Kemurtadan Fransiskus di Indonesia: “Memberkati” Semua Agama
September 23, 2024
SUPPORT
Copy Link
https://endtimes.video/id/fransiskus-memberkati-semua-agama-indonesia/
Copy Embed
vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia

| |

Bruder Peter Dimond, OSB

Fransiskus baru-baru ini berperjalanan ke Indonesia dan dia mengungkapkan indiferentisme keagamaan yang merupakan ciri khas Sekte Vatikan II, kemurtadan Vatikan II dan para Anti-Paus Vatikan II. Seperti yang materi kami jelaskan, Sekte Vatikan II di bawah kepemimpinan Anti-Paus Fransiskus bukanlah Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang telah dinubuatkan. Antara lain, Fransiskus memberi “berkat” yang menurutnya berlaku bagi semua orang tanpa memandang agama mereka. 

[Fransiskus:]

BAHASA INDONESIA: Silakan masing-masing berdoa kepada Tuhan dalam keheningan, dan saya akan memberi berkat kepada semua orang. Sebuah berkat yang berlaku bagi semua agama.

BAHASA ITALIA: E ognuno, in silenzio, prega il Signore e io darò la benedizione per tutti. Una benedizione valida per tutte le religioni.

“Berkat” itu tidak menyertakan Tanda Salib atau rujukan apa pun kepada Yesus Kristus atau Allah Tritunggal Mahakudus. Dengan demikian, Fransiskus menyangkal Yesus Kristus dalam perbuatannya. Tindakannya juga bertentangan dengan Kolose 3:17:

Kolose 3:17 – “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”

[Narator:] Mengingat mereka adalah orang-orang dari berbagai agama, beliau tidak [membuat] Tanda Salib.

Fransiskus juga berkata demikian:

BAHASA INDONESIA: Di sini, anda sekalian berasal dari agama yang berbeda-beda, namun Allah hanya ada satu. Ia hanya ada satu. Silakan masing-masing berdoa kepada Tuhan dalam keheningan, dan saya akan memberi berkat kepada semua orang. Sebuah berkat yang berlaku bagi semua agama.

BAHASA ITALIA: Qui, voi siete di diverse religioni, ma Dio è uno solo. È uno solo. E ognuno, in silenzio, prega il Signore e io darò la benedizione per tutti. Una benedizione valida per tutte le religioni.

Fransiskus menyiratkan bahwa mereka semua punya Allah yang sama. Perbuatannya itu sesat. Mereka yang menyangkal Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Mahakudus tidak menyembah Allah Mahaesa yang benar dan mereka tidak punya Allah Bapa.

1 Yohanes 2:23 -  “Sebab barang siapa menyangkal Putra, ia juga tidak memiliki Bapa.”

Anti-Paus Fransiskus mewartakan Injil sesat. Fransiskus juga mengajak semua orang, termasuk orang bukan Kristen, untuk berdoa dengan cara mereka masing-masing. 

[Fransiskus:]

BAHASA ITALIA: E ognuno, in silenzio, prega il Signore e io darò la benedizione per tutti. Una benedizione valida per tutte le religioni.

BAHASA INDONESIA: Silakan masing-masing berdoa kepada Tuhan dalam keheningan, dan saya akan memberi berkat kepada semua orang. Sebuah berkat yang berlaku bagi semua agama.

Itu adalah bidah, karena dia mendukung ibadat sesat dan mengajak mereka melakukannya. 

Wujud-wujud indiferentisme keagamaan Fransiskus pada perjalanan ini bisa ditelisik dengan lebih rinci lagi, namun ini sudah selalu dilakukannya. Anti-Paus Benediktus XVI dan Anti-Paus Yohanes Paulus II juga melakukan hal semacam ini secara berkala, seperti yang telah kami dokumentasikan secara rinci selama bertahun-tahun. Tindak-tindak indiferentisme keagamaan para Anti-Paus Vatikan II, serta tindak-tindak ekumenisme sesat terkait (suatu penyangkalan terhadap Yesus Kristus dan iman Katolik) benar-benar melambangkan inti kemurtadan akhir zaman Vatikan II, dan akan menghukum para pembela Anti-Paus Vatikan II pada Hari Pengadilan. 

