Wahyu di Vatikan Sekarang
Januari 30, 2023
SUPPORT
Copy Link
https://endtimes.video/id/wahyu-di-vatikan-sekarang/
Copy Embed
vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia

| |

Bruder Peter Dimond, OSB

Kami menyajikan bukti yang luar biasa di dalam video-video kami bahwa kemurtadan yang terjadi di Roma pada masa kini menggenapi nubuat akhir zaman tentang Pelacur Babel dan kedatangan kembali binatang yang dahulu ada: yaitu Roma pagan, pada akhir zaman. Sang Pelacur Babel bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan – yaitu Sekte Vatikan II. Beberapa fakta tambahan yang mengejutkan akan dibahas di dalam video kami ini, yang semakin memperkuat kesimpulan kami tentang sang Binatang akhir zaman dan sang Antikristus. 

Wahyu 17:4-5 - “Dan wanita itu didandani dengan kain ungu dan kain merah padam dan dihiasi dengan emas dan batu permata dan mutiara, sambil memegang cawan emas di tangannya yang penuh dengan kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya ada tertulis suatu nama, suatu misteri: ‘Babel yang agung, Ibu dari para pelacur dan dari kekejian bumi.’”

Wahyu 17:8 - “Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.”  

Kitab Wahyu berkata bahwa binatang itu memiliki tujuh kepala dan mendefinisikan tujuh kepala itu sebagai tujuh gunung dan tujuh raja. Ketujuh gunung itu adalah Roma, dan ketujuh raja mengacu kepada tujuh raja imam dari Negara Kota Vatikan.  

Wahyu 17:7-10 - “’Aku akan mengatakan kepadamu misteri sang wanita, dan binatang yang membawanya, yang mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Binatang yang telah kaulihat itu dahulu ada dan sekarang tidak ada dan akan segera muncul dari jurang yang kedalamannya tak terhingga dan pergi menuju kebinasaan. Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang. Yang dituntut di sini adalah pikiran yang penuh kebijaksanaan: ketujuh kepala adalah tujuh gunung yang di atasnya sang wanita terduduk. Dan ketujuh kepala itu juga adalah tujuh raja, lima dari antaranya sudah jatuh, satu masih ada ….’”

Karena nubuat itu menghubungkan ketujuh raja dengan binatang akhir zaman, anda tidak dapat mengenali binatang itu tanpa mengenali siapa ketujuh raja itu.

Pada tahun 1929 muncul suatu kerajaan baru di Roma yang dapat dibuktikan melalui sejarah. Kerajaan ini bernama Negara Kota Vatikan dan didirikan oleh Perjanjian Lateran. Paus Pius XI, seorang paus yang valid, adalah raja pertama dari Negara Kota Vatikan, sedangkan raja ketujuh dari negara itu adalah Anti-Paus Benediktus XVI. Kedudukan rajani milik Pius XI, sebagai raja yang pertama, secara resmi diumumkan pada hari Senin, 11 Februari 1929 dengan ditandatanganinya Perjanjian Lateran. 

Ada suatu hal yang menakjubkan yaitu raja yang ketujuh, Benediktus XVI, secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Senin 11 Februari 2013, dengan suatu pengumuman mengejutkan yang diikuti oleh dua sambaran kilat di puncak basilika Santo Petrus, tempat yang persis di mana Santo Petrus dimakamkan.

Menurut Kitab Wahyu, binatang itu muncul sewaktu lima raja sudah jatuh, dan satu raja masih ada, yaitu pada masa pemerintahan raja keenam. Ketujuh raja Negara Kota Vatikan adalah tujuh raja dari nubuat, dan dengan demikian, binatang akhir zaman itu yang adalah Roma pagan / Kekaisaran Romawi pagan - seharusnya telah muncul atau datang kembali pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II, raja keenam dari Negara Kota Vatikan, dan memang demikianlah yang persisnya terjadi.

Binatang itu muncul dari sudut pandang politik pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II karena Uni Eropa adalah Kekaisaran Romawi pagan yang dibentuk kembali. Uni Eropa juga secara resmi terbentuk pada tahun 1993, pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II. Simbol Eropa, yang digunakan oleh Uni Eropa, adalah Europa, seorang wanita yang terduduk di atas seekor binatang. Wanita yang terduduk di atas seekor binatang persis menyerupai gambaran yang diberikan Santo Yohanes di Wahyu 17. Santo Yohanes sedang menggambarkan Eropa pagan - atau Roma pagan jika kita melihat Eropa dari sudut pandang kepemimpinan rohaninya – pada akhir zaman.

Wahyu 17:3 - “Dan ia membawaku dalam roh ke padang belantara, dan aku melihat seorang wanita yang terduduk di atas seekor binatang merah padam yang penuh dengan nama-nama penghujatan, dan yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk.”

Dan sebagaimana sang binatang muncul secara politik bersama Uni Eropa sewaktu lima raja Negara Kota Vatikan telah jatuh, binatang itu juga muncul dari sudut pandang rohani pada waktu itu bersama Yohanes Paulus II, sang raja keenam. Munculnya binatang itu secara rohani bersama Yohanes Paulus II adalah bagian yang lebih penting dalam nubuat itu daripada munculnya dimensi politik dari sang binatang bersama Uni Eropa.

Binatang itu muncul secara rohani pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II, yaitu raja keenam. Sebabnya, Anti-Paus Yohanes Paulus II adalah raja Romawi pagan yang secara harfiah mengajarkan bahwa setiap manusia, termasuk dirinya sendiri, adalah Allah dan Putra Allah. Kami membuktikannya dalam materi kami. Yohanes Paulus II mengkhotbahkan penyembahan manusia dan ia memperkenalkan penyembahan berhala ke dalam Kekaisaran Uni Eropa itu – persis seperti yang dilakukan oleh para Kaisar Romawi pagan pada zaman dahulu kala.

Yohanes Paulus II, Audiensi Umum, 22 Februari 1984:
"’Kunci-kunci Kerajaan Surga’ tidak dipercayakan kepada Petrus dan Gereja untuk digunakan secara sewenang-wenang atau untuk memanipulasi hati nurani, melainkan agar hati nurani dapat dimerdekakan dalam Kebenaran penuh tentang manusia, yang adalah Kristus ....

Yohanes Paulus II menyatakan di dalam homilinya yang paling pertama bahwa manusia adalah Kristus dari Matius 16:16.

Yohanes Paulus II, Homili Pertama, 22 Oktober 1978:
" .... mohon anda mendengarkan sekali lagi, pada hari ini, di tempat suci ini, kata-kata yang diucapkan oleh Simon Petrus. Di dalam kata-kata itulah termuat iman Gereja. Di dalam kata-kata yang sama itulah termuat kebenaran yang baru, bahwasanya, kebenaran yang pokok dan pasti tentang manusia – ‘Engkau adalah Kristus, Putra Allah yang hidup.’”[1]

Di dalam surat ensikliknya yang pertama, Yohanes Paulus II mendefinisikan Injil sebagai rasa takjub akan manusia dan ia juga menghujat Roh Kudus. Tontonlah video kami: Yohanes Paulus II: Penghujatannya terhadap Roh Kudus & Korban-Korban Rohaninya.

Yohanes Paulus II, Redemptor Hominis (#10), 4 Maret 1979:
“Kenyataannya, sebutan untuk rasa takjub yang amat besar akan nilai dan martabat manusia adalah Injil, yaitu, Kabar Baik. Rasa takjub itu juga disebut sebagai Kekristenan.”[2]

Yohanes Paulus II, Redemptor Hominis (#6), 4 Maret 1979:
"Tidakkah hal ini kadang kala terjadi, yaitu keyakinan yang teguh dari para penganut agama-agama non-Kristianikeyakinan ini sendiri yang juga berasal dari Roh Kebenaran, yang berkarya di luar batas-batas yang kelihatan dari Tubuh Mistis – dapat membuat umat Kristen merasa malu sebab mereka sendiri sedemikian seringnya cenderung meragukan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Allah ….”

Di sepanjang masa pemerintahannya sebagai Anti-Paus, Ia secara sistematis mengkhotbahkan bahwa Putra Allah menjadi setiap manusia dalam peristiwa Penjelmaan, dan dengan demikian bahwa setiap manusia adalah Putra Allah. Tontolah video kami: Sang Antikristus: Tanda yang Khas Miliknya.

Yohanes Paulus II, Urbi et Orbi (#1), 25 Desember 1978:
“Natal adalah pesta manusia.”[3]

Yohanes Paulus II, Homili di Gunung Sinai, 26 Februari 2000:
“Dengan mewahyukan diri-Nya sendiri di Gunung itu dan memberikan Hukum-Nya, Allah mewahyukan manusia kepada manusia sendiri.”[4]

Yohanes Paulus II, Pesan pada Konferensi tentang Budaya di India, 9-16 Mar. 1986
" ... nilai-nilai Dunia Timur dan Barat dapat digabungkan guna mengembangkan suatu cara pandang yang sungguh bersifat universal dan kemanusiaan, yang berlandaskan iman akan manusia.”[5]

Sejak awal masa kepemimpinannya, Yohanes Paulus II berkhotbah bahwa manusia adalah Allah dan menghujat Roh Kudus. Hal itu dilakukannya karena Roma pagan, yaitu binatang akhir zaman, pada waktu itu sedang muncul secara rohani bersama Yohanes Paulus II, sang raja keenam, sewaktu lima raja sudah jatuh, persis seperti yang telah dinubuatkan. Di dalam peranannya sebagai seorang raja Romawi pagan yang berkhotbah bahwa manusia adalah Allah, Yohanes Paulus II menjiplak perbuatan para raja Romawi pagan di dalam Kekaisaran Romawi pagan. Hal ini akan dibahas lebih lanjut sebentar lagi.

Menurut Wahyu 13:3, salah satu kepala binatang itu tampak menderita luka yang mematikan, tetapi luka itu sembuh. Dan jika kita mengingat bahwa setiap kepala binatang itu adalah seorang raja yang terkait dengan Roma, lantas ayat ini memberi tahu kita bahwa salah satu raja Romawi itulah yang tampak menderita luka yang mematikan, tetapi luka itu menjadi sembuh.

Gambaran ini persis bersesuaian dengan Yohanes Paulus II, seorang raja Romawi dari Negara Kota Vatikan, dan peristiwa yang terkenal di mana ia dilukai pada tanggal 13 Mei 1981 di Lapangan Santo Petrus. Yohanes Paulus II ditembak empat kali dari jarak dekat, tetapi ia kemudian sembuh. Peristiwa itu adalah bagian yang sangat penting dari penipuan yang terjadi di seputar masa kepemimpinannya.

Wahyu 13:3 - “Salah satu dari kepala-kepalanya [yakni, salah satu dari tujuh raja Roma yang terkait dengan sang Pelacur Babel – lihat Why. 17] tampak memiliki luka yang mematikan, tetapi luka yang mematikannya itu sembuh, dan seluruh bumi takjub seraya mengikuti sang binatang.”

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Di dalam Wahyu 13:14, kita diberi tahu bahwa orang-orang ditipu sehingga mereka membuat sebuah gambar bagi ia yang dilukai oleh pedang dan hidup. Gambaran ini juga sesuai dengan Yohanes Paulus II, sebab walaupun Yohanes Paulus II telah melakukan kemurtadan yang mengejutkan dan masa kariernya penuh dengan bidah, indiferentisme, dan penghujatan yang mencengangkan, ia bagaimanapun “dikanonisasikan” secara khidmat oleh Sekte Vatikan II setelah kematiannya, dan gambarnya pun dihormati di Basilika St. Petrus, yang adalah Bait Allah. Kanonisasi palsu itu tentunya sama sekali tidak valid bagi orang Katolik sejati, karena “kanonisasi” itu dilakukan oleh Fransiskus, yang adalah seorang Anti-Paus. Menurut ajaran Katolik, para bidah secara otomatis terdepak keluar dari Gereja dan tidak dapat memegang jabatan di dalamnya.

Dengan menerima sang penyembah berhala dan bidah itu, Yohanes Paulus II sebagai seorang santo, begitu banyak orang menjadi terlibat dalam kejahatan yang dipromosikannya:

Sekarang, mari kita mempertimbangkan hal ini. Kata dalam bahasa Yunani untuk pedang pendek atau belati dalam Wahyu 13:14, seperti pada perkataan binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup, adalah μαχαίρης [baca: makhaïris], suatu bentuk genitif dari μάχαιρα [baca: makhaïra]. Senjata api belum ada pada zaman St. Yohanes. Maka, luka akibat tembakan pistol dari jarak dekat akan secara wajar digambarkan oleh penulis Alkitab sebagai luka oleh pedang.

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang [μαχαίρης], yang walau bagaimanapun hidup.”

μαχαίρης - bentuk genitif dari μαχαίρα

μαχαίρα - pedang pendek atau belati

Namun, pada tahun 2008 terungkap bahwa pada tanggal 12 Mei 1982 - sekitar setahun setelah ia terluka di Lapangan Santo Petrus - Yohanes Paulus II benar-benar ditikam pada kunjungannya ke Fatima.  Fakta ini tidak terungkap kepada publik sampai tahun 2008, dan kami tidak mengetahuinya sampai baru-baru ini.

Yohanes Paulus II terluka tikam pada tahun 1982, ungkap seorang ajudan

“Mendiang Paus Yohanes Paulus II dilukai oleh seorang imam pengguna pisau pada tahun 1982, setahun setelah ia ditembak di Lapangan Santo Petrus, tetapi luka itu dirahasiakan, ujar mantan ajudan utamanya dalam sebuah film dokumenter.

Seorang imam Spanyol ultra-konservatif yang gila ... menerjang Sri Paus dengan sebilah belati dan ia dijatuhkan ke tanah oleh polisi dan ditangkap. Kenyataan bahwa pisau itu sungguh-sungguh mencapai Sri Paus dan melukainya tidak diketahui sampai sekarang. 

'Saya sekarang dapat mengungkapkan bahwa Bapa Suci terluka.’” [6]

Menakjubkan. Jika anda mencari kata Yunani Μάχαιρα [makhaïra] di dalam kamus, yaitu kata yang digunakan dalam Why. 13:14, anda akan melihat bahwa salah satu definisi utamanya adalah belati. Jadi, meskipun kami percaya bahwa penembakan Yohanes Paulus II pada tahun 1981 menggenapi nubuat Wahyu 13 tentang salah satu raja yang terlukai dari binatang akhir zaman, segala penolakan bahwa Yohanes Paulus II dimaksudkan dalam nubuat ini ditiadakan jika kita mempertimbangkan bahwa sekitar setahun kemudian, ia benar-benar ditikam oleh pedang pendek atau belati, dan salah satu definisi utama Μάχαιρα [makhaïra] adalah belati. 

Berapa banyak lagi bukti yang anda butuhkan bahwa Yohanes Paulus II dimaksudkan dalam nubuat ini, dan dengan demikian, apa yang terjadi di Roma sekarang menggenapi nubuat akhir zaman tentang kedatangan kembali binatang yang dahulu ada, persis seperti yang telah kami katakan. Tetapi, masih ada lagi.

Wahyu 17:7-10 - “’Aku akan mengatakan kepadamu misteri sang wanita, dan binatang yang membawanya, yang mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk … Yang dituntut di sini adalah pikiran yang penuh kebijaksanaan: ketujuh kepala adalah tujuh gunung yang di atasnya sang wanita terduduk. Dan ketujuh kepala itu juga adalah tujuh raja, lima dari antaranya sudah jatuh, satu masih ada, yang lain belum datang; dan sewaktu ia datang, ia harus tinggal dalam waktu yang singkat.’”

Mengenai raja ketujuh, kitab Wahyu berkata "ia harus tinggal dalam waktu yang singkat”.  Pernyataan ini bersesuaian dengan Benediktus XVI, raja ketujuh, yang mengundurkan diri pada tahun 2013 setelah masa pemerintahan yang relatif singkat - lebih dari tiga kali lebih singkat daripada masa pemerintahan raja keenam. Namun perhatikanlah hal ini. Pada tahun 2005, tepat setelah “pemilihannya”, Benediktus XVI memprediksikan bahwa masa pemerintahannya akan singkat.

Wahyu 17:10 - “ … dan sewaktu ia [raja ketujuh] datang, ia harus tinggal dalam waktu yang singkat.”

"Benediktus XVI memprediksikan ‘masa pemerintahan yang singkat’ dalam komentarnya kepada para kardinal tidak lama setelah pemilihannya ....” [8]

Terlepas apakah ia menyadari makna pernyataannya itu atau tidak, Benediktus XVI membuat pernyataan itu pada tahun 2005 karena dia adalah raja ketujuh yang akan memerintah dalam waktu yang singkat. Setelah Benediktus XVI mengundurkan diri, berbagai media, seperti ABC News, menggambarkan masa pemerintahannya sebagai singkat.

