vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia | |||||||||||||
Iman & Doktrin | Kitab Suci & Apologetika | Video-Video Penting Bruder Peter Dimond, OSB Ada suatu hal di dalam Perjanjian Lama yang, sewaktu dicermati sehubungan dengan Kisah Para Rasul 15, membuktikan lebih lanjut secara pasti, bahwa St. Petrus adalah Paus pertama. Saya belum pernah melihat poin ini dibuat oleh seorang pun sebelumnya. Tetapi sebelum kita mencermati poin yang satu ini, orang harus memahami dengan jelas bahwa ada begitu banyak bukti bahwa Yesus menjadikan St. Petrus sebagai Paus pertama, dari berbagai ayat seperti Matius 16:18-19, di mana Yesus memberi Simon nama baru, yaitu Petrus, yang berarti batu karang. Dan Yesus juga berkata di dalam ayat-ayat ini bahwa Ia akan mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus, bahwa Ia akan memberikan kepada Petrus kunci-kunci Kerajaan Surga, dan bahwa apa pun yang diikat oleh Petrus di atas bumi akan terikat di dalam Surga, dan bahwa apa pun yang dilepaskan oleh Petrus di atas bumi juga akan terlepas di dalam Surga.
Ada pula Lukas 22. Di dalam bab ini, Yesus berbicara kepada para Rasul-Nya tentang Kerajaan-Nya, yaitu Gereja Allah di atas Bumi. Di dalam Lukas 22:29, Yesus berkata:
Di dalam konteks di mana Yesus membahas tentang Kerajaan itu, akan seperti apa struktur Kerajaan itu, dan siapa yang akan menjadi yang terbesar di dalamnya (seturut Lukas 22:24-25), Yesus mengkhususkan St. Petrus sendiri dari antara para Rasul yang lain. Di dalam Lukas 22:31-32, Yesus berkata:
Ada satu hal yang penting dicatat di sini, yaitu, sewaktu Yesus berkata Setan telah menuntut untuk memiliki kalian, kata kalian ini tentunya adalah kata ganti orang jamak. Hal ini jelas terlihat dalam naskah Yunani orisinal dari ayat ini, walaupun tidak terlihat jelas dalam banyak terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia. Setan telah menuntut untuk menampi semua Rasul (yang berjumlah jamak), sedangkan Yesus hanya berdoa untuk Simon Petrus seorang, yakni tunggal, agar imannya tidak gugur.
Yesus berkata bahwa St. Petrus, rasul yang akan menerima kunci-kunci Kerajaan Surga, juga akan memiliki iman yang tidak akan gugur. Yesus hanya mengatakan hal ini tentang St. Petrus, dan dengan demikian Yesus memisahkan St. Petrus dari para rasul yang lain. Konteks di mana Yesus membuat jaminan ini tentang St. Petrus adalah dalam membahas bagaimana Kerajaan-Nya akan terstruktur dan siapa yang akan menjadi yang terbesar di dalam kerajaan-Nya. Janji Yesus tentang iman St. Petrus yang tidak akan gugur berhubungan dengan infalibilitas jabatan St. Petrus. Janji itu dikenal dengan nama Infalibilitas Kepausan. Kita juga melihat Yohanes 21:15-17. Yohanes 21 mencatat bahwa setelah Yesus bangkit, Ia tampak kepada Petrus dan beberapa rasul yang lain. Yesus lalu memanggil Petrus seorang diri dan memercayakan seluruh kawanan domba-Nya kepada Petrus. Yesus berfirman kepada St. Petrus: “Berilah makan anak-anak domba-Ku”, “Gembalakanlah domba-domba-Ku”, dan “Berilah makan domba-domba-Ku.” Domba-domba-Nya adalah orang-orang Kristiani, para anggota Gereja-Nya.
Lihatlah Yohanes 10:11 dan banyak ayat lainnya.
