” Paus Gregorius XIII merujuk kepada bangsa orang Yahudi – tetapi ajaran Sri Paus dan Fahey dalam perkara itu justru berlawanan. Paus Gregorius XIII dengan benar mengajarkan bahwa seluruh bangsa itu, jika mereka tidak mengakui Kristus, akan diusir dari Yerusalem surgawi. Tetapi Fahey justru berkata: ‘Oh tidak! Beberapa dari mereka bisa diselamatkan.’ Pernyataan itu adalah bidah. Sekarang, Romo Bernard Welp, seorang imam dari kelompok CMRI, ditanya melalui email oleh seseorang yang kami kenal: apakah ia setuju dengan ajaran Fahey yang baru saja dikutip dan ajaran Lefebvre bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan dalam agama-agama non-Katolik. Dia menjawab melalui email dengan berkata demikian: “Tentunya.”
Dan dia mengatakan beberapa hal lain untuk terus menekankan bahwa dia setuju dengan posisi yang diungkapkan Fahey dan Lefebvre. Dia tidak Katolik. Dia sama sekali menolak dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Dia menolak Injil; mereka tidak percaya akan Injil. Dan posisi itu diterima oleh semua imam CMRI. Mereka tidak Katolik. Dan mereka tidak terpanggil oleh Allah. Mereka tidak terpanggil oleh Gereja. Mereka hanya sekawanan bidah yang telah secara gegabah berfungsi sebagai imam, meskipun mereka tidak diizinkan berbuat demikian. Dan mereka bahkan tidak Katolik. Maka orang-orang yang melihat fakta-fakta ini dan terus mendukung atau mempromosikan kelompok-kelompok ini, akan binasa jiwanya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi kelompok-kelompok ini, namun juga banyak kelompok lainnya seperti SSPV, kelompok uskup Sanborn, dll. Inilah masalah utamanya, yaitu penyangkalan terhadap kebenaran ini. Dan karena itulah di banyak kalangan semacam itu, anda bisa mengutip ajaran Kepausan tentang Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan – dan lalu mereka akan menanggapi dengan menyebut anda “Feeneyit”! – suatu istilah yang sangat tidak akurat. Sebabnya itu adalah karena mereka sungguh-sungguh dirasuki roh Antikristus, yang melawan perlunya Kristus dan pembaptisan-Nya. Dan karena itulah kami menyebut mereka sebagai “pencemooh Yohanes 3:5”, sebab mereka memang demikian adanya. Dan kami akan terus menyebut mereka seperti itu ke depannya. Video ini hendak saya tutup dengan kutipan dari sepucuk surat bulla yang lain dari Paus Gregorius XIII, yang bertanggal 28 Mei 1581. Surat bulla ini membahas implementasi kebijakan-kebijakan untuk membantu orang Kristen yang sedang ditawan oleh orang kafir.
Paus Gregorius XIII mengkhawatirkan orang-orang Kristen yang ditawan, karena akibat tekanan dan kesusahan yang mereka alami, mereka mungkin meninggalkan iman yang telah mereka terima dalam pembaptisan. Sri Paus berkata:
Maka kita kembali melihat di sini bahwa orang-orang menerima iman di dalam pembaptisan. Dan ajaran ini konsisten dengan ajaran Konsili Trente dalam Dekret tentang Justifikasi: yaitu sebelum para katekumen yang tak dibaptis menerima Sakramen Pembaptisan, mereka mengemis iman dari Gereja yang mengaruniakan kehidupan kekal.
Mereka menerima iman dalam pembaptisan! Maka menurut ajaran Konsili Trente, katekumen yang tak dibaptis tidak memiliki iman yang mengaruniakan kehidupan kekal sampai dirinya dibaptis. Itulah sebabnya mereka yang dibaptis disebut sebagai umat beriman. Itulah satu-satunya cara menerima iman, memasuki Gereja dan memperoleh keselamatan. |
SSPX, CMRI & Fransiskus vs Ajaran Kepausan yang Otoritatif
SHOW MORE
Latest News
Doctor operating in Gaza finds "tungsten cube" used in Israeli explosive weapons - must-see video
Kash Patel (Trump FBI pick) calls for FBI headquarters to be turned into "museum of the deep state" - video
Deep State wants Kash Patel pick as FBI director rejected - Could Patel end up being the best FBI pick ever?
FBI agent says those in the FBI think if you get a new leader you can wait because he will be gone in 2 years
Trump’s FCC chairman pick vows to dismantle leftist disinformation cartel