"Meskipun masa jabatannya agak singkat, Benediktus XVI telah membuat dampak yang jelas berbeda.” [9]

Anti-Paus Benediktus XVI adalah raja ketujuh. Dan Fransiskus sang Anti-Paus pemurtad bukanlah salah satu dari ketujuh raja itu oleh karena dua alasan. Hal ini telah kami bahas secara rinci di tempat lain, tetapi pertama-tama: Negara Kota Vatikan adalah monarki imamat, yaitu kerajaan imam, dan Fransiskus bukanlah seorang imam yang valid, karena ia telah “ditahbiskan” dalam ritus baru Paulus VI yang tidak valid. Oleh karena itu, Fransiskus tidak memenuhi syarat untuk menjadi raja imam dari monarki imamat, Negara Kota Vatikan.

G. Pope Atkins, Encyclopedia of the Inter-American System [Ensiklopedia Sistem Antar-Amerika], 1997:
"Maka, Takhta Suci memiliki kepribadian legal di dalam hukum internasional, dengan Sri Paus yang memimpin suatu ‘monarki imamat’ ….”

Kedua, Fransiskus secara terbuka menolak segala aspek kerajaan. Penolakan Fransiskus terhadap semua aspek kerajaan, yang jelas berbeda dengan Benediktus XVI, adalah pertanda bagi semua orang bahwa meskipun Benediktus XVI adalah seorang Anti-Paus pemurtad, ia adalah raja ketujuh dan terakhir dari nubuat kitab Wahyu.

Nah, menurut kitab Wahyu, binatang itu dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang, dan orang-orang di bumi yang namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan akan heran sewaktu mereka melihat sang binatang yang dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan yang akan datang. Keheranan terhadap sang binatang mengacu kepada kekagetan, keterkejutan, ketakjuban, dan kebingungan yang mengusik orang-orang akibat apa yang telah terjadi di Roma setelah Vatikan II.

Sang Binatang = Roma pagan

Wahyu 17:8 - "Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran [θαυμασθήσονται] saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.”

θαυμάζω (thaumazo) - Saya heran, saya takjub

θαυμάζω - “menjadi luar biasa terpukau atau terusik oleh sesuatu(BDAG, hal. 444).

Bermula dengan Yohanes XXIII, para Anti-Paus yang bidah, yang tidak terpilih secara valid untuk mengambil jabatan Kepausan, mengambil kendali atas Vatikan - sesuai dengan nubuat - dan peristiwa ini menyebabkan revolusi Vatikan II. Akibatnya, kota Roma kehilangan iman dan kembali kepada paganisme, penyembahan berhala dan ketidakberimanan – dan kejadian ini menyusutkan Gereja Katolik yang sejati menjadi sisa umat yang setia pada akhir zaman. 

Bunda Maria dari La Salette, 19 September 1846:
"Roma akan kehilangan iman dan menjadi Takhta sang Antikristus ... Gereja akan berada dalam gerhana."

Kembalinya Roma kepada paganisme, penyembahan berhala dan ketidakberimanan pada periode pasca Vatikan II telah menyebabkan keterkejutan, keheranan dan kebingungan yang mengusik orang-orang yang kekurangan rahmat dan iman untuk menyadari bahwa suatu Kontra-Gereja yang dipimpin oleh para Anti-Paus, dan bukan Gereja Katolik yang sejati, sekarang berada di Roma dan telah mengambil kendali atas bait Allah dan struktur fisik Gereja. 

Mereka tidak paham dan mereka juga menolak untuk mengakui bahwa apa yang sedang menduduki Roma dan Vatikan sekarang bukanlah Gereja Katolik, melainkan binatang akhir zaman dan Pelacur Babel. Itulah sebabnya mereka kebingungan dan sangat takjub saat menyaksikan paganisme dan kemurtadan serta segala macam bidah tersembul dari tempat yang mereka harapkan mengajarkan agama Katolik. Itulah nubuat tentang keheranan akan sang binatang, dan nubuat ini dengan sangat jelas dan mengejutkan digenapi oleh reaksi dari begitu banyak orang terhadap paganisme dan kejahatan di Roma pasca-Vatikan II.

Wahyu 17:8 - “Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.” 

Patut dicatat pula bahwa untuk menggambarkan bagaimana sang binatang akan segera muncul pada masa pemerintahan raja keenam, Wahyu 17:8 berkata bahwa binatang itu dahulu ada dan sekarang tidak ada. Sang binatang dahulu ada pada waktu itu, sebab ia sebelumnya ada pada masa Kekaisaran Romawi pagan. Sang binatang sekarang tidak ada pada waktu itu beberapa saat sebelum ia muncul bersama Uni Eropa, pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II. Sang binatang akan datang pada waktu itu, sewaktu lima raja sudah jatuh, karena dari sudut pandang waktu itu, Roma pagan akan segera datang kembali di masa depan sewaktu Uni Eropa terbentuk pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II, yaitu raja keenam. Roma pagan, atau sang binatang, telah kembali, itulah sebabnya paganisme sekarang dirayakan dan dipraktikkan di Vatikan, dan hal ini mengejutkan banyak orang. 

Pada tahun 2019, sebuah patung Molokh, berhala pengorbanan anak, dipajang di Roma dekat Koloseum.[10] Peristiwa terjadi hanya tujuh hari sebelum berhala pagan Pachamama disembah di taman-taman Vatikan dan "diberkati" oleh Anti-Paus Fransiskus. Ini hanyalah sekadar beberapa contoh bagaimana Roma pagan telah datang kembali, sebagai penggenapan nubuat. Banyak orang tidak dapat memahami bagaimana atau mengapa hal-hal semacam ini bisa terjadi di Roma. Materi kami menjelaskan alasannya. Contoh kembalinya paganisme di kota Roma yang paling signifikan adalah indiferentisme keagamaan dan berbagai ajaran sesat yang secara resmi dikhotbahkan oleh para Anti-Paus Vatikan II, dan juga doktrin-doktrin sesat dari agama Vatikan II.

Marilah kita sekarang mencermati suatu contoh lain yang mengejutkan bagaimana nubuat tentang kembalinya sang binatang, yaitu Roma pagan, sedang digenapi di zaman kita.

Pertama, mohon mencatat bahwa meskipun para kaisar Romawi, secara teknis, adalah kaisar, dan bukan raja, mereka kenyataannya adalah raja. Lihatlah, sebagai contoh, Yohanes 19:15, di mana Kaisar Tiberius, kaisar Romawi pada saat itu, disebut sebagai raja. Di dalam ayat ini, kita membaca bahwa orang-orang yang berseru agar Kristus disalibkan berkata demikian, “Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar.”

Yohanes 19:15 - "Para imam kepala menjawab, 'Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar.’”

Maka dari itu, para kaisar Romawi secara defacto adalah raja Romawi, dan penghormatan yang diberikan kepada kaisar Romawi pagan dan gambarnya, adalah penghormatan yang diberikan kepada raja Romawi pagan. Nah, di dalam Kekaisaran Romawi pagan, ada praktik pemujaan kaisar. Para kaisar Romawi tertentu diperlakukan dalam berbagai cara seolah-olah mereka adalah dewa atau allah. Tetapi, penting sekali untuk dicatat bahwa di dalam ibu kota Kekaisaran itu sendiri, yaitu di Roma sendiri, pada ibadat resmi negara, seorang kaisar hanya dapat dipuja sebagai dewa atau allah setelah ia mati. Kenyataan ini sangat penting untuk memahami suatu aspek dari apa yang sedang terjadi di Vatikan sekarang, dan bagaimana hal ini menggenapi nubuat tentang kembalinya binatang yang dahulu ada.

Berikut beberapa kutipan tentang perkara ini. Dalam suatu komentar tentang kitab Wahyu, Grant Osborne mencatat:

Grant R. Osborne, Revelation [Wahyu], Baker Academic 2002, hal. 491:
"Orang Yunani memberi  status ilahi kepada para penguasa yang masih hidup, sedangkan orang Romawi secara tradisional tidak menyatakan para kaisar mereka sebagai dewa sampai setelah kematian mereka. Namun, perlakuan ini lebih sering terjadi di Roma sendiri ....”

Seperti yang dikatakan Steven Friesen dalam sebuah buku tentang Ibadat Kekaisaran dan Wahyu kepada Yohanes:

Steven J. Friesen, Imperial Cults And The Apocalypse Of John [Ibadat Kekaisaran dan Wahyu kepada Yohanes], Oxford Univ. Press, 2001, hal. 28:
“ … sistem divus Romawi di mana para kaisar yang baik didewakan setelah kematian mereka melalui pemungutan suara Senat.”

Juga, seperti yang ditulis oleh Ittai Gradel dalam Emperor Worship And Roman Religion [Pemujaan Kaisar dan Agama Romawi]:

Ittai Gradel, Emperor Worship and Roman Religion [Pemujaan Kaisar dan Agama Romawi], Oxford Univ. Press, 2002, Cap. 4:
" … kebijakan resmi dalam ibadat negara di ibu kota, di mana seorang kaisar dapat menerima pemujaan ilahi hanya setelah dia meninggal.”

PERTIMBANGKAN HAL INI DENGAN CERMAT. Hal ini luar biasa penting untuk memahami bagaimana Sekte Vatikan II menggenapi nubuat tentang binatang akhir zaman.

Di dalam Kekaisaran Romawi, para kaisar Romawi tertentu yang masih hidup terkadang diberi suatu hal yang setara dengan penghormatan ilahi dalam ibadat-ibadat pribadi atau tidak resmi. Namun pada ibadat negara sendiri, yaitu di Roma sendiri, para kaisar tidak dapat menerima pemujaan ilahi sampai mereka melalui upacara khusus setelah kematian yang disebut sebagai upacara “pendewaan”. IZINKAN SAYA MENGULANGINYA: Roma pagan, yaitu binatang yang dahulu ada, pada zaman dahulu “mendewakan” para raja Romawi pagan dalam suatu upacara khusus setelah kematian mereka. Dan hanya setelah upacara itulah para raja Romawi pagan yang sudah meninggal itu dapat menerima suatu status rohani khusus, menurut pendapat mereka.

Nah, banyak orang telah menjadi terkejut dan bertanya-tanya tentang suatu peristiwa yang agak janggal, yaitu meskipun ada begitu banyak skandal, kejahatan, dan buah busuk pasca-Vatikan II, Yohanes XXIII, Paulus VI dan Yohanes Paulus II telah “dikanonisasikan” oleh Sekte Vatikan II – dan semua “kanonisasi” ini berlangsung dalam jangka waktu yang relatif singkat – walaupun di dalam Gereja Katolik yang sejati, hanya ada dua orang Paus yang telah dikanonisasikan selama 500 tahun silam, yaitu Pius X dan Pius V.

Tetapi sewaktu anda menyadari bahwa apa yang sedang kita lihat adalah kembalinya Roma pagan, anda akan mengerti mengapa peristiwa ini sedang terjadi. Yohanes XXIII, Paulus VI dan Yohanes Paulus II sungguh merupakan raja-raja Romawi pagan dari Negara Kota Vatikan, seperti yang telah kami bahas.

Mereka mempromosikan kejahatan, penyembahan berhala, dan bidah. Sekte Vatikan II adalah aspek rohani dari binatang akhir zaman. Sekte Vatikan II juga adalah Roma pagan yang datang kembali. Jadi, sebagaimana kekaisaran Romawi pagan secara resmi menghormati para raja Romawi pagan yang telah meninggal dan memberi mereka gelar khusus setelah kematian, demikian pula versi yang baru dari binatang akhir zaman itu telah berupaya untuk “menganonisasikan” semua Anti-Paus Vatikan II yang telah meninggal, yang juga memainkan peran yang signifikan dalam agama Vatikan II yang fasik. Sejauh ini, hanya ada 2 Anti-Paus Vatikan II yang telah meninggal namun belum “dikanonisasikan”, yaitu Yohanes Paulus I yang hanya memerintah selama 33 hari dan Benediktus XVI yang meninggal pada tanggal 31 Desember 2022. Itulah sebabnya kita telah melihat adanya desakan untuk “menganonisasikan” para Anti-Paus Vatikan II yang jahat ini, yaitu para raja Romawi tersebut. Peristiwa ini jelas menggenapi nubuat tentang kembalinya binatang yang dahulu ada, yaitu Roma pagan, dan menunjukkan bahwa kita sedang hidup pada masa binatang akhir zaman.

Wahyu 17:8 - “Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.” 

TETAPI IZINKAN SAYA MEMBUAT SUATU HAL SANGAT JELAS. Saya sama sekali tidak berkata bahwa kanonisasi Katolik yang benar adalah penyembahan berhala atau bahwa orang yang dikanonisasikan secara benar dianggap sebagai dewa atau Allah. Tentunya tidak. Kanonisasi yang benar yang dilakukan oleh seorang Paus yang valid berarti bahwa santo/santa itu harus dihormati sebagai orang kudus yang berada di Surga, dan bukan bahwa santo/santa itu dianggap sebagai Allah ataupun dewa. Tetapi pada masa Kemurtadan Besar, binatang dan Kontra-Gereja akhir zaman telah mengambil kendali atas struktur fisik gereja dan menduduki bait Allah.

Dengan demikian, mereka berusaha membajak proses Gereja untuk memberlakukan kejahatan dan paganisme. Itulah sebabnya sang binatang melangsungkan berbagai kanonisasi palsu demi mencapai tujuan-tujuan dirinya yang jahat. Dan kanonisasi palsu itu pun menjadi suatu sarana yang digunakan oleh binatang akhir zaman untuk membuat orang-orang menghormati para raja Romawi pagan yang fasik, sama seperti bagaimana kekaisaran Romawi pagan di berbagai waktu membuat orang-orang menghormati raja-raja Romawi pagan yang fasik.

Namun, sehubungan dengan Yohanes Paulus II, sewaktu orang-orang menerimanya sebagai seorang santo, mereka tidak hanya terlibat dalam kejahatannya, ajaran sesatnya, dan penyembahan berhalanya secara umum - tetapi mereka sesungguhnya mendukung pernyataan Yohanes Paulus II bahwa dirinya dan semua orang adalah Allah. Sebabnya, Yohanes Paulus II secara resmi dan berulang kali berkhotbah bahwa setiap manusia adalah Allah. Maka dengan menerima Yohanes Paulus II sebagai santo, seseorang mendukung pernyataan bahwa seorang raja Romawi pagan adalah Allah, persis seperti yang terjadi pada masa binatang yang dahulu ada.

Itulah sebabnya kitab Wahyu mengistimewakan Yohanes Paulus II dan menyebutkan peristiwa di mana ia dilukai. Yohanes Paulus II adalah gambaran Roma pagan. Ia memperkenalkan pertemuan doa Assisi yang bersejarah di dunia, di mana semua pemuka agama sesat besar di dunia berkumpul bersama untuk berdoa untuk pertama kalinya.

Acara Assisi yang diprakarsai Yohanes Paulus II persis bersesuaian dengan apa yang termuat dalam 2 Tesalonika 2 tentang sang manusia pendosa yang berada di atas dan di seberang segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah. Hal ini dibahas lebih lanjut di dalam video kami, Identitas Sang Antikristus Terkuak.

2 Tesalonika 2:3-4 - “Sebab hari itu tidak akan datang, sebelum kemurtadan itu [ἡ ἀποστασία] pertama-tama datang, dan sang manusia pendosa tersingkap, sang putra kehancuran, ia yang bersandar di seberang dan meninggikan dirinya di atas segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah .

Itulah pula mengapa pada acara penyembahan berhala di Assisi itu, acara yang paling bernama buruk di sepanjang kemurtadan ini, terpampang altar yang bertuliskan kata perdamaian. Di dalam Kekaisaran Romawi pagan, salah satu monumen yang paling terkenal bernama Ara Pacis, yang berarti altar perdamaian. Monumen ini adalah altar pagan di mana penyembahan berhala dilakukan, dan altar itu dibaktikan kepada nama perdamaian.

Dan apa yang kita lihat dalam Kontra-Gereja Vatikan II, yang melambangkan kembalinya Roma pagan?  Peristiwa yang paling terkenal, atau lebih tepatnya, yang paling bernama buruk, di mana paganisme dan penyembahan berhala diperkenalkan dan dilakukan adalah Pertemuan Doa Assisi yaitu Hari Doa Sedunia untuk Perdamaian. Dan pada altar di mana berbagai agama sesat melakukan penyembahan berhala mereka, kata perdamaian tertulis dalam berbagai bahasa. Itu bukanlah suatu kebetulan. Assisi adalah Ara Pacis yang baru, yaitu altar pagan untuk perdamaian dalam versi baru sang binatang. Dan acara ini diperkenalkan oleh Anti-Paus Yohanes Paulus II - raja keenam - yang mewakili binatang akhir zaman. 

