vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia | |
Anti-Paus Fransiskus - Mengapa Ia Bukan Paus | Gereja Vatikan II Tidak Katolik | Sejarah Bruder Peter Dimond, OSB Fransiskus baru-baru ini berperjalanan ke Indonesia dan dia mengungkapkan indiferentisme keagamaan yang merupakan ciri khas Sekte Vatikan II, kemurtadan Vatikan II dan para Anti-Paus Vatikan II. Seperti yang materi kami jelaskan, Sekte Vatikan II di bawah kepemimpinan Anti-Paus Fransiskus bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan. Antara lain, Fransiskus memberi “berkat” yang menurutnya berlaku bagi semua orang tanpa memandang agama mereka.
“Berkat” itu tidak menyertakan Tanda Salib atau rujukan apa pun kepada Yesus Kristus atau Allah Tritunggal Mahakudus. Dengan demikian, Fransiskus menyangkal Yesus Kristus dalam perbuatannya. Tindakannya juga bertentangan dengan Kolose 3:17:
Fransiskus juga berkata demikian:
Fransiskus menyiratkan bahwa mereka semua punya Allah yang sama. Perbuatannya itu sesat. Mereka yang menyangkal Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus tidak menyembah Allah Mahaesa yang benar dan mereka tidak punya Allah Bapa.
Anti-Paus Fransiskus mewartakan Injil sesat. Fransiskus juga mengajak semua orang, termasuk orang bukan Kristen, untuk berdoa dengan cara mereka masing-masing.
Itu adalah bidah, karena dia mendukung ibadat sesat dan mengajak mereka melakukannya. Wujud-wujud indiferentisme keagamaan Fransiskus pada perjalanan ini bisa ditelisik dengan lebih rinci lagi, namun ini sudah selalu dilakukannya. Anti-Paus Benediktus XVI dan Anti-Paus Yohanes Paulus II juga melakukan hal semacam ini secara berkala, seperti yang telah kami dokumentasikan secara rinci selama bertahun-tahun. Tindak-tindak indiferentisme keagamaan para Anti-Paus Vatikan II, serta tindak-tindak ekumenisme sesat terkait (suatu penyangkalan terhadap Yesus Kristus dan iman Katolik) benar-benar melambangkan inti kemurtadan akhir zaman Vatikan II, dan akan menghukum para pembela Anti-Paus Vatikan II pada Hari Pengadilan. Ingin saya tunjukkan pula bahwa dalam Alkitab, kata kerja “memberkati” bisa saja berarti menginginkan kebaikan bagi orang lain. Dalam pengertian alkitabiah ini, menghardik atau menegur orang berdosa dengan penuh kasih, atau mendoakan pertobatannya, berarti memberkati orang tersebut. Begitulah cara seseorang memberkati musuh atau orang jahat dalam pengertian Alkitab, dengan menginginkan kebaikan yang paling utama melalui pertobatannya, dll. Namun, “memberkati” dalam konteks liturgi menandakan sesuatu yang lebih. Dengan mendapat berkat liturgis, orang dalam keadaannya saat ini, secara resmi dikhususkan sebagai orang yang mampu menerima pertolongan atau bantuan khusus dari Allah. Namun, mereka yang mewujudkan dosa berat, atau mengamalkan agama sesat, memberontak terhadap Allah dalam keadaan mereka saat ini dan dengan demikian tidak mampu menerima kemurahan atau pertolongan khusus semacam itu melalui berkat liturgis. Orang-orang itu perlu berhenti tidak taat atau tidak percaya sebelum bisa menerima berkat semacam itu. Memberi berkat liturgis kepada orang-orang yang secara nyata menyangkal atau tidak taat kepada Allah berarti menghina Allah, karena perbuatan itu menyiratkan bahwa Allah bersedia menyangkal diri-Nya sendiri, yaitu, Allah bersedia menolong orang-orang yang secara nyata menolak satu-satunya cara mereka bisa ditolong, yakni dengan percaya dan taat kepada Dia. Oleh sebab itu, 2 Yohanes 1:10-11 berkata demikian:
Itulah sebabnya Gereja tidak memberi berkat liturgis kepada mereka yang mewujudkan ketidaktaatan berat atau ketidakberimanan. Jadi, selain berbagai wujud kemurtadannya, yang semakin membuktikan bahwa dia jelas bukan Paus, tindakan Anti-Paus Fransiskus yang mencoba “memberkati” para pemeluk semua agama secara liturgis adalah perwujudan lain dari penyimpangannya dari iman Katolik. Berikut ini cuplikan dari video kami yang berjudul: Pesan Bernubuat yang Menentang "Pemberkatan" Sesama Jenis Fransiskus. Video ini membahas ajaran Katolik dan kepausan yang menentang pemberkatan bagi mereka yang mewujudkan ketidaktaatan berat. Cuplikan dari Pesan Bernubuat yang Menentang “Pemberkatan” Sesama Jenis FransiskusSekarang, ada satu aspek besar lain dari masalah ini yang dilewatkan oleh para pembela Fiducia Supplicans dan bahkan oleh banyak orang yang mengkritik dokumen tersebut, yaitu, sekiranya pun anda berargumen (seperti para pembela Anti-Paus) bahwa pemberkatan yang disetujui Anti-Paus Fransiskus bukanlah untuk kemitraan homoseksual itu sendiri, melainkan untuk orang-orang homoseksualnya dalam kemitraan tersebut,
Hal ini telah dilewatkan oleh hampir semua orang yang sudah mengomentari Fiducia Supplicans, dan bahkan oleh orang-orang yang mengkritiknya. Banyak dari mereka akan mengatakan hal-hal seperti ini: siapa saja boleh menerima berkat, tetapi pasangannya tidak boleh diberkati. Sebagai contoh:
Tidak, mereka memberi terlalu banyak kelonggaran. Gereja tidak mengajarkan bahwa setiap orang dalam situasi apa pun boleh diberkati, dan saya ingin mengutip otoritas kepausan tentang hal ini. Saya sudah membaca kesembilan buku dalam register buku Paus Santo Gregorius VII, serta yang disebut-sebut sebagai surat-surat pengembaranya. St. Gregorius VII adalah salah seorang Paus terhebat dalam sejarah Gereja. Ia berulang kali menunjukkan dalam surat-suratnya bahwa dirinya tidak akan memberi berkat kepada orang-orang yang mewujudkan ketidaktaatan. Sri Paus menunjukkan bahwa dia tidak dapat melakukannya, supaya tidak melanggar hukum Allah. Sebelum mengutip Sri Paus, saya ingin membuat suatu pembedaan. Ketika konteksnya baik (seperti pada Misa sejati atau ketika umat Katolik sedang berziarah, atau dalam konteks serupa), seorang imam dapat secara benar memberkati sekelompok orang, tanpa tahu perbuatan-perbuatan pribadi setiap orang dalam kelompok tersebut di lain waktu, karena dalam konteks diberikannya pemberkatan itu, tidak ada perwujudan ketidaktaatan atau kaitan dengan dosa berat. Tetapi dalam konteks seseorang berdosa berat, atau mewujudkan ketidaktaatan berat terhadap Gereja atau hukum Allah; misalnya, ketika dua orang mengaku diri bagian dari “pasangan” homoseksual, memberi pemberkatan kepada seseorang atau beberapa orang seperti itu sama sekali dilarang dan adalah dosa berat. Memberkati seseorang (atau beberapa orang) dalam situasi itu menandakan bahwa orang (atau beberapa orang) itu mampu beroleh pengudusan atau berkenan kepada Tuhan sembari terlibat dalam ketidaktaatan berat terhadap Allah. Oleh sebab itulah orang-orang seperti itu tidak boleh diberkati. Hal ini seharusnya sudah jelas. Kami omong-omong juga menemukan prinsip ini diterapkan dalam Aturan Santo Benediktus, Bab 25:
Namun berikut beberapa kutipan dari Paus St. Gregorius VII yang semakin menggambarkan prinsip Katolik bahwa orang-orang yang melakukan ketidaktaatan berat tidak boleh diberkati. Kutipan terakhirnya sangat menarik dan menurut kepercayaan saya bernubuat.
Di sini Sri Paus berkata bahwa otoritas suci tidak mengizinkan dirinya memberi berkat apostolik kepada mereka yang diekskomunikasi. Ini, seperti yang akan kita lihat, berlaku bukan hanya bagi mereka yang diekskomunikasi, namun juga bagi siapa pun yang mewujudkan ketidaktaatan berat (termasuk anggota umat beriman).
Perhatikan, orang harus taat untuk menerima berkat.
Coba perhatikan sekali lagi, mereka yang tidak taat tidak diberkati.
Kami bisa mengutip perikop-perikop lain dari Paus yang sama ini, namun coba perhatikan perikop ini baik-baik. Kutipan ini bernubuat.