Maknanya, di dalam Yohanes 21:15-17, Yesus memercayakan seluruh kawanan domba-Nya kepada St. Petrus dan berfirman agar Petrus memberi makan dan memerintah kawanan domba-Nya. Kenyataannya, di dalam Yohanes 21:16, di mana kita melihat perintah kedua dari tiga perintah Yesus kepada Petrus, Yesus menggunakan kata dalam bahasa Yunani Ποίμαινε [poimane]. Ποίμαινε adalah bentuk imperatif aktif masa kini, orang kedua tunggal dari kata kerja ποιμαίνω [poimano], yang berarti saya menggembalakan, menjaga atau memerintah. Kata kerja ποιμαίνω [poimano ] digunakan berulang kali di dalam Kitab Wahyu untuk mengungkapkan otoritas Yesus sendiri untuk memerintah. Sebagai contoh:
Dan
Yesus menggunakan kata kerja yang persis sama di Yohanes 21:16 sewaktu Ia memerintahkan St. Petrus untuk menggembalakan atau memerintah domba-domba-Nya, karena St. Petrus akan menjadi Paus pertama. Petrus menerima otoritas yang istimewa dari Kristus untuk memimpin dan menggembalakan umat Kristiani. Omong-omong, otoritas yang Yesus janjikan kepada St. Petrus di dalam Mt. 16:18-19 sebenarnya tidak diberikan kepada St. Petrus sampai terjadinya peristiwa yang tercatat pada Yohanes 21:15-17. St. Petrus menjadi Paus hanya setelah Kebangkitan Yesus, yaitu, sewaktu Yesus memberikan otoritas atas seluruh kawanan domba-Nya kepada St. Petrus. Kata-kata Yesus di dalam Mt. 16:18-19 adalah janji-janji tentang apa yang akan didirikan-Nya di dalam St. Petrus di masa depan. Itulah sebabnya janji-janji-Nya diungkapkan di dalam kala linguistik masa depan: “Aku akan mendirikan Gereja-Ku…”, “Aku akan memberikan kepadamu kunci-kunci kerajaan Surga ….”, dsb. Otoritas dan kedudukan yang istimewa yang dikaruniakan Yesus Kristus kepada St. Petrus juga terbukti secara jelas oleh keistimewaan dan pentingnya St. Petrus yang diceritakan dalam Injil dan dalam Kisah Para Rasul:
Kita juga melihat cara Kitab Suci menyebutkan nama Petrus dalam konteks rasul-rasul yang lain. Setiap daftar kedua belas Rasul di dalam Perjanjian Baru menyebutkan nama Petrus pertama-tama dan Yudas terakhir. Hal ini memang benar meskipun urut-urutan para Rasul yang lain yang ada di tengah daftar-daftar ini tidak selalu persis sama. Di dalam daftar Kitab Matius, Petrus tidak hanya disebutkan pertama kali, tetapi ia secara langsung disebutkan sebagai yang pertama atau ketua.
Kata dalam bahasa Yunani yang digunakan di Matius 10:2 (πρωτος) [protos] berarti pertama, ketua, atau pemimpin. Karena daftar para rasul itu tidak memuat nomor yang lain – dan Petrus bukanlah rasul pertama yang mengikuti Yesus (melainkan Andreas) – pernyataan ini tidak bermaksud memberikan suatu nomor kepada Simon Petrus. Pernyataan ini bermaksud menunjukkan bahwa ia adalah sang ketua, pemimpin, atau kepala dari kedua belas rasul. Secara harfiah, kitab Matius sedang berkata: Sang Ketua, Petrus.
Di samping itu, sewaktu nama Petrus disebutkan, para rasul yang lain sering disebutkan sebagai mereka yang berada bersama Petrus.
Malaikat di dalam Markus 16 bahkan melakukannya setelah Kebangkitan Yesus:
Kitab Suci berulang kali mengkhususkan St. Petrus dan memisahkannya dari para rasul yang lain, karena Petruslah sang pemimpin, Paus yang pertama. Sekarang, marilah kita mencermati suatu bukti lebih lanjut yang mengejutkan untuk fakta ini di dalam Kisah Para Rasul. Untuk memahami poin yang satu ini, kita harus mengetahui bahwa menurut Perjanjian Baru, Yesus akan duduk di atas takhta Daud dan mewarisi kerajaannya. Allah dahulu membuat suatu perjanjian dengan Daud untuk mendirikan suatu kerajaan. Monarki Daud, yang merupakan Kerajaan Allah di atas Bumi di dalam Perjanjian Lama, dimaksudkan sebagai suatu prototipe Kerajaan Allah yang akan didirikan Yesus. Itulah alasan Yesus disebut sebagai Putra Daud di dalam Injil. Itulah pula mengapa salah satu tema utama dari Injil Matius adalah kerajaan. Itulah pula mengapa St. Petrus sendiri berkata di dalam Kisah Para Rasul 2:30 bahwa Yesus duduk di atas takhta Daud.