Masuk akal pula bahwa di dalam binatang yang dahulu ada, yaitu di Roma kuno, Ara Pacis berada di Roma - karena “perdamaian” mereka bersumber dari kekuatan militer mereka yang berpusat di Roma. Namun dalam versi baru binatang itu - atau binatang yang kembali, yang muncul bersama Yohanes Paulus II -  tujuannya adalah untuk memalsukan perdamaian Kristiani. Santo Fransiskus dari Assisi dikenal sebagai Santo perdamaian Kristiani. Maka masuk akal bahwa Ara Pacis yang baru dari binatang akhir zaman itu akan berada di kota yang diasosiasikan dengan perdamaian Kristiani: Assisi.

 Sekarang mari kita mempertimbangkan hal ini. Herodianus adalah seorang sejarawan Yunani yang lahir pada tahun 170 Masehi. Ia menulis sejarah sebagian yang terkenal tentang Kekaisaran Romawi. Ia merincikan beberapa hal yang akan dilakukan dalam upacara “pendewaan” kaisar Romawi setelah kematian mereka. Ia menjelaskan:

Herodianus, Sejarah Kekaisaran Romawi sejak Kematian Markus Aurelius, Abad II atau III:
“Orang Romawi memiliki adat untuk mengangkat kepada status ilahi para kaisar yang pada saat kematian mereka meninggalkan anak laki-laki atau para penerus yang telah dilantik; penghormatan ini mereka sebut sebagai deifikasi [pendewaan] ... sebuah gambar dari lilin dibuat dengan rupa yang persis seperti jenazahnya dan ditempatkan di atas dipan yang besar tinggi ....”[11]

Ia mencantumkan sejumlah hal lain yang terkait dengan upacara tersebut. Ia menjelaskan bahwa dipan, yang memuat gambar kaisar yang telah meninggal itu, akan dibawa ke lapangan.

Herodianus, Sejarah Kekaisaran Romawi sejak Kematian Markus Aurelius, Abad II atau III:
“ ... di mana, di bagian terluas dari dataran itu, sebuah bangunan berbentuk persegi telah sepenuhnya dibangun dari balok-balok kayu besar berbentuk rumah ... Seluruh bagian dalam bangunan ini dipenuhi dengan kayu bakar ...."[12]

Ia menjelaskan bahwa bangunan ini memiliki beberapa tingkat. Lalu ia melanjutkan dengan berkata:

Herodianus, Sejarah Kekaisaran Romawi sejak Kematian Markus Aurelius, Abad II atau III:
“Ketika ritus-ritus ini telah tuntas, penerus kaisar itu meletakkan obor ke bangunan [yang berisikan dipan dengan gambar kaisar] itu, dan setelahnya, orang-orang membakar bangunan itu dari semua sisinya. Lidah-lidah api dengan mudah dan cepat menghanguskan tumpukan kayu bakar yang amat besar itu dan juga wewangiannya.”[13]

Jadi, apa yang pada dasarnya mereka lakukan dalam upacara “pendewaan” raja Romawi pagan yang telah meninggal, adalah mereka menyalakan gambaran raja pagan itu dalam api unggun.

Anda bisa tebak apa yang terjadi? Pada tanggal 2 April 2007, pada upacara yang secara khusus menandai peringatan dua tahun kematian Yohanes Paulus II, gambar atau siluet Yohanes Paulus II terlihat dalam api unggun di Polandia. Peristiwa ini menjadi berita utama internasional.

Gambar Yohanes Paulus II tampak terbakar menyala dalam api unggun, sama seperti bagaimana gambar para raja Romawi pagan yang telah meninggal dibakar dan menyala dalam api unggun selama upacara “pendewaan”. Peristiwa ini terjadi tepatnya karena karena binatang itu telah kembali bersama Yohanes Paulus II, seperti yang telah kami katakan.  Peristiwa ini jelas merupakan peristiwa lain yang menggenapi nubuat tentang kembalinya binatang yang dahulu ada.

Jika hal ini, bersama dengan fakta-fakta lain yang telah kami bahas, tidak membuat anda yakin bahwa kami benar – yaitu bahwa masa pemerintahan Yohanes Paulus II melambangkan penggenapan nubuat tentang kedatangan kembali sang binatang - lantas kami tidak tahu apa yang membuat anda yakin.

Sekarang mari kita mencermati nubuat ini dari sudut pandang yang lain. Seperti yang telah kami sebutkan, kitab Wahyu menunjukkan bahwa sang binatang muncul ketika lima raja Romawi sudah jatuh dan satu masih ada. Nubuat ini mengacu kepada Roma pagan yang kembali bersama Uni Eropa, pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II, raja keenam dari Negara Kota Vatikan. Tetapi masa di mana binatang itu ada bukanlah hanya pada akhir zaman. Ingatlah, sang binatang dahulu ada pada masa Roma pagan, lalu binatang itu digantikan dengan Eropa Kristiani, sebelum sang binatang muncul kembali di akhir zaman pada masa pemerintahan raja keenam dari Negara Kota Vatikan.

Maka binatang itu istilahnya memiliki dua periode dalam masa keberadaannya. Sang binatang dahulu ada, lalu ia digantikan oleh Eropa Kristiani, lalu binatang itu datang kembali. Nah, kami juga percaya bahwa perkataan kitab Wahyu tentang bagaimana lima raja sudah jatuh dan satu masih ada juga berlaku kepada sang binatang sewaktu ia muncul untuk pertama kalinya pada abad pertama.

Kekaisaran Romawi secara teknis didirikan pada tahun 27 SM, pada masa pemerintahan Agustus, yang adalah penerus Yulius Kaisar. Maka dari itu, beberapa orang berpendapat bahwa Agustus adalah Kaisar Romawi yang pertama, dan jika ketujuh raja dari Wahyu 17 mungkin mencerminkan ketujuh kaisar pertama, urut-urutan para kaisar harus dihitung dari Agustus, dan bukan dari Yulius Kaisar. 

Namun, orang lain berpikir bahwa hitungannya harus dimulai dengan Yulius Kaisar, karena Yulius Kaisar secara defacto adalah Raja Romawi yang pertama. Kenyataannya, termasuk orang-orang yang menganggap Yulius sebagai Kaisar Romawi yang pertama adalah sejarawan Romawi kuno yang benama Cassius Dio, sejarawan kuno yang bernama Flavius Yosefus dan uskup dari abad ke-2 yang bernama Teofilus dari Antiokhia. Di dalam Yohanes 19:15 dan Kisah Para Rasul 17:7, para kaisar Romawi disebut sebagai raja dan Kaisar.

Yohanes 19:15 – “Para imam kepala menjawab, ‘Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar.’”

Kisah Para Rasul 17:7  - “ … yaitu orang-orang yang telah diterima oleh Yason; dan semua orang ini bertindak melawan ketetapan kaisar dengan berkata bahwa ada seorang raja yang lain, yaitu Yesus.”

Oleh karena itu, jika perkataan Wahyu 17:10 tentang binatang yang muncul ketika lima raja sudah jatuh, mungkin berlaku kepada ketujuh kaisar pertama sekitar waktu kekaisaran Romawi didirikan, maka masuk akal bahwa urut-urutannya harus dimulai dengan Yulius Kaisar dan bukan Agustus. Dan jika kita menghitung para kaisar atau raja Romawi pagan mulai dari Yulius Kaisar, ketujuh kaisar pertama akan menjadi sebagai berikut:             

  1. Yulius
  2. Agustus
  3. Tiberius
  4. Caligula
  5. Claudius
  6. Nero
  7. Galba

Seperti yang bisa kita lihat, Nero adalah raja keenam, yang memerintah ketika lima raja sudah jatuh.  Izinkan saya mengulangi sekali lagi - Wahyu 17:10 berkata tentang tujuh raja: lima di antaranya sudah jatuh, dan satu masih ada. 

Nah, ada dua pandangan yang utama tentang kapan Kitab Wahyu atau Apokalipsis ditulis. Banyak orang percaya bahwa kitab ini ditulis sekitar tahun 96 Masehi pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus.  Orang lain percaya bahwa kitab ini ditulis pada tahun 60-an pada masa pemerintahan Kaisar Nero. Kami percaya bahwa kitab Wahyu ditulis pada tahun 60-an - sebelum kehancuran Bait Yerusalem - pada masa pemerintahan Nero. Orang-orang yang memandang kitab ini ditulis pada masa pemerintahan Nero sering merujuk kepada pernyataan lima dari antaranya sudah jatuh, satu masih ada. Mereka percaya perkataan ini mendukung pendapat bahwa kitab Wahyu ditulis pada masa pemerintahan Nero, raja keenam.

Di samping itu, seperti yang telah kami sebutkan, Wahyu 17:8 memperingatkan bahwa binatang itu akan segera muncul, dua ayat sebelum rujukan lima raja sudah jatuh, satu masih ada. Jika rujukan tentang lima raja sudah jatuh dan satu masih ada, juga berlaku kepada binatang yang muncul pada masa pemerintahan Nero - seperti yang kami yakini – maka bagian ayat yang satu itu tampak pas dan sesuai.

Alasannya, meskipun Roma pagan dalam bentuk kekaisaran sudah ada sebelum Nero, Nero adalah Kaisar atau raja Romawi pertama yang secara resmi menganiaya Kekristenan. Maka, peristiwa di mana Roma pagan bersama seorang raja Romawi pagan dengan aktif melawan Kristus dan Gereja sejati secara resmi di Roma, bermula pada masa pemerintahan Nero. Itulah sebabnya, binatang yang dahulu ada muncul ketika lima raja sudah jatuh dan satu masih ada. 

Seperti yang dikatakan oleh Eusebius, sejarawan kuno:

Eusebius dari Kaisarea, Sejarah Gerejawi, Buku 2, Bab 25, Abad ke-4:
Nero "adalah yang pertama dari para kaisar yang dinyatakan sebagai musuh agama ilahi”.

Seperti yang dikatakan oleh Tertulianus:

Tertulianus, Scorpiace, Bab. 15:
“Di Roma, Nero adalah yang pertama yang menodai dengan darah iman yang sedang muncul.”

Pada tahun 64 Masehi, terjadi suatu kebakaran yang dahsyat di Roma, dan Nero menuduh orang-orang Kristen sebagai pelakunya. Ia menggunakan tuduhannya itu sebagai alasan untuk melancarkan penganiayaan yang besar dan kejam terhadap Gereja di Roma. Banyak orang dihukum mati, termasuk Santo Petrus dan Paulus, yang dimartirkan pada hari yang sama di Roma. 

Akibatnya, di dunia kuno Nero dikaitkan dengan sang binatang oleh banyak orang.

Stephen S. Smalley, The Revelation To John – A Commentary on the Greek Text of the Apocalypse [Wahyu Kepada Yohanes - Komentar tentang Teks Yunani dari Kitab Wahyu], InterVarsity Press, 2005, hal. 352:
"Memang benar bahwa istilah ‘binatang’ (θηρίον, thēríon) digunakan sebagai sebutan untuk Nero di dunia kuno ....”

Maka masuk akal bahwa sebagaimana sang binatang kembali di akhir zaman pada masa pemerintahan raja keenam Negara Kota Vatikan, demikian pula sang binatang yang dahulu ada juga pada awalnya muncul pada masa pemerintahan raja Romawi keenam, yaitu Nero. 

Hal ini juga penting menurut kami, untuk memahami ayat-ayat tertentu seperti Wahyu 13:5:

Wahyu 13:5 - “Dan sang binatang diberikan sebuah mulut yang mengucapkan kata-kata yang angkuh dan penuh hujat, dan ia diizinkan untuk melaksanakan kuasanya selama empat puluh dua bulan.”      

Kami percaya bahwa ayat ini mengacu kepada penganiayaan Nero terhadap Gereja, yang berlangsung tepat atau sekitar 42 bulan. Beberapa orang menganggap penganiayaan itu bermula pada bulan November 64 M, dan berlangsung selama 42 bulan sampai kematian Nero di bulan Juni 68 M. Demikian pula, pernyataan Wahyu 13:7 bahwa sang binatang diizinkan untuk melakukan perang terhadap para kudus berselaras dengan baik dengan penganiayaan Nero.

Karena binatang itu dahulu ada, dan kemudian digantikan, tetapi ia datang kembali pada akhir zaman, apa yang dilakukan binatang itu dalam periodenya yang pertama atau dalam periodenya yang kedua mengacu kepada binatang yang sama, yaitu binatang yang muncul ketika lima raja Romawi telah jatuh, baik dalam periodenya yang pertama maupun dalam periodenya yang kedua. Sebagai perumpamaan: seorang atlet profesional dapat memiliki karier yang panjang dan mengumpulkan skor-skor tertentu yang telah dicetaknya. Lalu ia kemudian bisa pensiun untuk beberapa waktu, dan kemudian kembali bermain. Nah semua skor yang telah dikumpulkannya pada masa kariernya yang pertama, atau masa kariernya sewaktu ia kembali bermain setelah pensiun, akan dianggap sebagai skor yang dicetak oleh atlet yang sama.

Demikian pula, sang binatang yang adalah Roma pagan, dahulu memerintah pada abad pertama di bawah Nero, raja keenam. Binatang itu menganiaya Gereja selama tepat atau sekitar 42 bulan. Ia berperang melawan para kudus, dst., kemudian binatang itu digantikan oleh Eropa Kristiani. Namun binatang itu kembali pada akhir zaman, dan sewaktu ia datang kembali, ia juga muncul pada masa pemerintahan raja keenam di Roma, yaitu Yohanes Paulus II, sebab pada waktu itulah seorang raja Romawi pagan sedang mengkhotbahkan bahwa manusia adalah Allah sambil melawan Kristus secara aktif di Roma dalam masa pemerintahan suatu kekaisaran di Eropa. Dan semua hal spesifik yang telah kami bahas membuktikan bahwa sang binatang memang telah kembali pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II, raja keenam dari Negara Kota Vatikan.

Segala sesuatu yang dilakukan sang binatang dalam periodenya yang pertama di bawah Nero, atau segala sesuatu yang dilakukannya pada periodenya yang kedua di bawah Uni Eropa dan Eropa pagan pada zaman kita, secara tepat diacukan kepada sang binatang, karena binatang itu adalah binatang yang sama, yaitu Roma pagan. Dan itulah sebabnya kami percaya bahwa beberapa pernyataan dalam Kitab Wahyu mengacu kepada perbuatan sang binatang di bawah Nero – seperti bagaimana binatang itu berkuasa selama 42 bulan – sedangkan beberapa pernyataan yang lain berlaku kepada perbuatan sang binatang pada akhir zaman. Masa 42 bulan yang dikatakan Kitab Wahyu, yang kami percayai mengacu kepada Nero, bukanlah bukti bahwa binatang itu hanya akan berkuasa selama 42 bulan sewaktu ia datang kembali. Pernyataan itu sederhananya dapat mengacu kepada perbuatan sang binatang di bawah Nero.

Wahyu 13:5 - “Dan sang binatang diberikan sebuah mulut yang mengucapkan kata-kata yang angkuh dan penuh hujat, dan ia diizinkan untuk melaksanakan kuasanya selama empat puluh dua bulan.”

Beberapa orang percaya bahwa ayat tentang bagaimana lima raja sudah jatuh dsb. hanya berlaku pada zaman Nero. Tetapi pandangan itu tidak tepat. Antara lain, jika binatang itu hanya muncul sewaktu lima raja sudah jatuh pada masa pemerintahan Nero, pandangan itu tidak dapat menjelaskan bagaimana sang binatang benar-benar dahulu ada, karena binatang itu seharusnya sudah ada sebelum Nero. Namun penjelasan kami menerangkan bagaimana sang binatang muncul sewaktu lima raja sudah jatuh dan bagaimana binatang itu dahulu ada dan sekarang tidak ada dan akan datang. Penjelasan kami juga menerangkan keheranan terhadap sang binatang, yang secara jelas digenapi pada zaman kita.

Binatang itu dahulu ada karena ia ada pada zaman dahulu di masa Roma pagan. Lalu binatang itu tidak lagi ada pada zaman Eropa Kristiani, tetapi binatang itu lalu datang kembali pada masa pemerintahan Yohanes Paulus II, raja keenam dari Negara Kota Vatikan.