Ini sangat menarik. Paus St. Gregorius VII mengutip Maleakhi 2:2 sehubungan kutuk Allah terhadap berkat yang diberikan orang-orang yang terlibat dalam percabulan atau dosa-dosa seksual. Itu tentu saja berlaku secara langsung (dan saya percaya secara bernubuat) pada deklarasi Anti-Paus Fransiskus, Fiducia Supplicans, yang secara khusus mengizinkan diberkatinya orang-orang yang hidup dalam percabulan dan zina (yaitu, pasangan dalam situasi irregular), dan juga "pasangan" sesama jenis. Maka akibat kesetujuan mereka, para "imam" palsu itu menjadi terlibat dalam kejahatan percabulan dan dosa seksual, dan dengan demikian "berkat" mereka menjadi kutukan persis seperti yang dikatakan oleh Paus Gregorius VII, dalam mengutip nabi Maleakhi. Jadi, Gereja Katolik sejati dan Paus sejati - yang berbicara dengan suara Santo Petrus untuk membela iman Kristiani – sama sekali membuang mereka yang secara terbuka terlibat dalam percabulan sehingga mereka tidak diberkati, dan menyuruh mereka pergi sampai mereka bertobat, membenahi hidup mereka serta bersedia mengaku dosa. Sedangkan Kontra-Gereja apokaliptik Vatikan II justru melakukan yang sebaliknya, dengan memberi berkat kepada orang-orang yang terlibat dalam percabulan dan zina - dan yang lebih buruk lagi, dalam aktivitas homoseksual dan tindak-tindak melawan kodrat. “Pemberkatan” dari Kontra-Gereja Vatikan II itu dengan demikian menjadi kutukan, seperti yang dikatakan Maleakhi. Coba perhatikan pula: surat Paus St. Gregorius VII ini ditujukan kepada para umat beriman di Italia dan Jerman. Saya tidak percaya bahwa itu hanya suatu kebetulan. Saya percaya bahwa itu adalah tindak Penyelenggaraan Ilahi dan bernubuat, karena dua negara manakah yang paling terkenal dengan “pemberkatan” pasangan sesama jenis (serta mereka yang hidup dalam zina dan percabulan)? Jawabannya adalah: Italia dan Jerman. Jerman, tentunya telah menjadi negara paling terkenal dalam memberi “pemberkatan” semacam itu, akibat perbuatan-perbuatan uskup palsu mereka selama beberapa waktu sehubungan hal ini. Italia pun sekarang menjadi lebih terkenal dalam memberi “pemberkatan” itu, karena Anti-Paus Fransiskus, pemimpin pelacur Babel apokaliptik pada saat ini, baru-baru ini resmi menyetujuinya di Roma, Italia, untuk seluruh Kontra-Gereja. Kutipan Paus St. Gregorius VII dari Maleakhi 2:2, dalam konteks ini, juga bernubuat. Meskipun pernyataan Tuhan dalam Maleakhi 2:2, “Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian” berlaku untuk periode Perjanjian Lama, saya percaya bahwa itu berlaku bahkan secara lebih signifikan, kepada peristiwa yang baru-baru ini dilakukan Anti-Paus Fransiskus di depan seluruh dunia pada periode apokaliptik ini. Maleakhi adalah nabi terakhir dari dua belas nabi kecil Perjanjian Lama. Ia dalam beberapa cara melambangkan akhir dari sebuah perjanjian. Bab terakhir dari kitabnya juga menubuatkan akhir dunia.
Pada bab 2 dari kitab bernubuat ini, Allah berbicara kepada para imam yang telah melanggar perjanjian dengan ketidaktaatan, dan menajiskan tempat kudus dengan penyembahan berhala dan kekejian.
Dan itulah persisnya yang telah dilakukan Sekte Vatikan II dan para imam palsunya pada periode Perjanjian Baru. Di dalam Maleakhi 2, Allah memberi tahu para imam yang telah melanggar perjanjian dan menajiskan tempat kudus: Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian. Dan sekarang seluruh dunia mendengar kabar kesetujuan Anti-Paus Fransiskus terhadap “pemberkatan” bagi pasangan sesama jenis, serta mereka yang hidup dalam percabulan dan zina - sebuah kekejian di mata Tuhan yang hanya dapat mendatangkan kutukan besar. |
Kemurtadan Fransiskus di Indonesia: “Memberkati” Semua Agama
SHOW MORE
Latest News
"Cardinal" says sodomitic acts can be considered to be "Eucharistic" - New "Cardinals" are pro-"LGBT"
"Cardinal Radcliffe defends controversial 2013 text on homosexual acts"
Ohio Senate Passes Bill Aimed At Outlawing Criticism Of Israel, Criminalizing The Gospel - video
"Congress showed solidarity with the Jewish people by lighting a menorah to commemorate Hanukkah" - video
"Pro-LGBT creator of Jubilee mascot 'Luce' unveils nativity scene for Vatican exhibition"