Itulah mengapa Lukas 1:32 berkata demikian tentang Yesus:
Yesus duduk di atas takhta Daud. Tetapi Kerajaan Yesus adalah kerajaan yang bersifat rohani; Kerajaan-Nya itu adalah Gereja-Nya, yang bukan hanya menggenapi, tetapi melampaui prototipenya, yaitu Kerajaan Daud. Intinya, Kerajaan Yesus, yang adalah Gereja-Nya, mencontoh kerajaan Daud dan Israel di dalam Perjanjian Lama. Ingatlah hal ini. Sebagai contoh, para menteri kerajaan yang merupakan kabinet kerajaan Daud, dan juga kedua belas suku Israel merupakan suatu prefigurasi atau gambaran lebih awal yang menandakan kedua belas rasul Yesus di kemudian hari. Nah, di dalam Kisah Para Rasul bab 15, kita membaca tentang Konsili Yerusalem. Konsili ini adalah suatu pertemuan akbar yang sangat penting dari ἐκκλησία, yaitu Gereja, yang membahas penyunatan, dan cara memperlakukan orang non-Yahudi yang berkonversi menganut Injil ke depannya. Maka dari itu, pertemuan itu membahas bagaimana Gereja Allah akan berkarya, Gereja Allah yang merupakan Kerajaan Allah di Perjanjian Baru. Dan pertemuan itu juga membahas bagaimana Gereja Allah akan didirikan atau diperbesar di masa depan. Di dalam Kisah Para Rasul 15:6, kita membaca bahwa:
Maka, para pejabat Gereja menghadiri pertemuan yang penting ini di Yerusalem. Nah, jika kita kembali meninjau Perjanjian Lama, dan khususnya 1 Tawarikh 28, kita membaca berlangsungnya suatu konsili yang lain. Konsili ini berlangsung pada masa pemerintahan Raja Daud dan juga bertempat di Yerusalem. Dan sebagaimana para pejabat Gereja, para Rasul dan penatua-penatua, menghadiri Konsili Kisah Para Rasul 15 yang bertempat di Yerusalem, kita membaca di 1 Tawarikh 28:1 bahwa “segala pembesar Israel” berhimpun di dalam konsili Perjanjian Lama yang bertempat di Yerusalem.
Di samping itu, Konsili yang bertempat di Yerusalem yang tercatat di 1 Tawarikh 28 berhimpun untuk membahas pembangunan bait atau rumah Allah.
Bait atau rumah Allah di dalam Perjanjian Lama adalah suatu tipe Gereja Perjanjian Baru. Sebagai contoh, lihatah:
Lihat pula Ibrani 3:6, 1 Petrus 2:5, dan berbagai ayat lain tentang hubungan antara bait Allah di Perjanjian Lama dan Gereja Allah di Perjanjian Baru. Karena Konsili di Yerusalem 1 Tawarikh 28 bertemu untuk membahas bagaimana bait Allah di Perjanjian Lama akan didirikan, konsili Perjanjian Lama tersebut merupakan suatu simbol atau tipe yang persis dari Konsili yang berlangsung di masa depan di Kisah Para Rasul bab 15, yang juga berlangsung untuk membahas pembangunan dan pembesaran bait Allah, yaitu, Gereja Perjanjian Baru ke depannya.
Kenyataannya, di dalam Kisah Para Rasul 15:16, di Konsili Perjanjian Baru yang berlangsung di Yerusalem, kita melihat adanya rujukan langsung kepada nubuat di dalam Amos 9:11 tentang pembangunan kembali tabernakel Daud.
Tabernakel Daud adalah kemah di mana Tabut Perjanjian disimpan sebelum pembangunan Bait Allah. Maka dari itu, Tabernakel Daud adalah pendahulu dari bait/rumah Allah dan melambangkan bait/rumah Allah itu. Kisah Para Rasul 15:16 berpesan bahwa dengan dipersatukannya bangsa-bangsa non-Yahudi ke dalam Gereja – yaitu perkara yang dibahas secara khusus di dalam Konsili tersebut – nubuat tentang pembangunan kembali tabernakel Daud, yang merupakan bait Allah, sedang digenapi. Maka, Konsili Yerusalem di 1 Tawarikh 28, yang berlangsung untuk membahas pembangunan bait Allah jelas merupakan tipe dari Konsili Yerusalem di Kisah Para Rasul 15, yang berlangsung untuk membahas pembangunan bait atau Gereja Allah.