Nah, kami telah menyebutkan nubuat tentang kepala atau raja sang binatang yang dilukai oleh pedang. Nubuat ini digenapi oleh Yohanes Paulus II secara menakjubkan dan spesifik. Menurut Wahyu 13:3, luka ini dialami oleh salah satu kepala dari sang binatang, dan kepala yang terluka ini, menurut Wahyu 17, adalah seorang raja Romawi. Di Wahyu 13:14, luka itu diderita oleh sang binatang sendiri. Luka itu dapat berlaku kepada raja binatang itu dan juga kepada sang binatang sendiri, karena raja yang terlukai, yaitu Yohanes Paulus II, merupakan gambaran sang binatang dan Yohanes Paulus II sendiri juga adalah sang Antikristus. Raja yang terlukai itu adalah gambaran sang binatang.

Izinkan saya menjelaskannya. Luka yang diderita sang binatang, yang lalu menjadi sembuh, adalah luka yang diderita Yohanes Paulus II dan Roma pagan sendiri. Kekaisaran Romawi pagan sebagai penganiaya resmi Gereja terluka oleh pedang Konstantinus dan Kekristenan. Dengan kuasa Injil dan kekuatan pedang, kekaisaran itu diserahkan kepada Kekristenan dan seraya proses itu berlangsung, sang binatang, yaitu Roma pagan, menderita luka yang tampaknya mematikan. Kekaisaran yang tadinya menganiaya agama Kristen lalu menjadi Kekaisaran Kristiani.

Maka Eropa Kristiani membuat Roma pagan menderita luka yang tampaknya mematikan. Namun dengan kembalinya Eropa kepada paganisme di bawah para raja Negara Kota Vatikan pasca-Konsili Vatikan II, dan dengan terbentuknya Kekaisaran Uni Eropa yang tidak bertuhan, luka yang diderita oleh Roma pagan akibat Eropa Kristiani telah menjadi sembuh. Dan kenyataan ini begitu penting karena, meskipun orang Yahudilah yang menuntut agar Kristus dibunuh, Tuhan Yesus Kristus dipaku di kayu salib oleh orang Romawi. 

Roma dahulu mengira bahwa ia berkuasa atas Tuhan ketika ia membunuh Kristus, walaupun sebenarnya, Yesus bukan hanya mempersembahkan kurban yang menyelamatkan manusia, tetapi juga dalam kurun waktu beberapa ratus tahun, iman akan Kristus kemudian menaklukkan segenap Kekaisaran Romawi itu dan mengubah Kekaisaran itu menjadi Kekaisaran yang menyandang nama Kristus. Itu adalah aspek tambahan dari kemenangan Kristus atas Roma. 

Namun pada akhir zaman, binatang itu istilahnya membalas dendam, dan membuat paganisme kembali ke Eropa, bersama seorang raja pagan di Roma yang mengkhotbahkan penghujatan yang sama dengan yang diajarkan oleh raja-raja Romawi pagan, yaitu ajaran bahwa manusia adalah Allah. Dan raja Romawi pagan ini melakukan penghujatannya dengan cara yang khusus untuk mencemooh Injil, seperti dengan berkhotbah bahwa manusia adalah Kristus dari Matius 16:16. Itulah sebabnya, binatang yang dahulu ada telah datang kembali.

Dan itulah mengapa luka binatang itu mengacu pada Roma pagan sendiri yang dilukai oleh Kekristenan dan sembuh. Tetapi luka itu juga berlaku secara amat spesifik kepada gambar binatang itu, yaitu raja yang menderita luka, Yohanes Paulus II. Sebagai gambar binatang akhir zaman, kehidupan Yohanes Paulus II merupakan cerminan miniatur dari binatang itu secara keseluruhan. 

Binatang itu terluka oleh pedang dan sembuh. Demikian pula, Yohanes Paulus II sungguh-sungguh terluka oleh pedang dan sembuh. Binatang itu menampilkan raja-raja Romawi pagan yang berkhotbah bahwa manusia adalah dewa/allah.  Yohanes Paulus II secara harfiah adalah seorang raja Romawi pagan yang mengkhotbahkan bahwa manusia adalah Allah. Binatang itu membuat raja-raja pagan “didewakan” setelah kematian mereka, dengan gambar mereka yang dinyalakan dalam api unggun. Yohanes Paulus II secara khidmat “dikanonisasikan” dan gambarnya terlihat menyala dalam api unggun pada peringatan dua tahun kematiannya.

Herodianus, Sejarah Kekaisaran Romawi sejak Kematian Markus Aurelius, Abad II atau III:
“Ketika ritus-ritus ini telah tuntas, penerus kaisar itu meletakkan obor ke bangunan [yang berisikan dipan dengan gambar kaisar] itu, dan setelahnya, orang-orang membakar bangunan itu dari semua sisinya. Lidah-lidah api dengan mudah dan cepat menghanguskan tumpukan kayu bakar yang amat besar itu dan juga wewangiannya.”

Binatang itu mempromosikan aneka rupa penyembahan berhala di Eropa. Yohanes Paulus II memprakarsai pertemuan doa kemusyrikan yang bersejarah di dunia di Assisi, acara yang merupakan simbol Kemurtadan Besar. Binatang itu memiliki monumen penyembahan berhala yang terkenal yang disebut Altar Perdamaian.  Yohanes Paulus II mengadakan acara penyembahan berhala Assisi di atas altar yang dibaktikan kepada nama Perdamaian.

Di dalam binatang itu, berbagai raja Romawi pagan mengajarkan bahwa manusia adalah allah/dewa dan gambar mereka dihormati.  Yohanes Paulus II adalah seorang raja Romawi pagan yang mengkhotbahkan bahwa manusia adalah Allah dan gambarnya dihormati, dsb. Dan itulah sebabnya ketika orang menghormati gambar Yohanes Paulus II, mereka tidak hanya mendukung kejahatannya, penyembahan berhalanya, dll. tetapi mereka juga menghormati Roma pagan itu sendiri karena Yohanes Paulus II adalah lambang Roma pagan

Maka sebagai rangkuman singkat:  Perbuatan Konstantinus melambangkan terlukanya binatang itu oleh pedang, sedangkan masa pemerintahan Yohanes Paulus II melambangkan sembuhnya luka itu. 

Kami juga telah menunjukkan bahwa pertemuan doa Assisi 1986 sarat dengan makna apokaliptik.   Acara ini adalah pertemuan doa penyembahan berhala yang bersejarah di dunia dan merupakan peristiwa yang paling bernama buruk dari Kemurtadan Besar. Assisi adalah tanda yang amat besar bahwa Eropa pagan dan sang binatang telah kembali. Kenyataannya, seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, altar tempat penyembahan berhala itu dilakukan dibaktikan kepada nama perdamaian, yang persis bersesuaian dengan Ara Pacis, altar perdamaian pagan di dalam Kekaisaran Romawi pagan. Ingatlah hal itu. Sekarang mari kita mempertimbangkan hal ini.

Transformasi bersejarah Kekaisaran Romawi pagan menjadi Kekaisaran Kristiani (yaitu, peristiwa di mana sang binatang dilukai) bermula dengan Konstantinus dan kemenangannya yang terkenal dalam pertempuran melawan Maxentius. Peristiwa ini bertempat di Jembatan Milvius pada tahun 312. Ini adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah manusia dan sejarah Kristiani. Menjelang pertempuran ini, Konstantinus mendapat penglihatan di mana ia melihat lambang Kristus dan Salib dengan kata-kata yang dalam bahasa Indonesia berarti, Dengan Tanda Ini Engkau Akan Menaklukkan.

Di kemudian waktu pada hari itu, Konstantinus mendapat penglihatan lain di mana Yesus Kristus memerintahkannya agar menggunakan tanda-Nya itu dalam pertempuran. Mohon anda perhatikan tanggalnya secara saksama. Konstantinus mendapatkan tanda yang akan digunakannya untuk menaklukkan binatang Romawi pagan pada tanggal 27 Oktober di tahun 312. Pada hari itu juga, Yesus Kristus menampakkan diri kepadanya. Dan lihatlah, acara Assisi tahun 1986 - acara yang paling bernama buruk dari Kemurtadan Besar, yang menyebabkan pengikut Kontra-Gereja Vatikan II terlibat dalam dosa berat, dan yang juga merupakan tanda yang besar lambang kembalinya Eropa pagan - berlangsung pada 27 Oktober 1986. Ini bukan hanya suatu kebetulan.

Tanda yang digunakan untuk melukai dan menaklukkan binatang itu muncul kepada Konstantinus pada tanggal 27 Oktober 312. Demikian pula, tanda bahwa sang binatang telah sembuh secara rohani terlihat pada tanggal 27 Oktober 1986, dengan berlangsungnya acara Assisi. Dan seperti yang telah kami katakan, perbuatan Konstantinus melambangkan terlukanya binatang itu, dan masa pemerintahan Yohanes Paulus II melambangkan sembuhnya luka itu. Itulah sebabnya Yohanes Paulus II sendiri terluka dan sembuh. Ia adalah gambar dari sang binatang.

Kenyataan ini juga memperkuat kesimpulan bahwa Yohanes Paulus II adalah sang Antikristus, dan bahwa acara Assisi tahun 1986 yang bersejarah di dunia merupakan peristiwa yang dijelaskan dalam 2 Tes. 2, seperti yang kami bahas secara rinci dalam video kami Identitas Sang Antikristus Terkuak. 2 Tes. 2 menubuatkan bahwa sang manusia pendosa, yaitu sang Antikristus, datang sehubungan dengan Kemurtadan Besar. Ayat itu menggambarkannya sebagai orang yang bersandar di seberang dan yang meninggikan dirinya di atas segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah.

2 Tesalonika 2:3-4 - “Sebab hari itu tidak akan datang, sebelum kemurtadan itu [ἡ ἀποστασία] pertama-tama datang, dan sang manusia pendosa tersingkap, sang putra kehancuran, ia yang bersandar di seberang dan meninggikan dirinya di atas segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah .

Deskripsi itu persis bersesuaian dengan Assisi, di mana Yohanes Paulus II, sang raja keenam, raja yang terluka dan gambarnya dihormati, dll. – meninggikan dirinya di atas dan duduk di seberang segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah pada acara penyembahan berhala yang bersejarah di dunia. Seperti yang kami tunjukkan dalam video, Identitas Sang Antikristus Terkuak, ayat ini dapat diterjemahkan sebagai orang yang bersandar di seberang (suatu terjemahan yang lebih harfiah) atau orang yang melawan (suatu terjemahan yang secara sempit bersifat metafora).

2 Tesalonika 2:3-4 - “Sebab hari itu tidak akan datang, sebelum kemurtadan itu [ἡ ἀποστασία] pertama-tama datang, dan sang manusia pendosa tersingkap, sang putra kehancuran, ia yang bersandar di seberang dan meninggikan dirinya di atas segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah .

Namun meskipun kata kerja pokok dalam ayat ini digunakan dengan makna metafora dalam berbagai bagian lain dari Perjanjian Baru, terjemahan metafora ini, yaitu bahwa sang manusia pendosa melawan segala sesuatu yang disebut Allah kurang masuk akal di dalam ayat yang satu ini. Sebab mengapakah sang manusia pendosa melawan penyembahan ilah-ilah palsu?

Lukas 11:17-18 – “Setiap kerajaan yang terpecah-belah melawan dirinya sendiri pasti binasa, dan rumah tangga yang terpecah-belah pasti runtuh. Dan jika Setan juga terpecah-belah melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya akan bertahan?”

Kerajaan Setan tidak terpecah-belah. Setanlah yang mengatur penyembahan berhala, dan dengan demikian masuk akal bahwa sang manusia pendosa akan mendukung berhala dan ilah-ilah palsu. Maka makna harfiah dan terjemahan harfiah ayat itu, di mana sang manusia pendosa secara posisi bersandar di seberang dan meninggikan dirinya di atas segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah pada peristiwa besar yang menyingkapkan / menandakan kemurtadan besar, lebih masuk akal. 

2 Tesalonika 2:3-4 - “Sebab hari itu tidak akan datang, sebelum kemurtadan itu [ἡ ἀποστασία] pertama-tama datang, dan sang manusia pendosa tersingkap, sang putra kehancuran, ia yang bersandar di seberang dan meninggikan dirinya di atas segala sesuatu yang disebut Allah atau segala sesuatu yang disembah .

ἀντικείμενος:  ia yang bersandar di seberang atau berbaring di seberang atau duduk di seberang; dsb.

Terjemahan harfiah ini bersesuaian secara persis dengan apa yang terjadi kepada Yohanes Paulus II di Assisi pada tanggal 27 Oktober 1986. Pada acara itu, berbagai pemimpin agama sesat melakukan ibadah mereka di bawah tempat Yohanes Paulus II duduk.  Mereka mempersembahkan penyembahan mereka yang sesat itu kepada berhala-berhala dan ilah-ilah palsu mereka. Oleh karena itu, Yohanes Paulus II secara harfiah bersandar di seberang dan meninggikan dirinya di atas berbagai berhala dan segala sesuatu yang disebut allah yang sedang disembah. Acara itu merupakan peristiwa paling bernama buruk dalam Kemurtadan Besar, dan adalah tanda bahwa binatang itu, yaitu Eropa pagan, telah kembali secara rohani. 

Memang benar bahwa ada tanda-tanda lain dari munculnya binatang itu, seperti waktu Yohanes Paulus II, dalam homili pertamanya, menyangkal kenyataan bahwa Yesus adalah Kristus ketika ia menyatakan bahwa manusia adalah Kristus dari Mat. 16. Namun Assisi adalah tanda yang paling terkenal bagi orang-orang pada umumnya bahwa paganisme telah kembali ke Eropa, dan bahwa apa yang dilukai oleh Konstantinus telah menjadi sembuh.

Nah, ketika Konstantinus mendapat tanda pada tanggal 27 Oktober 312, Kristus berkata kepada Konstantinus agar ia menggunakan tanda itu dalam pertempuran.

Demikian pula, pada tanggal 27 Oktober 1986, sang Antikristus, Yohanes Paulus II, berkata kepada Eropa pagan bahwa Assisi ADALAH TANDA dan umat manusia harus menempuh jalannya. Kenyataannya, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, menurut pandangan umum tentang apa yang terjadi, tanda di tanggal 27 Oktober 312 terlihat dua kali pada hari itu, sekali di awal hari dan sekali kemudian.

Dan lihatlah, pada 27 Oktober 1986, di awal hari itu, dalam sambutannya yang ditujukan kepada para perwakilan dari berbagai agama, Yohanes Paulus II berkata demikian:

"Saya memandang pertemuan hari ini sebagai suatu tanda yang sangat signifikan ...."

Lalu di kemudian waktu pada hari itu juga, pada pidato penutupannya, Yohanes Paulus II berkata:

 “Kenyataan bahwa kita telah datang ke Assisi dari berbagai penjuru dunia pada hakikatnya sendiri merupakan suatu tanda dari jalan bersama ini; umat manusia terpanggil untuk menempuh jalan ini.”

Assisi adalah tanda yang digunakan oleh sang Antikristus untuk menaklukkan secara rohani karena acara itu adalah simbol dari kemurtadan dan indiferentisme Sekte Vatikan II. Assisi bukanlah simbol satu-satunya, namun merupakan simbol yang paling terkenal. Acara ini adalah salah satu peristiwa yang paling cepat melibatkan orang dalam dosa ketika mereka menghormati Anti-Paus Yohanes Paulus II sebagai seorang santo atau mengikuti agama Vatikan II.

Maka sang Antikristus menaklukkan hampir seluruh Eropa Kristiani dan para pengikut Kontra-Gereja Vatikan II dengan panji Assisi, sama seperti bagaimana Kristus dahulu melukai sang binatang dengan panji Salib. Di Assisi dan dengan ajaran-ajaran dan perbuatan-perbuatannya yang lain, Yohanes Paulus II mengorganisir dan mendukung penyembahan berhala. Oleh karena itu, ketika orang-orang yang akrab dengan perbuatan Yohanes Paulus II menyebutnya kudus atau seorang santo, mereka secara tersirat menyebut berhala-berhala dan ilah-ilah palsu yang dilayani Yohanes Paulus II sebagai suci. Itulah sebabnya penghormatan yang diberikan kepada gambar Yohanes Paulus II oleh para pengikut Kontra Gereja Vatikan II disebutkan dalam kitab Wahyu sebagai sarana yang membuat orang-orang terkutuk.

Sangatlah menarik pula bahwa pada tanggal 24 Februari 2002, sebulan setelah acara Assisi yang kedua, Yohanes Paulus II mengeluarkan Dekalog atau Sepuluh Perintah Assisi kepada semua kepala negara di dunia. Namun, Allahlah yang mengeluarkan Sepuluh Perintah. Upaya Yohanes Paulus II untuk mengeluarkan Dekalog adalah suatu contoh lain bagaimana ia mengaku sebagai Allah, dan terlihat paling jelas dalam ajarannya yang diulang-ulangi bahwa setiap manusia adalah Yesus Kristus, seperti yang dibahas dalam video kami Sang Antikristus: Tanda yang Khas Miliknya.