Paralel yang jelas antara kedua konsili Yerusalem tersebut telah dijabarkan, maka sekarang mari kita meninjau hal berikut. Di dalam 1 Tawarikh 28:2, kita membaca:
Di dalam Konsili di Yerusalem ini, yang berkenaan dengan pembangunan bait Allah, dan yang jelas merupakan gambaran lebih awal yang menandakan Konsili Yerusalem di Kisah Para Rasul 15, orang yang dikatakan Kitab Suci berdiri pada perhimpunan itu adalah Sri Raja. Orang yang berdiri di tengah-tengah orang lain untuk menyambut mereka adalah ia yang memiliki otoritas tertinggi atas Israel. Di dalam Kisah Para Rasul 15:7, di Konsili Perjanjian Baru di Yerusalem, suatu konsili yang juga menentukan pembangunan dan pembesaran bait Allah (Gereja Perjanjian Baru-Nya), kita membaca hal berikut:
Kitab Suci menggambarkan dan menunjuk Petrus sebagai orang yang berdiri di Konsili Yerusalem di Kisah Para Rasul 15, sama seperti Kitab Suci menjelaskan dan menunjuk Raja Daud sebagai orang yang berdiri di Konsili Yerusalem di 1 Tawarikh 28, karena sebagai pemimpin Gereja dan Paus pertama, Petrus memiliki otoritas tertinggi di atas Israel yang Baru, yaitu Gereja, sebagaimana Raja Daud memiliki otoritas tertinggi di atas Israel di Perjanjian Lama. Dan jika anda belum yakin tentang paralel ini, mohon terus mendengarkan. Sewaktu ia melanjutkan sambutannya, di 1 Tawarikh 28:4, kita melihat bahwa Daud berkata demikian:
Raja Daud berdiri di konsili di Yerusalem – Konsili yang berkenaan dengan pembangunan bait Allah – dan berkata bahwa Tuhan Allah “telah memilih aku”. Di dalam Kisah Para Rasul 15:7, di Konsili Perjanjian Baru di Yerusalem – yakni Konsili yang berkenaan dengan pembangunan Gereja Allah – kita membaca bahwa Petrus berkata demikian:
Paralel ini mengejutkan dan jelas. Sabda Allah yang terilhami menggambarkan Petrus di Konsili Yerusalem yang tercatat di Kisah Para Rasul 15 dengan cara yang sama Kitab Suci menggambarkan Raja Daud di Konsili Yerusalem pada 1 Tawarikh 28. Daud berdiri di tengah-tengah orang lain dan berkata bahwa dari antara segenap kaum keluarganya, Allah telah memilih aku. Demiian pula, Petrus berdiri di tengah-tengah orang lain dan berkata bahwa dari antara kalian, yaitu dari antara para rasul, penatua-penatua dan perwakilan Gereja, Allah telah memilih perantaraan mulutku. Ada juga hal yang menarik, yaitu bahwa dalam terjemahan Yunani dari 1 Tawarikh 28:2, kata untuk perhimpunan yang di tengah-tengahnya Daud berdiri, berbicara, dan menyatakan bahwa Allah telah memilih dirinya, adalah ἐκκλησία [ekklesia]. Kata ini adalah kata bahasa Yunani untuk Gereja, yang berulang kali digunakan di dalam Kisah Para Rasul 15 untuk menggambarkan perhimpunan Gereja, yang di tengah-tengahnya Petrus berdiri, berbicara, dan menyatakan bahwa Allah telah memilih dirinya. Daud dan Petrus berdiri di tengah-tengah Gereja atau ἐκκλησία dan menyatakan bahwa Allah telah memilih mereka.