Selain itu, 2 Tesalonika 2:4 berkata bahwa sang manusia pendosa mendudukkan dirinya sendiri di dalam bait Allah dan mempertunjukkan dirinya sendiri sebagai Allah. Ayat ini persis bersesuaian dengan Yohanes Paulus II yang duduk di Basilika Santo Petrus dan di Vatikan. Basilika St. Petrus adalah Bait Allah. Paus Pius XI bahkan menyebut Basilika Santo Petrus sebagai Bait yang terluas megah, dan banyak nubuat telah digenapi di sana. 

2 Tesalonika 2:4 – “ … sehingga ia mendudukkan dirinya [καθίσαι] di dalam bait Allah, dan mempertunjukkan dirinya sendiri sebagai Allah."

TENTANG BASILIKA ST. PETRUS

Paus Pius XI, Quinquagesimo Ante (#30), 23 Des. 1929
“ …
khalayak yang begitu besar jumlahnya berhimpun di Basilika Santo Petrus pada hari pertama dari bulan Desember … sehingga Kami mungkin belum pernah sebelumnya melihat Bait [Aedem] yang terluas megah ini begitu padat.”

Aedēs Bait

1 Petrus 5:13 - “Gereja yang berada di Babel, yang terpilih bersama dengan kalian, memberi salam kepada kamu sekalian ….”

Wahyu 18:2 - “’Sudah jatuh, sudah jatuh, Babel yang agung! Dan ia telah menjadi tempat tinggal para iblis dan penjara segala roh yang najis, dan penjara setiap burung yang najis, dan penjara setiap binatang yang najis dan yang dibenci.’”

Partisip yang diterjemahkan sebagai mempertunjukkan dirinya sendiri sebagai Allah atau memperlihatkan dirinya sendiri sebagai Allah memiliki makna menetapkan sesuatu, dan sering kali memiliki arti menetapkan sesuatu secara formal atau resmi. Makna itu juga sangat cocok dengan Yohanes Paulus II, karena ia secara formal atau resmi menyatakan bahwa dirinya adalah Allah dalam surat-surat ensiklik dan pidato-pidatonya, dengan mengajarkan bahwa setiap manusia adalah Putra Allah, seperti yang dibuktikan oleh materi kami.  

Di samping itu, pada tanggal 24 Maret 2000, Yohanes Paulus II tampil di Israel di kursi dengan salib terbalik besar di atas kepalanya, yaitu sebuah simbol satanik. Kristus dahulu tergantung di kayu salib di Israel, maka masuk akal bahwa sang Antikristus akan terlihat di bawah salib terbalik di Israel.

Penting pula untuk dicatat bahwa dalam Wahyu 13, kata kerja bahasa Yunani yang digunakan untuk menggambarkan penghormatan yang diberikan kepada gambar sang binatang adalah proskunéo. Kata kerja itu dapat memiliki arti penyembahan atau penghormatan. Gereja menggunakan kata kerja itu untuk penghormatan kepada para kudus. Binatang itu membajak upacara kanonisasi Gereja dan menggunakannya untuk memaksa orang menghormati sang Antikristus dan tokoh-tokoh fasik lainnya dari kemurtadan Vatikan II.

Semua fakta ini semakin memperkuat kebenaran dari apa yang kami katakan ketika Yohanes Paulus II masih hidup, yaitu, bahwa ia adalah sang Antikristus. Apa yang telah terjadi sejak kematiannya, seperti penghormatan kepada gambarnya dan hal-hal lain yang telah kami bahas, semakin memperkuat kesimpulan itu.

Namun meskipun ada semua bukti ini, beberapa orang menyanggah dengan berkata bahwa Yohanes Paulus II tidak mungkin adalah sang Antikristus karena ia sudah mati. Beberapa orang berargumen bahwa 2 Tesalonika 2:8 menunjukkan bahwa sang pendurhaka, yang mereka anggap sebagai Antikristus, akan dihancurkan oleh atau pada saat kedatangan Kristus, dan oleh karena itu sang Antikristus harus melanjutkan kehidupan duniawinya sampai saat Kedatangan Kedua Yesus Kristus. Tetapi argumen itu gagal. 

2 Tesalonika 2:8 - “Dan kemudian sang pendurhaka akan disingkapkan, ia akan dibinasakan oleh Tuhan dengan napas dari mulut-Nya dan akan dihancurkan oleh cemerlang kedatangan-Nya.”

Pertama, 2 Tesalonika 2:8, dan mungkin satu atau dua ayat dari kitab Wahyu yang diajukan orang-orang, dapat mengacu kepada apa yang dilakukan Yesus pada hari Penghakiman.

Ada suatu dogma bahwa ketika Yesus Kristus datang kembali, semua orang mati, yang baik maupun yang jahat, akan dibawa kembali dan dihadirkan ke hadapan Yesus. Pada saat itu Yesus akan menjatuhkan penghakiman dan hukuman apa pun yang dianggap-Nya pantas kepada orang jahat, sebelum orang itu dilemparkan-Nya ke dalam lautan api untuk selama-lamanya. 

Paus Gregorius X, Konsili Lyon II, 1274:
“Gereja Roma yang teramat kudus yang sama dengan teguh percaya dan menyatakan bahwa bagaimanapun, pada hari penghakiman, semua manusia akan dibawa bersama dengan badan mereka menghadap pengadilan Kristus untuk memberikan pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan diri mereka sendiri.” [14]

2 Tesalonika 1:7-8  - “...sewaktu Tuhan Yesus disingkapkan dari Surga bersama dengan para malaikat-Nya yang perkasa di dalam api yang membara, menjatuhkan pembalasan dendam kepada mereka yang tidak mengenal Allah dan kepada mereka yang tidak menaati injil Yesus Tuhan kita.”

2 Petrus 3:7 - “ ... langit dan bumi yang sekarang ada sedang disimpan untuk api, sambil dipelihara sampai pada hari penghakiman dan penghancuran orang-orang fasik.”

St. Petrus berbicara tentang penghancuran orang-orang fasik pada hari penghakiman. Orang-orang jahat akan selalu ada, namun mereka akan dihancurkan atau ditaklukkan dengan cara yang dianggap tepat oleh Kristus, dan dicampakkan ke dalam Neraka. Ada varian tekstual dalam 2 Tesalonika 2:8. Menurut ayat dari beberapa varian ini, Kristus akan membunuh atau mematikan sang pendurhaka dengan napas mulut-Nya, sedangkan varian yang lain berkata bahwa Kristus akan membinasakannya. Baik dalam varian yang satu maupun varian yang lain, perkataan tersebut dapat mengacu kepada apa yang akan dilakukan Kristus pada Hari Penghakiman.

Kenyataannya, seandainya pun orang menggunakan kata kerja yang diterjemahkan sebagai membunuh, suatu bentuk dari kata kerja itu diterjemahkan sebagai menghapuskan atau membatalkan dalam Ibrani 10:9, dengan makna membatalkan suatu dampak. Kristus akan menghapuskan atau membatalkan kepemimpinan yang jahat dari semua orang fasik pada Hari Penghakiman. Faktanya, dengan mencermati urut-urutan peristiwa ini secara logis, kesimpulan yang kuat yang tampaknya kita peroleh adalah bahwa pertemuan yang terjadi antara Kristus dengan orang-orang fasik di Bumi berlangsung setelah Kebangkitan Umum.

St. Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Bagian Suplemen, Pertanyaan 74, Artikel 7:
“Di samping itu, kebangkitan akan mendahului penghakiman; jika tidak, semua mata tidak akan melihat Kristus mengadili. Namun bumi akan dibakar sebelum kebangkitan ....”

1 Tesalonika 4 menunjukkan bahwa kebangkitan orang benar akan terjadi sebelum berlangsungnya pertemuan antara Tuhan Yesus dan orang benar yang hidup sampai Kedatangan Kedua Yesus Kristus.

1 Tesalonika 4:15-17 – “ … hal ini kami beritahukan kepada kamu sekalian dengan firman dari Tuhan, bahwa kita yang masih hidup, yang tinggal sampai kedatangan Tuhan, tidak akan mendahului mereka yang telah tertidur. Sebab Tuhan sendiri akan turun dari Surga dengan seruan, dengan suara malaikat penghulu, dan dengan suara sangkakala Allah. Dan orang yang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu. Setelahnya kita yang hidup, yang masing tinggal, akan diangkat bersama mereka dalam awan untuk menyongsong Tuhan di angkasa, dan demikianlah kita akan selama-lamanya berada bersama Tuhan.”

Seperti yang bisa kita lihat, pertemuan antara Kristus dan orang benar yang masih hidup tidak akan terjadi sampai kebangkitan orang yang mati dalam Kristus. Dan lihatlah, Yohanes 5 berbicara tentang kebangkitan orang fasik yang terjadi pada saat yang sama dengan kebangkitan orang benar.

Yohanes 5:28-29 -  “Janganlah heran akan hal ini, sebab saatnya akan tiba ketika semua orang yang berada dalam kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka akan keluar, yaitu mereka yang telah melakukan hal-hal yang baik, menuju kebangkitan bagi kehidupan; sedangkan mereka yang telah melakukan hal-hal yang jahat, menuju kebangkitan bagi penghakiman.”

Itulah sebabnya, kebangkitan orang fasik tampaknya akan mendahului segala pertemuan yang terjadi antara Kristus dengan orang fasik yang ada di Bumi. Hal ini mendukung pandangan bahwa konteks di mana Kristus membalas dendam kepada para musuh-Nya, seperti kepada sang pendurhaka, adalah pada Penghakiman Umum, yaitu setelah Kebangkitan Umum sewaktu orang-orang yang sudah mati kembali ke Bumi.

Yohanes 5:28-29 - “Janganlah heran akan hal ini, sebab saatnya akan tiba ketika semua orang yang berada dalam kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka akan keluar, yaitu mereka yang telah melakukan hal-hal yang baik, menuju kebangkitan bagi kehidupan; sedangkan mereka yang telah melakukan hal-hal yang jahat, menuju kebangkitan bagi penghakiman.”

Jadi, tidak ada satu pun dari beberapa ayat yang terkadang dikutip orang membuktikan bahwa sang Antikristus harus terus menjalani kehidupan duniawinya sampai kedatangan Kristus. Ayat-ayat itu bisa saja mengacu kepada apa yang terjadi dalam konteks Hari Penghakiman. Santo Petrus juga memberi tahu kita bahwa hari Tuhan akan datang seperti pencuri.

2 Petrus 3:10 -  “Tetapi hari Tuhan akan datang seperti pencuri, dan langit akan lenyap dengan suara gemuruh, dan unsur-unsurnya akan dibakar dan dileburkan, dan bumi serta segala perbuatan yang dilakukan di atasnya akan disingkapkan.”

Kenyataannya, masuk akal bahwa gambar sang Antikristus akan dihormati secara resmi setelah kematiannya, seperti yang telah kita lihat, dan bukan selama masa hidupnya. Hal ini dikarenakan sejumlah alasan. 

Pertama, seperti yang telah kami tunjukkan, datangnya sang binatang dan sang Antikristus melibatkan kembalinya Roma pagan, dan di dalam pagan Roma pagan, raja-rajanya tidak dapat secara resmi “didewakan” di Roma sampai setelah mereka mati. Jadi, kita telah melihat raja yang mengkhotbahkan bahwa setiap manusia adalah Allah, yang terluka oleh pedang, dsb. dihormati secara resmi di Bait Allah setelah kematiannya. Dan Paus Pius XI menyebut Basilika Santo Petrus sebagai Bait yang terluas megah. Basilika St. Petrus adalah Bait Allah yang disebutkan dalam 2 Tesalonika 2. 

Kedua, kedatangan sang Antikristus melibatkan pengambilalihan Bait Allah oleh para musuh Gereja dan suatu penipuan agama. Itulah sebabnya masuk di akal bahwa penghormatan yang diberikan kepada gambar sang Antikristus akan diberlakukan melalui upacara kanonisasi palsu yang terjadi setelah kematiannya. 

Dan semua perkara ini tidak terbatas kepada Yohanes Paulus II saja. Orang-orang terlibat dalam kejahatan dengan menerima agama Vatikan II atau menghormati Paulus VI, atau Yohanes XXIII, dll.

Kathryn Spink, Mother Teresa – An Authorized Biography [Bunda Teresa - Biografi Resmi], halaman 54-55:
“Bunda Teresa pernah melalui masa-masa di mana ia mengangkut orang-orang yang begitu menderita dalam gerobak buruh … orang-orang yang tidak lagi dapat dirawat diberi kesempatan untuk meninggal secara bermartabat, dengan menerima ritus-ritus seturut iman mereka: umat Hindu diterimakan air dari Sungai Gangga pada bibir mereka; umat Muslim diberi bacaan-bacaan dari Alquran; dan umat Kristen yang jarang dijumpai diterimakan ritus-ritus terakhir mereka.”

Dengan menerima agama Vatikan II atau menghormati satu pun santo-santa palsu yang melambangkannya, orang dengan demikian menghormati Roma pagan. Namun Yohanes Paulus II dengan cara yang amat spesifik melambangkan kembalinya Roma pagan, dengan berkhotbah bahwa manusia adalah Allah, dengan secara langsung memperkenalkan penyembahan berhala, dll. Maka sewaktu orang-orang yang memiliki pengetahuan dasar tentang perbuatannya menganggap Yohanes Paulus II sebagai seorang santo, mereka terlibat secara langsung dalam dosa berat, bidah dan penghujatan. 

Juga, ada banyak orang di luar sana, termasuk kaum “tradisionalis”, yang berpikir bahwa sang Antikristus akan dikenali dengan mudah atau secara luas. Pandangan semacam itu sama sekali salah. Kita membaca kembali di dalam Wahyu 13:14:

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Perhatikan, orang-orang ditipu sehingga mereka menghormati gambar sang Antikristus. Dengan demikian, orang-orang pada umumnya tidak akan menyadari siapakah sang Antikristus itu. 

Patut dicatat pula bahwa ada varian tekstual dalam Wahyu 13:14. Mayoritas dari semua manuskrip Yunaninya berkata:

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu milik-Ku yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Tetapi, orang juga dapat menerjemahkannya seperti ini:

Wahyu 13:14 – “ ... ia menipu umat-Ku sendiri yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Manuskrip-manuskrip yang lain berkata bahwa ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi. Keduanya menandakan penipuan agama yang menyebabkan orang menghormati gambar sang binatang. Bacaan teks mayoritasnya hanya akan menekankan bahwa penipuan ini menjerat banyak orang yang telah dibaptis menjadi umat Allah - tetapi jatuh ke dalam kejahatan akibat penipuan ini.

Jadi, semua orang yang berpikir bahwa sang Antikristus akan dikenali dengan mudah atau secara luas, dan bahwa kita hanya menunggu hari di mana ia melangkah pada kancah dunia untuk dilihat semua orang, orang-orang semacam itu tidak tahu apa yang mereka katakan. Kedatangan sang Antikristus terjadi melalui penipuan. Itulah sebabnya 2 Tesalonika 2:9-10 berkata demikian:

2 Tesalonika 2:9-10 – “Kedatangannya terjadi berdasarkan daya kerja Setan, dalam segala kuasa, tanda-tanda, dan keajaiban-keajaiban palsu, dan dalam segala kefasikan yang menyesatkan terhadap mereka yang binasa, sebab mereka tidak menerima kasih akan kebenaran, agar mereka dapat diselamatkan. Itulah sebabnya Allah akan mendatangkan daya kerja kesesatan kepada mereka, sehingga mereka percaya akan dusta.”

Ayat ini cocok dengan Yohanes Paulus II. Ada banyak penampakan palsu dan pesan palsu yang muncul selama masa pemerintahannya yang meyakinkan orang bahwa dia baik atau "Pausnya Bunda Maria".  Kenyataannya, penampakan palsu Medjugorje bermula bahkan tidak sampai dua bulan setelah Yohanes Paulus II terluka. Medjurgorje adalah salah satu dari sekian banyak tanda palsu yang menipu orang tentang sang Antikristus. Dan juga, Yohanes Paulus II menipu dunia tentang Rahasia Ketiga Fatima yang sejati. Namun demikian, ia berhasil membuat dirinya diakui sebagai pahlawan Rahasia Ketiga Fatima yang palsu, yang mereka putuskan untuk keluarkan. Itu adalah bagian lain dari penipuan di seputar sang Antikristus.