Petrus mengatakan dan melakukan apa yang dikatakan dan dilakukan Daud persisnya karena Petrus memiliki otoritas tertinggi di atas Gereja Perjanjian Baru, seperti bagaimana Raja Daud memiliki otoritas tertinggi di atas Israel. Gereja adalah Israel milik Allah (lihatlah Galatia 6:16). Kenyataan ini kembali ditegaskan oleh perkataan Septuaginta atau LXX. Septuaginta atau LXX adalah terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini adalah versi Perjanjian Lama yang paling sering dikutip oleh para penulis yang terilhami di dalam Perjanjian Baru. Di dalam versi Septuaginta dari 1 Tawarikh 28:4, kita membaca sewaktu Raja Daud berkata Allah telah memilih aku, kata untuk telah memilih adalah ἐξελέξατο [ekseleksato]. Ini adalah bentuk indikatif medial aoristus, orang ketiga tunggal dari kata kerja bahasa Yunani ἐκλέγω [eklego], yang berarti saya memilih, menunjuk atau menyeleksi. Di dalam Kisah Para Rasul 15:7, sewaktu Petrus berdiri dan berkata bahwa Allah telah memilih perantaraan mulutku, kata yang digunakan untuk telah memilih bukan hanya berasal dari kata kerja yang sama, tetapi juga kata yang persis sama yang kita temukan di dalam 1 Tawarikh 28:4: ἐξελέξατο [ekseleksato].
Teks Kitab Suci yang terilhami ini memberi kita suatu paralel yang sangat mengejutkan antara kedua konsili Yerusalem, dan kata-kata serta perbuatan dari para pemimpin kedua konsili tersebut, untuk menegaskan lebih lanjut bahwa Allah telah memilih Petrus untuk memiliki otoritas tertinggi di atas Israel yang Baru, yaitu Gereja, sebagaimana Allah telah memilih Raja Daud untuk memiliki otoritas tertinggi di atas Israel di dalam Perjanjian Lama. Dan seperti halnya jabatan Raja Daud yang memiliki para penerus, jabatan Santo Petrus juga memiliki para penerus. Kenyataannya, di dalam 1 Tawarikh 28, Raja Daud lalu berkata bahwa meskipun Allah telah memilihnya sebagai raja atas Israel, penerusnyalah, yaitu Raja Salomo, yang sebenarnya akan mendirikan bait Allah. Di dalam 1 Tawarikh 29:1, Raja Daud juga menjelaskan bahwa Salomo, sebagai penerusnya, adalah “satu-satunya yang telah dipilih Allah.” Hal ini menunjukkan lebih lanjut bahwa Allah hanya memilih satu orang untuk menjadi raja, dan bahwa raja itu memiliki para penerus di dalam jabatan yang istimewa itu. Demikian pula, Allah telah memilih Petrus untuk menjadi batu karang, fondasi Gereja dan pemilik kunci-kunci Kerajaan Surga, tetapi para penerusnya, yaitu para Paus di masa depan, akan menuntaskan perluasan atau pertumbuhan bait Allah, yaitu Gereja, seraya para konvert yang baru terus masuk ke dalam Tubuh Kristus di sepanjang sejarah. Otoritas St. Petrus di Konsili Yerusalem juga terlihat jelas dari fakta bahwa sebelum pidatonya, terjadi banyak perdebatan.
Tetapi segera setelah Petrus mengakhiri kata-katanya di dalam Kisah Para Rasul 15:11, ayat yang persis selanjutnya berkata:
Perhatikan teks Kitab Suci yang terilhami menyebutkan diamnya khalayak segera setelah Petrus menuntaskan kata-katanya. Oleh karena itu, Kitab Suci mengajarkan adanya perdebatan yang sedang berlangsung sebelum pidato Petrus, tetapi perdebatan itu berakhir segera setelah posisi Petrus disampaikan dan setelah pidatonya tuntas. Barnabas, Paulus, dan Yakobus lalu berbicara kepada Gereja, setelah Petrus menetapkan kebenaran doktrin dan prinsip utama yang akan bertahan di sepanjang segala abad: yaitu, orang non-Yahudi yang berkonversi kepada Kristus tidak perlu dibebani dengan penyunatan dan segala ketentuan Hukum Lama.