Juga, istilah Antikristus tidak ada dalam Kitab Wahyu. Namun, ia yang terluka dan yang gambarnya kemudian dihormati sering dipahami sebagai sang Antikristus. Kami telah menyajikan bukti yang sangat banyak bahwa istilah itu mengacu kepada Yohanes Paulus II. Memang benar, di dalam 1 Yohanes 1:22, kita menemukan definisi yang terilhami, yang diberikan oleh Alkitab tentang sang Antikristus, yaitu sebagai berikut:

1 Yohanes 2:22 - “Siapakah pendusta itu selain ia yang menyangkal bahwa Yesus adalah sang Kristus? Dia inilah sang Antikristus, ia yang menyangkal Bapa dan Putra.”

Jadi, definisi sang Antikristus menurut Kitab Suci adalah ia yang menyangkal bahwa Yesus adalah sang Kristus, dan dengan melakukan hal itu, orang tersebut menyangkal Bapa dan Putra. Dia itulah sang Antikristus. 

Nah, itulah persisnya yang dilakukan Anti-Paus Yohanes Paulus II dalam homili pertamanya yang menandai awal “pelayanannya”. Ia menyatakan bahwa kebenaran baru tentang manusia adalah bahwa anda adalah Kristus, Putra Allah yang hidup, meskipun kebenaran itu tentunya hanya berlaku kepada Yesus, bukan kepada manusia secara umum. Dengan demikian, Yohanes Paulus II menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus yang tunggal dan secara langsung menepati definisi Antikristus. Dan ia lalu mengajarkan bidah yang sama dalam banyak cara di sepanjang masa kepemimpinannya sebagai Anti-Paus. Tontonlah video kami, Sang Antikristus: Tanda yang Khas Miliknya. Dan orang yang sama ini adalah raja keenam, ia yang terluka, yang gambarnya dihormati, dll. Sebabnya, ia adalah sang Antikristus.  

Paus Pius X juga berkata bahwa tanda yang khas milik sang Antikristus adalah manusia merebut tempat Allah, dan itulah ciri khas Anti-Paus Yohanes Paulus II.

Paus Santo Pius X, E Supremi (#5), 4 Oktober 1903:
“Sedangkan pula, dan inilah apa yang menurut rasul yang sama merupakan tanda yang khas milik sang Antikristus, manusia [itu] telah dengan kelancangan yang teramat besar, merebut tempat Allah ....”

Selain itu, Pelacur Babel duduk di atas binatang akhir zaman. Pelacur Babel terkait dengan sang Antikristus. Video-video kami Wahyu 18:2 Telah Terjadi dan Babel Sudah Jatuh, Sudah Jatuh, menyajikan bukti yang luar biasa bahwa nubuat-nubuat tentang Pelacur Babel telah digenapi di Basilika Santo Petrus dan di Kota Vatikan di zaman kita sekarang dengan ketepatan yang menakjubkan. 

Wahyu 18:2 - “Dan ia [sang malaikat] berseru dengan suara yang kuat, ’Sudah jatuh, sudah jatuh, Babel yang agung! Dan ia telah menjadi tempat tinggal para iblis dan penjara segala roh yang najis, dan penjara setiap burung yang najis, dan penjara setiap binatang yang najis dan yang dibenci.’”

Di dalam 1 Petrus 5:13 Santo Petrus, yang menulis dari Roma, menyebut kota itu sebagai Babel. 

1 Petrus 5:13 - “Gereja yang berada di Babel, yang terpilih bersama dengan kalian, memberi salam kepada kamu sekalian ….”

Eusebius dari Kaisarea, Sejarah Gerejawi, Buku 2, Bab. 15: “Dan Petrus menyebutkan Markus di dalam surat pertamanya, yang ujar mereka ditulisnya di Roma sendiri: seperti yang diindikasikan olehnya, sewaktu ia menyebut kota tersebut, secara kiasan, Babel.”

Di dalam Perjanjian Baru, Babel bukan hanya nama sandi untuk Roma, namun secara lebih spesifik, nama Babel di dalam Perjanjian Baru mengacu kepada tempat di Roma di mana Santo Petrus berada. St. Petrus dimakamkan di bawah altar utama dari Basilika Santo Petrus di Vatikan. Maka sangat masuk di akal bahwa nubuat tentang Babel akhir zaman akan digenapi di tempat yang satu itu, tempat di mana Santo Petrus dimakamkan. Dan itulah yang telah kita lihat.

Sebagai contoh, di dalam Wahyu 18:2 kita membaca bahwa:

Wahyu 18:2 - “Dan ia [sang malaikat] berseru dengan suara yang kuat, ’Sudah jatuh, sudah jatuh, Babel yang agung! Dan ia telah menjadi tempat tinggal para iblis dan penjara segala roh yang najis, dan penjara setiap burung yang najis, dan penjara setiap binatang yang najis dan yang dibenci.’”

Nubuat ini mengacu kepada Babel yang menjadi penjara bagi setiap burung dan binatang yang najis.  Nubuat tersebut digenapi secara spesifik oleh pertunjukan cahaya Fiat Lux di Basilika Santo Petrus di Vatikan pada tanggal 8 Desember 2015. Pada acara ini, gambar-gambar dari berbagai macam burung dan binatang diproyeksikan ke bagian depan Basilika Santo Petrus - persis sesuai dengan apa yang dinyatakan di dalam Wahyu 18:2.

Kata yang diterjemahkan dalam Wahyu 18:2 sebagai penjara juga bisa diterjemahkan sebagai kandang.  Akibat pilar-pilar di bagian depan Basilika Santo Petrus, binatang-binatang itu tampak seperti terkurung dalam kandang/penjara, persis seperti yang dinyatakan di dalam nubuat itu. Acara Fiat Lux di Vatikan melambangkan jatuhnya kota Roma ke dalam kenajisan dan kemurtadan pada akhir zaman, akibat kembalinya paganisme ke Roma di bawah para Anti-Paus Vatikan II dan Kontra-Gereja akhir zaman mereka, yaitu sekte Vatikan II. 

Inilah maksud dari nubuat-nubuat tentang Pelacur Babel secara umum. Gereja Katolik bukanlah Pelacur Babel. Sekte Vatikan II-lah, yang merupakan Kontra-Gereja akhir zaman, yang adalah Pelacur Babel.

GEREJA ALLAH = BAIT ALLAH

1 Korintus 3:16 - "Tidak tahukah kalian, bahwa kamu sekalian adalah bait Allah ....”

 2 Korintus 6:16 - Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup ....”

 GEREJA ALLAH - DIDIRIKAN DI ATAS ST. PETRUS

Matius 16:18 - “ ... engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku ....”

BAIT ALLAH DIDIRIKAN DI ATAS ST. PETRUS

St. Yohanes menulis bahwa Babel sudah jatuh; perkataannya ini menunjukkan bahwa tempat di mana Santo Petrus berada, yaitu Babel, sebelumnya berdiri dengan perkasa. Namun sekarang, pada akhir zaman, tempat itu telah menjadi tempat tinggal iblis. Bukanlah pula suatu kebetulan bahwa peristiwa ini, yang menggenapi nubuat Kitab Wahyu tentang Babel, terjadi pada hari peringatan 50 tahun penutupan Vatikan II. 

Vatikan II, yang ditutup pada tanggal 8 Desember 1965, merupakan Konsili Kemurtadan. Konsili ini mendatangkan dan mencirikan Kontra-Gereja apokaliptik, yakni Pelacur Babel akhir zaman. Jelas adanya, bahwa Sekte Vatikan II juga menggenapi nubuat tentang Pelacur Babel dalam berbagai cara yang lain. Wahyu 18:3 berkata bahwa segala bangsa telah meminum anggur nafsu percabulannya.

Wahyu 18:3 - "Sebab segala bangsa telah meminum anggur hawa nafsu percabulannya ....”

Wahyu 18:2 - " ... mereka yang menghuni bumi telah dibuat mabuk oleh anggur percabulannya.”

 Wahyu 14:8 - " ... anggur hawa nafsu percabulannya ....”

Kitab Wahyu menyebutkan anggur percabulan sang Pelacur lebih dari satu kali karena setelah Vatikan II, ada sejumlah perubahan yang dibuat terhadap bagian anggur dari formula konsekrasi dalam Misa Baru. Perubahan kata banyak menjadi semua dalam formula konsekrasinya memalsukan kata-kata Kristus, dan menyebabkan “Misa-Misa” itu menjadi tidak valid.

Kitab Wahyu berkata bahwa Sang Pelacur didandani dengan kain ungu dan kain merah padam, sebab para uskup mengenakan kain ungu sedangkan para kardinal mengenakan kain merah padam, dan pria yang mengenakan kain ungu dan merah padam sering dijumpai di Kota Vatikan. Sang Pelacur menyerupai Gereja Katolik yang sejati dalam berbagai macam penampilan luarnya, walaupun ia tidak memiliki substansi Gereja Katolik yang sejati. Sang Pelacur mabuk oleh karena darah orang-orang kudus dan para martir, sebab ia mencemooh santo-santa dengan ekumenisme sesatnya serta indiferentisme keagamaannya.

Wahyu 17:6 - “Dan aku melihat wanita itu, yang mabuk oleh karena darah orang-orang kudus dan oleh karena darah para martir Yesus ….”

Kita membaca dalam Wahyu 17:6 bahwa ketika Santo Yohanes melihat sang pelacur, ia merasakan keheranan yang besar

Wahyu 17:6 - “Dan aku melihat wanita itu, yang mabuk oleh karena darah orang-orang kudus dan oleh karena darah para martir Yesus. Sewaktu aku melihatnya, aku merasakan keheranan yang besar.”

Kata benda yang diterjemahkan menjadi keheranan dalam ayat itu adalah thauma. Kata ini hanya digunakan satu kali lagi dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam 2 Korintus 11:14, di mana kata ini digunakan untuk menggambarkan keterkejutan, keheranan, atau kebingungan yang ditimbulkan oleh para rasul palsu yang menyamar sebagai para rasul Kristus. Masuk akal bahwa ketika Santo Yohanes melihat sang pelacur, ia merasakan keheranan yang besar karena apa yang dilihatnya adalah Kontra-Gereja yang dipimpin oleh para rasul dari Petrus yang palsu - yaitu, para Anti-Paus yang mengaku sebagai penerus Rasul Petrus, walaupun sebenarnya bukan. 

Kata Benda θαῦμα (Keheranan) Hanya Digunakan Dua Kali di dalam Perjanjian Baru

2 Korintus 11:13-15 - “Sebab orang-orang semacam itu adalah rasul-rasul palsu, para pekerja penipu yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Tidaklah mengherankan [οὐ θαῦμα ] sebab bahkan Setan sendiri menyamar sebagai malaikat terang. Jadi tidaklah mengejutkan jika para pelayannya juga menyamar sebagai pelayan-pelayan kebajikan.”

Wahyu 17:6-7 - “Sewaktu aku melihatnya, aku merasakan keheranan yang besar [ θαῦμα μέγα ]. Tetapi sang malaikat berkata kepadaku, ‘Mengapa engkau keheranan? Aku akan mengatakan kepadamu misteri sang wanita, dan binatang yang membawanya, yang mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk.’”

Memang benar, untuk mengungkapkan bahwa orang akan heran saat melihat binatang itu karena ia telah kembali, Kitab Wahyu menggunakan kata kerja thaumazo, bentuk verbal dari thauma. 

Wahyu 17:8 - “Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran [ θαυμασθήσονται ] saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.”            

θαυμάζω (thaumazo) - Saya heran, saya takjub

θαυμάζω - “menjadi luar biasa terpukau atau terusik oleh sesuatu(BDAG, hal. 444).

Kenyataan ini menjadi petunjuk lain bahwa sewaktu Roma pagan datang kembali, ia akan mengambil rupa para rasul dan pelayan Kristus - yaitu, Roma pagan akan menyamar sebagai Gereja: suatu Kontra-Gereja. Maka sewaktu Roma pagan datang kembali pada akhir zaman dengan menyamar sebagai para rasul dan pelayan Kristus, apa yang dia coba lakukan bukanlah penganiayaan jasmani, melainkan penyesatan rohani.

Menurut Wahyu 17:4, sang Pelacur memiliki cawan emas di tangannya. Kata-kata ini mengacu kepada imamat palsu dan Misa palsu dalam Kontra-Gereja Vatikan II. Wahyu 18:6 menyebutkan cawan yang digunakan Pelacur itu untuk mencampur. Kata-kata ini mengacu kepada percampuran air dan anggur pada Misa Baru. Perkataan yang satu ini menandakan bahwa sang Pelacur telah melakukan penyelewengan berat dalam bagian liturgi itu, dengan memalsukan ibadat Gereja Katolik yang sejati. 

Wahyu 18:6 – “Balaslah kepadanya sebagaimana dia juga telah membalas kepadamu, dan gandakanlah kepadanya dua kali lipat sesuai dengan perbuatannya: ke dalam cawan di mana ia telah mencampur, campurlah baginya dua kali lipat.”

Hal yang menarik, lukisan kuno yang mengganbarkan wanita Europa ada pada bejana yang digunakan untuk mencampur air dan anggur. Itu adalah suatu petunjuk lain bahwa perkataan Wahyu 18:6 ini mengacu kepada Eropa yang telah menjadi pelacur rohani karena ia telah menjadi murtad dari iman Katolik dan melakukan kekejian-kekejian liturgisnya.

Di samping itu, pernyataan ayat itu yang berkata, gandakanlah kepadanya dua kali lipat sesuai dengan perbuatannya, selaras dengan perkataan 1 Timotius 5:17. Di dalam ayat ini, kita membaca bahwa para imam yang memimpin dengan baik patut dihargai dengan kehormatan dua kali lipat.

1 Timotius 5:17 – “Hendaknya para imam yang memimpin dengan baik, dihargai dengan kehormatan dua kali lipat, terutama mereka yang berjerih payah dalam sabda dan doktrin.”

Namun alasan Wahyu 18:6 berkata tentang Pelacur itu, gandakanlah kepadanya dua kali lipat sesuai dengan perbuatannya, adalah sang Pelacur melambangkan para imam dan pelayan palsu yang bertindak dan memimpin dengan cara yang jahat. Masih ada lagi contoh lain yang dapat diberikan untuk hubungan Sekte Vatikan II dengan Pelacur Babel.

Wahyu 17:3 - “Dan ia membawaku dalam roh ke padang belantara, dan aku melihat seorang wanita yang terduduk di atas seekor binatang merah padam yang penuh dengan nama-nama penghujatan, dan yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk.”

Karena Sekte Vatikan II jelas merupakan Pelacur Babel, dan sang Pelacur duduk di atas binatang akhir zaman, masuk akal bahwa sang Antikristus -  ia yang terluka dan yang gambarnya kemudian dihormati - terkait dengan peristiwa-peristiwa di Kota Vatikan selama masa ini. Kenyataan ini semakin memperkuat kesimpulan bahwa Yohanes Paulus II adalah sang Antikristus. Selain itu, ketika sang binatang di bawah Nero menghukum mati St. Petrus, Petrus dibunuh di Bukit Vatikan, yang berlokasi di Kota Vatikan pada zaman ini.

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Jadi, ketika binatang itu muncul pada abad pertama, ia menganiaya pemimpin Gereja yang kelihatan di tempat yang satu itu, yang sekarang menjadi Kota Vatikan. St. Petrus dimakamkan di sana, di tempat yang sekarang menjadi Kota Vatikan, dan makamnya terletak di bawah altar utama di Basilika Santo Petrus. Ketika agama Kristiani menaklukkan Roma dan Eropa secara rohani, bangunan fisik yang paling menonjol dalam Kekristenan didirikan di tempat di mana Santo Petrus dimakamkan, yaitu di tempat yang sekarang menjadi Kota Vatikan.

Maka, masuk akal bahwa ketika binatang itu kembali, dan sang Pelacur duduk di atasnya, nubuat-nubuat itu akan digenapi di sana, di Kota Vatikan, tempat dimakamkannya Santo Petrus. Dan itulah yang telah terjadi. Itulah sebabnya kita melihat bahwa nubuat-nubuat tentang sang binatang, ketujuh raja, sang Antikristus, dan Pelacur Babel telah digenapi di sana, di Kota Vatikan.

Nubuat-nubuat ini digenapi di Roma, dan hal ini justru membuktikan, dan bukan membantah, kenyataan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja Yesus Kristus yang satu dan sejati. Inti dari penipuan besar pada akhir zaman adalah menipu mereka yang mengaku Katolik, dan mereka yang mengaku bersatu dengan Roma.