Walaupun St. Petrus adalah pemimpin Gereja universal, sejarawan Gereja kuno yang bernama Eusebius, memberi tahu kita bahwa Yakobuslah yang dijadikan Uskup gereja setempat di Yerusalem. Harus dicatat pula bahwa, dengan pengecualian yaitu larangan untuk imoralitas seksual atau percabulan, yang tentunya bersumber dari hukum Ilahi dan diulangi di banyak tempat di dalam Perjanjian Baru, usul yang diberikan oleh Yakobus di Konsili Yerusalem, agar para konvert dari bangsa-bangsa non-Yahudi menjauhkan diri dari makanan yang telah dikurbankan kepada berhala, dari darah, dan dari hal-hal yang mati dicekik, usul Yakobus yang diterapkan oleh para rasul ini berkenaan dengan disiplin Gereja, dan bukan dengan dogma.
Usul Yakobus ini adalah kebijakan disiplin yang diterapkan oleh Gereja pada masa apostolik itu, masa di mana suatu Gereja Kristus yang tunggal sedang terbentuk dari orang-orang yang dahulunya menaati Hukum Lama dan bangsa-bangsa lain yang tidak mematuhi hukum tersebut. Lihatlah 1 Korintus 8, 1 Korintus 10:25-29, dan surat bulla dogmatis Cantate Domino dari Konsili Florence dari Gereja Katolik sebagai bukti bahwa ketentuan di Kisah Para Rasul 15:29 untuk menghindari konsumsi makanan-makanan tertentu itu hanyalah suatu kebijakan disiplin yang bersifat sementara, dan bukan hukum atau ajaran dogmatis yang tidak terpisahkan dari iman akan Kristus. Ketentuan tersebut sama sekali berhenti mengikat dan sama sekali tidak berlaku setelah periode apostolik.
Maka apa yang dibahas dan diusulkan oleh Yakobus pada Konsili Yerusalem adalah suatu kebijakan disiplin. Namun apa yang dinyatakan oleh Santo Petrus adalah kebenaran dogmatis, yang akan terus berlaku pada seluruh sejarah Gereja – yaitu, bahwa orang-orang yang berkonversi dari bangsa non-Yahudi kepada Gereja Kristus tidak perlu menaati penyunatan dan ketentuan-ketentuan lainnya dari Hukum Lama. Prinsip dogmatis ini akan menentukan semua keturunan Kristiani di masa depan dan menetapkan bagaimana Gereja akan didirikan atau diperbesar di sepanjang segala abad. Itulah mengapa prinsip dogmatis tersebut dipermaklumkan oleh Santo Petrus, kepala Gereja – rasul yang berdiri pertama-tama di tengah perhimpunan, dan yang kata-katanya mendiamkan perdebatan. Otoritas St. Petrus atas Gereja juga merupakan alasan yang persis mengapa konvert pertama dari bangsa non-Yahudi, yang bernama Kornelius, secara khusus diberi tahu agar ia menemui St. Petrus, pemimpin Gereja.
Itulah juga persisnya mengapa hanya St. Petrus seorang dirilah yang diberi penglihatan yang agung yang tercatat di Kisah Para Rasul 10:10-16. Penglihatan ini menandakan bahwa larangan-larangan Hukum Lama tentang makanan yang haram telah berakhir dan penglihatan ini juga akan membentuk seluruh sejarah Gereja di masa depan.
Allah menyampaikan aturan dogmatis yang diinginkan-Nya sebagai pedoman seluruh Gereja kepada kepala Gereja, St. Petrus, agar sekalinya pemimpin Gereja memberitakan kebenaran tentang hal tersebut, para pengikut Gereja di bawah otoritas St. Petrus akan menerima aturan itu. Patut dicatat pula bahwa sewaktu Yakobus mulai berbicara, ia membuat suatu rujukan kepada apa yang sudah dikatakan oleh Simon Petrus.
Sewaktu Yakobus mulai berceramah, ia dengan hormat menyebutkan pidato St. Petrus; tetapi, sewaktu Petrus mulai berbicara, ia tidak merujuk kepada orang lain, tidak seorang pun. Petrus hanya menyebutkan bagaimana Allah telah memilih dirinya.