St. Ireneus, Adversus Haereses [Melawan Bidah], Buku 3, Bab 3, 180 M:
"Namun karena akan menjadi sangat panjang untuk menyebutkan satu per satu suksesi dari semua Gereja dalam karya semacam ini, kami hanya akan mengambil salah satu dari antaranya, yakni Gereja yang amat besar dan amat kuno, dan yang dikenal oleh semua orang, Gereja yang dibangun dan didirikan di Roma oleh kedua Rasul yang teramat mulia, Petrus dan Paulus; dengan menunjukkan bahwa Tradisi yang dimiliki Gereja itu dari para rasul serta iman yang diwartakannya kepada umat manusia telah sampai kepada kami melalui suksesi para uskup, kami akan mengacaukan mereka semua yang entah bagaimanapun juga berhimpun dalam perkumpulan-perkumpulan yang tidak diizinkan ... Sebab oleh karena keutamaan yang lebih kuasa milik Gereja ini, segenap Gereja, yaitu umat beriman di segala tempat, niscaya harus setuju dengan Gereja ini [yaitu Gereja Roma] ….”

Banyak bukti alkitabiah untuk iman Katolik akan anda temukan pada situs internet kami vatikankatolik.id dan dalam materi kami. Nubuat-nubuat tentang persundalan dan jatuhnya kota Roma terkait dengan ditinggalkannya iman Katolik oleh kota Roma, karena iman Katolik adalah iman yang satu dan sejati akan Yesus Kristus, di luar mana tidak terdapat keselamatan. Namun untuk menjadi orang Katolik sejati, seseorang harus menjadi seorang Katolik tradisional.           

Wahyu 18:3 - "Sebab segala bangsa telah meminum anggur hawa nafsu percabulannya ....”

Matius 16:18-19 - “Dan Aku pun berkata kepadamu: engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan pintu-pintu gerbang Neraka tidak akan berjaya melawannya. Aku akan memberikan kepadamu kunci-kunci Kerajaan Surga, dan apa pun yang kauikat di atas bumi akan terikat di dalam Surga dan apa pun yang kaulepaskan di atas bumi akan terlepas di dalam Surga.”

Nah, sejauh ini kami telah berfokus dalam video ini kepada binatang yang memiliki tujuh kepala, yaitu Roma pagan yang kembali, sang Antikristus, ketujuh raja dan Pelacur Babel. Binatang yang memiliki tujuh kepala adalah binatang pertama yang disebutkan dalam Wahyu 13, yang lalu dijelaskan lebih lanjut dalam Wahyu 17.

Wahyu 17:7-10 - “’Aku akan mengatakan kepadamu misteri sang wanita, dan binatang yang membawanya, yang mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Binatang yang telah kaulihat itu dahulu ada dan sekarang tidak ada dan akan segera muncul dari jurang yang kedalamannya tak terhingga. Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang. Yang dituntut di sini adalah pikiran yang penuh kebijaksanaan: ketujuh kepala adalah tujuh gunung yang di atasnya sang wanita terduduk. Dan ketujuh kepala itu juga adalah tujuh raja, lima dari antaranya sudah jatuh, satu masih ada ….’”

Wahyu 13:3 - “Salah satu dari kepala-kepalanya [yakni, salah satu dari tujuh raja Roma yang terkait dengan sang Pelacur Babel – lihat Why. 17] tampak memiliki luka yang mematikan, tetapi luka yang mematikannya itu sembuh, dan seluruh bumi takjub seraya mengikuti sang binatang.”

Wahyu 13:11 - ”Lalu aku melihat seekor binatang yang lain yang muncul dari bumi. Ia memiliki dua tanduk seperti seekor anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.”

Wahyu 13:12 - “Ia melaksanakan segala kuasa dari binatang pertama di hadapannya, dan membuat bumi serta para penghuninya menyembah binatang yang pertama, yang telah sembuh dari lukanya yang mematikan.”

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Namun Wahyu 13 menyebutkan binatang lain yang muncul dari bumi. Binatang ini memiliki dua tanduk, dan ia melaksanakan segala kuasa dari binatang pertama di hadapan binatang pertama itu atau atas namanya. Binatang kedua inilah yang menyebabkan orang menyembah atau menghormati binatang pertama yang terluka oleh pedang. Dalam kata lain, kami berpendapat bahwa binatang kedua ini menyebabkan orang menyembah atau menghormati Roma pagan dan Yohanes Paulus II, yang merupakan gambaran dari Roma pagan. 

Nah, di dalam Kekaisaran Roma pagan, ketika seorang raja Romawi pagan yang sudah meninggal “didewakan”, penerus raja itulah yang biasanya mendorong Senat supaya melaksanakan proses tersebut.

Henry Fairfield Burton, The Worship Of The Roman Emperor [Penyembahan Kaisar Romawi], Univ. of Chicago Press, 1912:
“Pendewaan seorang kaisar yang telah meninggal diotorisasikan oleh dekret resmi dari senat, satu-satunya pihak yang berkuasa untuk memperkenalkan rupa-rupa ibadat yang baru. Namun senat bertindak atas anjuran dari kaisar yang sedang memerintah ....”

Maka, Yulius Kaisar “didewakan” dengan bantuan penerusnya yang bernama Agustus. Sedangkan Agustus “didewakan” dengan bantuan penerusnya yang bernama Tiberius. Lalu apa yang kita lihat dengan penerus Yohanes Paulus II? Penerus Yohanes Paulus II, yaitu Anti-Paus Benediktus XVI, menjalurcepatkan proses pemberian gelar “orang kudus” untuk Yohanes Paulus II. Benediktus XVI meniadakan masa penantian lima tahun untuk proses itu dan ia “membeatifikasikan” Yohanes Paulus II. Lalu penerusnya, yaitu Anti-Paus Fransiskus, menuntaskan proses tersebut dengan “menganonisasikan” Yohanes Paulus II, bersama dengan Paulus VI dan Yohanes XXIII.

Ada suatu hal yang menarik, yaitu dalam Roma pagan, Senatlah yang secara resmi mendeklarasikan “pendewaan” itu sedangkan raja Romawi terlibat untuk menyarankan atau menganjurkan proses tersebut. Dan dalam versi baru binatang itu, kita melihat bahwa Anti-Paus Benediktus XVI, yang dahulu merupakan raja Negara Kota Vatikan, memulai proses itu dan proses tersebut secara resmi dituntaskan di bawah Anti-Paus Fransiskus, yang bukan seorang raja Romawi.

Ada dua pria yang terlibat untuk membuat orang-orang menyembah binatang itu, dan keduanya hadir pada “kanonisasi” Yohanes Paulus II, yaitu Anti-Paus Benediktus XVI dan Anti-Paus Fransiskus. Mungkinkah fakta ini merupakan alasan binatang yang muncul dari bumi itu memiliki dua tanduk? Mungkin saja. Menarik pula, bahwa sewaktu Benediktus XVI masih hidup, para pengikut Kontra-Gereja Vatikan II terbagi dalam kubu Benediktus dan kubu Fransiskus. Beberapa orang pada waktu itu berpendapat bahwa Benediktus XVI adalah Paus yang valid; sedangkan yang lain berpendapat bahwa Fransiskuslah yang Paus yang valid. Mereka tidak menyadari bahwa keduanya adalah Anti-Paus pemurtad dari suatu Kontra-Gereja.

Di samping itu, Wahyu 17:10 membuat rujukan yang khusus kepada satu masih ada, untuk menggambarkan raja yang keenam. Teks bahasa Yunaninya menggunakan istilah yang satu. Raja keenam inilah yang satu itu. Rujukan kepada yang satu itu, menurut kami, terkait dengan Wahyu 13:3, di mana ada tertulis tentang salah satu dari kepala-kepala binatang itu yang terluka. Raja keenam adalah kepala yang terluka. 

Demikian pula, untuk menggambarkan raja ketujuh, Wahyu 17:10 secara khusus mengacu kepada yang lain. Raja ketujuh adalah yang lain itu. Dan kemudian dalam Wahyu 13:11, binatang kedua yang muncul dari bumi digambarkan sebagai binatang yang lain. Kata yang lain di dalam Wahyu 13:11 ini adalah kata yang sama, hanya dalam bentuk yang berbeda dengan yang kita temukan dalam Wahyu 17:10 untuk mengacu kepada raja ketujuh. 

Wahyu 13:11 - ”Lalu aku melihat seekor binatang yang lain yang muncul dari bumi. Ia memiliki dua tanduk bagaikan seekor anak domba dan ia berbicara bagaikan seekor naga.”

Jadi, sebagaimana raja yang masih ada, yaitu raja keenam, adalah ia yang dilukai, kami percaya bahwa raja yang lain, yaitu raja ketujuh, Benediktus XVI, melambangkan waktu munculnya binatang yang lain atau yang kedua itu. Dalam kata lain, alasan Wahyu 17 berfokus secara khusus kepada raja keenam dan raja ketujuh, adalah binatang pertama dari Wahyu 13, yang disebut sebagai yang satu, muncul pada masa raja keenam – sedangkan binatang kedua dari Wahyu 13, yang disebut sebagai yang lain, dan yang menyebabkan orang menghormati binatang yang pertama, muncul pada masa raja ketujuh.

Maka Kitab Suci berkata bahwa binatang yang kedua itu menyebabkan orang menghormati binatang yang pertama, yaitu ia yang dilukai oleh pedang dan hidup. Dan apa yang kita lihat pada masa pemerintahan Benediktus XVI? Benediktus XVI memulai proses yang membuat orang menghormati sang Antikristus dan Roma pagan, serupa dengan bagaimana dalam Roma pagan, penerus dari raja pagan yang sudah meninggal terlibat untuk membuat orang menyembah raja pagan yang sudah mati itu.  Wahyu 13:12 berkata bahwa binatang yang kedua melaksanakan segala kuasa dari binatang pertama di hadapannya, dan membuat bumi serta para penghuninya menyembah binatang yang pertama, yang telah sembuh dari lukanya yang mematikan.

Wahyu 13:12 - “Ia melaksanakan segala kuasa dari binatang pertama di hadapannya, dan membuat bumi serta para penghuninya menyembah binatang yang pertama, yang telah sembuh dari lukanya yang mematikan.”

Binatang yang kedua, yang juga dapat dipandang sebagai Sekte Vatikan II sejak raja ketujuh, melaksanakan segala kuasa rohani di hadapan Eropa pagan dan menggunakannya untuk membuat orang menghormati gambar sang Antikristus serta tokoh-tokoh pagan yang jahat, yang melambangkan kembalinya Roma pagan.

Kita membaca di dalam Wahyu 13:13, bahwa binatang kedua membuat tanda-tanda yang dahsyat, bahkan membuat api turun dari langit ke bumi di hadapan manusia.

Wahyu 13:13 - “Ia membuat tanda-tanda yang dahsyat, dan bahkan menurunkan api dari langit ke bumi di hadapan manusia.”

Di dalam Kisah Para Rasul, aktivitas, karunia-karunia atau tanda-tanda dari Roh Kudus dikaitkan dengan api dari langit. Wahyu 13:13 menyebutkan api dari langit di hadapan manusia. Gambaran ini menurut kami mengacu pada tanda-tanda dan aktivitas rohani, yang secara keliru dikaitkan dengan Roh Kudus.  Dalam kata lain, ayat ini menggambarkan mukjizat-mukjizat palsu dan tanda-tanda palsu yang dibuat dalam Kontra-Gereja Vatikan II. 

Termasuk api palsu dari langit ini adalah berbagai mukjizat palsu yang melancarkan proses kanonisasi palsu Yohanes Paulus II, Paulus VI, dan pada bidah lainnya dalam Kontra-Gereja Vatikan II, seperti Bunda Teresa.

Kathryn Spink, Mother Teresa – An Authorized Biography [Bunda Teresa, Biografi Resmi], HarperCollins, 2011, hal. 155:
“Anda menyebut-Nya ISWARA, beberapa orang menyebut-Nya ALLAH [dalam agama Islam], beberapa orang hanya menyebut-Nya Allah, tetapi kita semua harus mengakui bahwa Ialah yang menciptakan kita untuk hal-hal yang lebih besar: untuk mengasihi dan untuk dikasihi.”

Gerakan karismatik yang sesat juga tergolong api palsu dari langit. Gerakan Karismatik berperan penting dalam membangun pemujaan sang Antikristus, Yohanes Paulus II, di berbagai belahan dunia. Gambar Yohanes Paulus II dalam api unggun, yang dianggap sebagai penampakannya dari langit dalam api, yang muncul pada peringatan dua tahun kematiannya, terkait secara langsung dengan upacara pendewaan palsu dalam Roma pagan, seperti yang telah kami bahas. Namun peristiwa itu juga dapat dianggap sebagai contoh api palsu dari langit di hadapan manusia.

Herodianus, Sejarah Kekaisaran Romawi sejak Kematian Markus Aurelius, Abad II atau III:
“Ketika ritus-ritus ini telah tuntas, penerus kaisar itu meletakkan obor ke bangunan [yang berisikan dipan dengan gambar kaisar] itu, dan setelahnya, orang-orang membakar bangunan itu dari semua sisinya. Lidah-lidah api dengan mudah dan cepat menghanguskan tumpukan kayu bakar yang amat besar itu dan juga wewangiannya.”

Wahyu 13:13 - “Ia membuat tanda-tanda yang dahsyat, dan bahkan menurunkan api dari langit ke bumi di hadapan manusia.”

Ada berbagai tanda palsu dalam Sekte Vatikan II yang berperan untuk memajukan dan menggiatkan penghormatan kepada sang Antikristus dan Roma pagan. Hal yang penting untuk dicatat, kata yang diterjemahkan dalam Wahyu 13:13 sebagai di hadapan adalah ἐνώπιον [enopion]. Kata ini bisa berarti di mata atau dalam penilaian. Itulah bagaimana kata ini digunakan, sebagai contoh, dalam Lukas 16:15, di mana Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: Kalian adalah orang-orang yang membenarkan diri kalian sendiri di hadapan - énopion - manusia, namun Allah mengetahui hatimu sekalian.

Wahyu 13:13 - “Ia membuat tanda-tanda yang dahsyat, dan bahkan menurunkan api dari langit ke bumi di hadapan manusia [ἐνώπιον τῶν ἀνθρώπων].”

Lukas 16:15 - “Dan Ia berkata kepada mereka: 'Kalian adalah orang-orang yang membenarkan diri kalian sendiri di hadapan manusia [ἐνώπιον τῶν ἀνθρώπων], namun Allah mengetahui hatimu sekalian.’”

Maka api yang turun dari langit ἐνώπιον τῶν ἀνθρώπων [enopion ton anthropon] dapat berarti aktivitas yang dianggap oleh manusia sebagai api dari langit/karya Roh Kudus, meskipun itu sebenarnya adalah tanda palsu. 

Wahyu 13:15 berkata bahwa binatang kedua telah dianugerahkan:           

“Dan kepadanya telah dianugerahkan kuasa untuk memberi hidup kepada gambar binatang itu, sehingga gambar binatang itu berbicara; dan untuk menyebabkan siapa pun yang tidak menyembah gambar sang binatang itu dibunuh.”

Bagian pertama dari ayat ini yang berkata tentang memberi hidup kepada gambar binatang itu, cocok dengan kanonisasi palsu Yohanes Paulus II dan proses yang mendahuluinya.           

Paus Fransiskus Akan Memprakarsai Transmisi Televisi 3D Vatikan pada Upacara Kanonisasi yang Belum Pernah Dilakukan Sebelumnya[15]

Upacara yang satu ini, yang menampilkan gambar Yohanes Paulus II, disiarkan dalam transmisi televisi 3D yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

“Upacara ini juga akan disiarkan ke bioskop 3D di seluruh Eropa dan di Amerika Utara serta Selatan, dalam apa yang dicanangkan sebagai konvergensi pertama dari teknologi HD, 3D dan 4K untuk acara multimedia 3D yang sedemikian menarik perhatian media massa.”

Liputan televisinya juga menampilkan gambar-gambar serta rekaman Yohanes Paulus II. Kanonisasi-kanonisasi palsu dari para Anti-Paus juga setara dengan pernyataan palsu bahwa para perwakilan Roma pagan, seperti Yohanes Paulus II, Paulus VI, dll. memperoleh kehidupan kekal.

Kata yang diterjemahkan sebagai dibunuh atau dimatikan di bagian kedua ayat ini adalah suatu bentuk dari kata kerja apokteino. Kata ini tidak selalu berarti membunuh secara jasmani, dan bisa saja memilki arti menyebabkan hilangnya kehidupan rohani. Binatang kedua, yang bertindak dengan otoritas Sekte Vatikan II, memang memaksa orang untuk menyembah sang Antikristus dan menerima agama Vatikan II dengan ancaman perpisahan dari persekutuannya. 