Fakta-fakta ini jelas membuktikan Kepausan, dan bobot fakta-fakta ini seharusnya terlihat lebih jelas sewaktu kita mengingat bahwa Yesus duduk di atas takhta Daud. Yesus adalah Raja, Allah benar dan manusia benar. Yesus adalah pendiri Gereja, dan penerus terakhir dari takhta Daud, tetapi Yesus memberikan otoritas-Nya, kunci-kunci Kerajaan-Nya dan amanat untuk menggembalakan domba-domba-Nya kepada St. Petrus. Maka, jabatan yang diemban oleh St. Petrus adalah jabatan perdana menteri atau vikaris Yesus, sewaktu kita memandang Yesus sebagai Raja; tetapi sewaktu Yesus meninggalkan bumi dan naik ke Surga, Ia memberikan otoritas-Nya atas Gereja kepada St. Petrus, dan Petrus dengan demikian memegang posisi Raja. Itulah mengapa posisi Petrus di dalam Kitab Suci sejajar dengan posisi perdana menteri di bawah raja-raja Perjanjian Lama dan posisi Raja Daud sendiri, seperti yang baru saja kita lihat. Di dalam monarki Daud, kita bukan hanya mendapati seorang raja yang memimpin seluruh rakyat, tetapi kita juga melihat bahwa Sri Raja memiliki kabinet rajani. Kabinet kerajaan Yesus, yang sejajar dengan kedua belas suku Israel dan kabinet rajani dalam Monarki Daud, adalah kedua belas rasul. Tetapi, dari antara semua menteri raja di dalam Monarki Daud, ada seorang menteri yang istimewa yang otoritasnya melampaui otoritas para menteri lainnya. Ialah sang perdana menteri, yaitu menteri yang menjaga rumah Sri Raja. Di dalam Yesaya 22, kita membaca bahwa sang perdana menteri MEMILIKI KUNCI rumah Daud.
Ayat ini memberi tahu kita bahwa perdana menteri Raja memiliki kunci rumah. Kunci rumah itu menandakan kuasa atas rumah Raja. Sang perdana menteri juga memiliki para penerus. Sang perdana menteri memiliki kekuatan untuk membuka sehingga tidak ada orang yang akan menutup, dan menutup sehingga tidak ada orang yang akan membuka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ayat-ayat kitab Yesaya ini sungguh sangat sejajar dengan Matius 16:18-19, di mana Yesus berkata bahwa St. Petrus akan menerima kunci-kunci Kerajaan dan bahwa apa pun yang diikat oleh Santo Petrus di atas bumi akan terikat di dalam Surga, dan bahwa apa pun yang ia lepaskan di atas bumi akan terlepas di dalam Surga. Yesus telah menetapkan St. Petrus dan para penerusnya sebagai para perdana menteri-Nya, dan sewaktu Yesus meninggakan bumi, setelah Ia memercayakan kawanan domba-Nya kepada St. Petrus, St. Petrus berdiri sebagai wakil Yesus dan memegang tempat Yesus sebagai pemimpin dan pemerintah Gereja. Itulah mengapa kedudukan Petrus di sepanjang Kisah Para Rasul adalah kedudukan pemimpin Gereja, dan itulah mengapa peranan Petrus di Konsili Yerusalem sejajar dengan kedudukan Raja Daud.
Seperti yang dibuktikan oleh fakta-fakta ini kepada semua orang yang berkehendak baik, orang-orang Protestan dan para non-Katolik lainnya yang menolak Kepausan salah. Sama sekali tiada keraguan bahwa posisi mereka salah. Mereka tidak memiliki iman Kristiani yang sejati. Sewaktu mereka menyangkal Kepausan, mereka menyangkal jabatan dan posisi yang ditetapkan oleh Yesus Kristus sendiri. Sewaktu mereka menyerang Kepausan, mereka menyerang institusi yang telah didirikan oleh Allah sendiri. Jika mereka tidak merendahkan hati mereka sendiri, menerima kenyataan yang dibuktikan dengan begitu jelas oleh fakta-fakta ini, dan berkonversi kepada iman Katolik tradisional, satu-satunya iman Kristiani yang sejati di luar mana tidak terdapat keselamatan, mereka pasti akan binasa. |
Kitab Suci Membuktikan Kepausan
SHOW MORE
Latest News
Napoleon Threatened To Change The Religion Of Almost All Of Europe
Antipope Francis welcomes "transgender Catholic religious" who had "sex change surgery"
RFK Jr. Under Trump Administration Says Bill Gates Will Be Put On Trial For His Vaccine Lies? - video
RFK Jr. says Trump admin will use RICO filings to break up big pharmaceutical cartels - video
Netanyahu: "In the future the state of Israel has to control the entire area from the river to the sea" - vid