Bidah-bidah dari agama Vatikan II melambangkan Roma pagan yang kembali. Anda harus menerima ajaran-ajaran bidah itu dan santo-santa palsu dari Kontra-Gereja Vatikan II di bawah ancaman perpisahan dari persekutuannya. 

Maka bagaimanapun pendapat anda yang persis tentang binatang kedua itu, entah apakah anda menganggap bahwa binatang kedua itu adalah Sekte Vatikan II sebagai lembaga keagamaan yang melaksanakan segala kuasa rohani di hadapan Eropa pagan, atau lebih khususnya, apakah anda menganggapnya sebagai Sekte Vatikan II yang bertindak di bawah Anti-Paus Benediktus XVI dan setelah masa pemerintahannya, kami telah menyajikan bukti yang luar biasa tentang bagaimana binatang pertama adalah Roma pagan yang kembali di bawah Uni Eropa ... tentang Roma pasca-Vatikan II sebagai Pelacur Babel … tentang Yohanes Paulus II sebagai sang Antikristus, ia yang terluka dan yang gambarnya kemudian dihormati ... tentang ketujuh raja yang merupakan tujuh raja Negara Kota Vatikan ... tentang penggenapan nubuat keheranan terhadap sang binatang dan bagaimana orang bereaksi ketika mereka melihat kembalinya Roma pagan, dll.

Inilah yang sedang terjadi. Inilah alasan apa yang telah kita lihat di Roma telah terjadi. Dan binatang yang kedua menyebabkan orang-orang menghormati Roma pagan yang jahat yang telah datang kembali itu.

Dengan demikian, orang-orang yang berpikir bahwa Benediktus XVI adalah seorang Paus yang valid atau yang baik, orang-orang semacam itu tertipu. Benediktus XVI adalah salah seorang bidah yang terjahat dalam sejarah. Ia adalah seorang Anti-Paus pemurtad dan seorang penipu kelas kakap. Mohon menyimak video kami, Bidah-Bidah Benediktus XVI dan dokumen kami tentang bidah-bidahnya.  Benediktus XVI, bersama dengan Anti-Paus Fransiskus yang pemurtad, menyebabkan orang-orang menghormati sang Antikristus. 

Wahyu 13:3 - “Salah satu dari kepala-kepalanya [yakni, salah satu dari tujuh raja Roma yang terkait dengan sang Pelacur Babel – lihat Why. 17] tampak memiliki luka yang mematikan, tetapi luka yang mematikannya itu sembuh, dan seluruh bumi takjub seraya mengikuti sang binatang.”

Bahkan keputusan Benediktus XVI untuk membuat Misa berbahasa Latin tersedia secara lebih luas adalah tindak-tanduk yang mengecoh karena Iblis tahu bahwa ketika saat itu tiba, kebanyakan “imam” yang menyelenggarakan Misa berbahasa Latin itu tidak ditahbiskan secara valid, karena mereka telah ditahbiskan dalam Ritus Baru Paulus VI yang tidak valid. Itu adalah upaya yang diperhitungkan untuk membuat orang percaya bahwa ada harapan di dalam Pelacur Babel, walaupun sebenarnya tidak ada. Iblis ingin membuat orang tetap berada di bawah para Anti-Paus selama mungkin, sehingga mereka pada akhirnya harus menerima “kanonisasi” sang Antikristus, Yohanes Paulus II, serta Paulus VI, Yohanes XXIII, dll.

Wahyu 13:14 -  “ ... ia menipu orang-orang yang tinggal di bumi, dengan berkata kepada orang-orang yang tinggal di bumi untuk membuat sebuah gambar bagi binatang yang dilukai oleh pedang, yang walau bagaimanapun hidup.”

Beberapa orang yang telah menyadari bahwa Fransiskus tidak Katolik dan tidak mungkin adalah Paus berpikir bahwa Benediktus XVI dahulu adalah Paus yang sebenarnya. Mereka salah. Benediktus XVI bukanlah Paus yang valid, melainkan seorang Anti-Paus pemurtad. Juga, bukanlah semata-mata suatu kebetulan menurut kami, bahwa nama Benediktus XVI dalam bahasa Yunani, Benediktos, persis setara dengan 666. Tentunya, hal ini bukan berarti ada yang salah dengan nama Benediktus. Ini hanyalah suatu penanda. Benediktus XVI adalah raja ketujuh, dan pada masa pemerintahannya, bermula proses untuk menghormati sang Antikristus dan Roma pagan.

Di samping itu, kami berpendapat bahwa tanda sang binatang di tangan atau di dahi adalah suatu tanda yang bersifat rohaniah. Tanda ini merupakan lambang otoritas gerejawi dan imamat yang palsu dari sekte Vatikan II, yang memegang otoritas rohani atas orang-orang di Eropa dan di seluruh dunia, pada akhir zaman. Sekte Vatikan II tidak memiliki otoritas yang valid dari Allah, namun sekte ini berpengaruh kepada orang-orang, bangsa-bangsa dan bahasa-bahasa yang mengikuti Kontra-Gereja akhir zaman. Itulah sebabnya sang Pelacur Babel dikatakan duduk atas berbagai macam air, yang menurut Kitab Wahyu adalah orang-orang, rakyat banyak, bangsa-bangsa dan bahasa-bahasa.

Wahyu 17:15 - “Dan sang malaikat berkata kepadaku, ‘Semua air yang kaulihat, di mana sang pelacur duduk, adalah orang-orang, dan rakyat banyak, serta bangsa-bangsa dan bahasa-bahasa.’”

Kontra-Gereja Vatikan II berpengaruh kepada orang-orang yang salah mengira bahwa para Anti-Pausnya adalah adalah Paus yang sejati. Itulah sebabnya kaum tradisionalis palsu yang berkeras kepala mengakui para Anti-Paus Vatikan II, kendati mereka telah menyadari bahwa buktinya berlawanan, mereka adalah guru-guru palsu yang jahat dan alat yang dipergunakan Setan. Mereka membuat orang tetap berada dalam bidah dan dalam posisi-posisi yang salah.

Orang-orang yang memberi tahu anda supaya tetap berada dalam Sekte Vatikan II adalah orang penipu.  Anda tidak tetap berada bersama Gereja Katolik, anda tetap berada bersama Pelacur Babel. 

Paus Pius XII, Mystici Corporis Christi (#22), 29 Juni 1943:
“Tetapi, orang-orang yang kenyataannya terhitung sebagai anggota Gereja hanyalah mereka yang telah menerima permandian kelahiran kembali dan mengakui iman sejati ….”

Kontra-Gereja Vatikan II bukan Gereja Katolik. Itulah sebabnya Wahyu 18:4 berkata tentang Babel akhir zaman: Keluarlah darinya, umat-umat-Ku, agar kalian tidak mengambil bagian dalam dosa-dosanya.

Wahyu 18:4- “Lalu aku mendengar suatu suara lain dari langit yang berkata, ‘Keluarlah darinya, umat-umat-Ku, agar kalian tidak mengambil bagian dalam dosa-dosanya dan menerima wabah-wabahnya.’”

Peringatan Kitab Suci supaya orang keluar dari Babel akhir zaman juga menunjukkan bahwa para Anti-Paus memerintah di sana selama periode ini, karena Kitab Suci tidak akan menyuruh orang agar mereka memisahkan diri dari persekutuan dengan Paus yang sejati.

Kitab Wahyu juga berkata bahwa tidak seorang pun dapat membeli atau menjual tanpa tanda sang binatang. Kami percaya bahwa tanda ini mengacu kepada mata uang Uni Eropa, di mana ada gambar Europa atau Eropa, yaitu kekaisaran sang binatang. Sistem identifikasi berupa paspor “COVID” di Eropa juga kemungkinan besar merupakan suatu upaya lebih lanjut untuk memberlakukan tanda sang binatang yang bersifat jasmaniah, tanda yang tanpanya tidak seorang pun dapat membeli atau menjual. Mohon mencatat bahwa orang-orang menjadi terkutuk akibat menghormati gambar binatang itu atau menerima tanda di tangan atau di kepala (yang kami percayai merupakan tanda yang bersifat rohaniah), namun mereka belum tentu terkutuk akibat menjual dan membeli dengan tanda sang binatang yang bersifat jasmaniah. Walaupun demikian, kami tidak menyarankan vaksin.

Patut dicatat: Kitab Wahyu berkata bahwa binatang itu memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk.  Sepuluh tanduk itu mengacu kepada negara-negara yang pada awalnya membentuk pusat kekuatan Uni Eropa. Kenyataannya, Uni Eropa Barat pada awalnya beranggotakan sepuluh negara[16] yang terikat kepada kewajiban pertahanan bersama di bawah Perjanjian Brussel. Aliansi pertahanan timbal balik dari sepuluh negara ini termasuk pusat kekuatan Uni Eropa di Brussel, Prancis dan Italia.

Fungsi Uni Eropa Barat secara bertahap dialihkan kepada Uni Eropa - namun bukanlah semata-mata suatu kebetulan, menurut kami, bahwa pada awalnya ada sepuluh negara dalam aliansi pertahanan militer Uni Eropa Barat. Maka pertahanan Uni Eropa dahulu memiliki bagian atau komponen atau aspek yang berjumlah sepuluh. Hal itu sesuai dengan gambaran sang binatang yang memiliki sepuluh tanduk.

Wahyu 17:3 - “Dan ia membawaku dalam roh ke padang belantara, dan aku melihat seorang wanita yang terduduk di atas seekor binatang merah padam yang penuh dengan nama-nama penghujatan, dan yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk.”

Adapun Fransiskus, yang merupakan Anti-Paus yang sama sekali pemurtad, ia memang mewakili Roma pagan pada masa ini. Dia melambangkan Kontra-Gereja yang membuka kedoknya. Memang benar, banyak orang yang buta terhadap kejahatan para penipu itu, yaitu Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI, merasa jijik terhadap Fransiskus. 

Fransiskus, Pidato kepada Sekelompok Orang Lutheran,
Aula Paulus VI, 13 Oktober 2016

DALAM BAHASA ITALIA
“Non è lecito convincerli della tua fede. Il proselitismo è il veleno più forte contro il cammino ecumenico.”

"Tidaklah licit untuk meyakinkan mereka akan imanmu. Proselitisme adalah bisa yang terkuat melawan jalan ekumenis.”

Namun meskipun mereka menyadari bahwa ada masalah dengan Fransiskus, hal itu tidak berarti mereka sudah sampai kepada kebenaran yang penuh. Sebaliknya, itu adalah penggenapan dari nubuat tentang bagaimana para pengikut Kontra-Gereja akan keheranan dan takjub akibat aktivitas sang binatang, terutama setelah raja ketujuh. 

Jika orang-orang itu benar-benar ingin bangun dan memeluk kebenaran penuh serta diselamatkan, mereka perlu mengakui kenyataan tentang seluruh Sekte Vatikan II dan para Anti-Pausnya yang jahat, dan menolak semuanya itu.

Paus St. Agato, Surat kepada Kaisar, Konsili Konstantinopel III:
“ … apa yang telah didefinisikan secara kanonik oleh para Pendahulu kami yang kudus dan apostolik, dan oleh kelima konsili yang terhormat, Kami jaga di dalam kesederhanaan hati, dan Kami menjaga iman yang diwariskan kepada Kami dari para Bapa tanpa suatu penyesatan pun, dan senantiasa menghendaki dan berjuang untuk memiliki kebaikan yang satu dan yang terutama itu, yakni: agar tiada suatu hal pun dikurangi dari hal-hal yang telah didefinisikan secara kanonik dan agar tiada suatu hal pun diubah atau ditambahkan kepadanya, tetapi agar hal-hal yang sama itu, baik di dalam kata-katanya serta maknanya, dijaga sehingga tak terjamah ….”

Allah membiarkan hal ini terjadi oleh karena kehendak buruk manusia. Allah melihat bahwa manusia tidak menghargai iman yang sejati, sakramen-sakramen yang sejati, Misa yang sejati, dll. Itulah sebabnya Ia membiarkan hampir semuanya itu dirampas sama sekali.

Gereja Katolik yang sejati masih ada, dan Gereja ini kelihatan, meskipun ada Kontra-Gereja di Roma. Anda sedang mendengarkan seorang anggota Gereja sejati yang terlihat di zaman kita. Namun Allah telah membiarkan Gereja yang sejati disusutkan hampir sejauh mungkin dalam Kemurtadan Besar, karena orang-orang tidak pantas memiliki lebih dari itu. Seperti yang dikatakan Yesus, sewaktu Putra Manusia datang, akankah Ia menemukan iman di bumi? (Lukas 18:8). 

Lukas 18:8- “Sewaktu Putra Manusia datang, akankah Ia menemukan iman di bumi?”

Orang-orang di zaman kita, secara umum, tidak pantas memiliki Paus sejati di Roma yang diakui oleh seluruh dunia. Mereka tidak pantas memiliki kehadiran Katolik yang subur di setiap dioses. Mereka tidak pantas memilikinya. Mereka pantas mendapatkan kehampaan, mereka pantas mengalami kehilangan. Dan itulah sebabnya Allah membiarkan hampir segalanya dirampas, kecuali bagi suatu sisa umat beriman yang setia, sehingga hanya mereka yang sungguh-sungguh berjuang demi Allah, yang hidup untuk-Nya dan bukan untuk pendapat-pendapat manusia dan khalayak ramai, akan menemukan iman sejati dan memeluk iman itu.

Matius 16:18-19 - “Dan Aku pun berkata kepadamu: engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan pintu-pintu gerbang Neraka tidak akan berjaya melawannya. Aku akan memberikan kepadamu kunci-kunci Kerajaan Surga, dan apa pun yang kauikat di atas bumi akan terikat di dalam Surga dan apa pun yang kaulepaskan di atas bumi akan terlepas di dalam Surga.”

Di dalam Yesaya 1:21, kita membaca tentang Yerusalem, kota suci di masa Perjanjian Lama:

Yesaya 1:21 -  "Bagaimanakah kota yang setia itu, yang dahulu penuh hikmat, telah menjadi seorang pelacur? Keadilan dahulu tinggal di dalamnya, namun sekarang para pembunuh.”

Allah membiarkan kota kudus-Nya menjadi seorang pelacur. Hal itu berlaku kepada kota Yerusalem dalam Perjanjian Lama, dan berlaku kepada kota Roma - bukan Gereja Katolik - pada akhir zaman. Banyak orang melihat situasi Roma pada saat ini dan akibatnya mereka kehilangan iman akan Allah dan Gereja Katolik. Perbuatan mereka itu bodoh. Beberapa orang telah memutuskan untuk menjadi Protestan, Skismatis Timur atau bahkan ateis.  Mereka menjadi mangsa perangkap Iblis. Seperti yang telah kami tunjukkan, situasi ini telah dinubuatkan. Gereja Katolik telah selalu merupakan - dan tetap merupakan - Gereja Yesus Kristus yang satu dan sejati. 

Untuk memperoleh keselamatan, anda perlu menjadi seorang Katolik tradisional yang sejati, yang menolak Sekte Vatikan II dan mengamalkan iman sejati. Materi kami menjelaskan cara melakukannya.

Catatan kaki:

[1] http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/homilies/1978/documents/hf_jp-ii_hom_19781022_inizio-pontificato.html

[2] http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/encyclicals/documents/hf_jp-ii_enc_04031979_redemptor-hominis.html

[3] http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/messages/urbi/documents/hf_jp-ii_mes_19781225_urbi.html

[4] http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/homilies/2000/documents/hf_jp-ii_hom_20000226_sinai.

[5] http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/speeches/1986/march/documents/hf_jp-ii_spe_19860311_cultura-india.ht

[6] https://www.reuters.com/article/us-vatican-film-johnpaul/john-paul-ii-was-wounded-in-1982-stabbing-aide-reveals-idUSTRE49E5RM200810

[7] https://www.mirror.co.uk/news/world-news/lightning-bolt-hit-vatican-not-1705156

[8] https://www.eastbaytimes.com/2005/04/21/pope-benedict-xvi-predicts-a-short-reign-due-to-health/

[9] https://abcnews.go.com/ABC_Univision/pope-resigns-things-pope-benedict-xvi-remembered/story?id=18465663

[10] https://www.lifesitenews.com/news/statue-of-ancient-god-of-child-sacrifice-put-on-display-in-rome-days-before-amazon-synod

[11] https://www.livius.org/sources/content/herodian-s-roman-history/herodian-4.2/

[12] Ibid.

[13] Ibid.

[14] Denzinger 464

[15] https://variety.com/2014/tv/global/pope-francis-to-usher-in-vatican-3d-tv-transmission-at-unprecedented-canonisation-ceremony-1201150306/

[16] https://www.britannica.com/topic/Western-European-Union

SHOW MORE