Ingin saya tunjukkan pula bahwa dalam Alkitab, kata kerja “memberkati” bisa saja berarti menginginkan kebaikan bagi orang lain. Dalam pengertian alkitabiah ini, menghardik atau menegur orang berdosa dengan penuh kasih, atau mendoakan pertobatannya, berarti memberkati orang tersebut. Begitulah cara seseorang memberkati musuh atau orang jahat dalam pengertian Alkitab, dengan menginginkan kebaikan yang paling utama melalui pertobatannya, dll.  Namun, “memberkati” dalam konteks liturgi menandakan sesuatu yang lebih. 

Dengan mendapat berkat liturgis, orang dalam keadaannya saat ini, secara resmi dikhususkan sebagai orang yang mampu menerima pertolongan atau bantuan khusus dari Allah. Namun, mereka yang mewujudkan dosa berat, atau mengamalkan agama sesat, memberontak terhadap Allah dalam keadaan mereka saat ini dan dengan demikian tidak mampu menerima kemurahan atau pertolongan khusus semacam itu melalui berkat liturgis. Orang-orang itu perlu berhenti tidak taat atau tidak percaya sebelum bisa menerima berkat semacam itu.

Memberi berkat liturgis kepada orang-orang yang secara nyata menyangkal atau tidak taat kepada Allah berarti menghina Allah, karena perbuatan itu menyiratkan bahwa Allah bersedia menyangkal diri-Nya sendiri, yaitu, Allah bersedia menolong orang-orang yang secara nyata menolak satu-satunya cara mereka bisa ditolong, yakni dengan percaya dan taat kepada Dia. Oleh sebab itu, 2 Yohanes 1:10-11 berkata demikian:

2 Yohanes 1:10-11 – “Barang siapa datang kepada kalian dan tidak membawa doktrin ini, janganlah kalian menerima orang itu ke dalam rumah ataupun memberi salam kepadanya; sebab barang siapa memberi salam kepadanya, ia mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatannya yang fasik.”

Itulah sebabnya Gereja tidak memberi berkat liturgis kepada mereka yang mewujudkan ketidaktaatan berat atau ketidakberimanan. 

Jadi, selain berbagai wujud kemurtadannya, yang semakin membuktikan bahwa dia jelas bukan Paus, tindakan Anti-Paus Fransiskus yang mencoba “memberkati” para pemeluk semua agama secara liturgis adalah perwujudan lain dari penyimpangannya dari iman Katolik.

Berikut ini cuplikan dari video kami yang berjudul: Pesan Bernubuat yang Menentang "Pemberkatan" Sesama Jenis Fransiskus. Video ini membahas ajaran Katolik dan kepausan yang menentang pemberkatan bagi mereka yang mewujudkan ketidaktaatan berat.

Cuplikan dari Pesan Bernubuat yang Menentang “Pemberkatan” Sesama Jenis Fransiskus

Sekarang, ada satu aspek besar lain dari masalah ini yang dilewatkan oleh para pembela Fiducia Supplicans dan bahkan oleh banyak orang yang mengkritik dokumen tersebut, yaitu, sekiranya pun anda berargumen (seperti para pembela Anti-Paus) bahwa pemberkatan yang disetujui Anti-Paus Fransiskus bukanlah untuk kemitraan homoseksual itu sendiri, melainkan untuk orang-orang homoseksualnya dalam kemitraan tersebut,

1) posisi anda itu dusta, seperti yang sudah kami tunjukkan, karena Fransiskus menyetujui pemberkatan terhadap pasangan - dan pasangan itu menandakan hubungan/kemitraan homoseksualnya.

2) ada satu poin krusial lainnya yang anda lewatkan, yaitu seandainya pun yang dilakukan hanyalah memberkati “orang-orang” homoseksual, yang menunjukkan bahwa mereka bagian dari “pasangan” sesama jenis, memberi pemberkatan semacam itu adalah perbuatan yang menyalahi moral. Coba saya ulangi: orang-orang semacam itu tidak boleh diberkati.

Hal ini telah dilewatkan oleh hampir semua orang yang sudah mengomentari Fiducia Supplicans, dan bahkan oleh orang-orang yang mengkritiknya. Banyak dari mereka akan mengatakan hal-hal seperti ini: siapa saja boleh menerima berkat, tetapi pasangannya tidak boleh diberkati. Sebagai contoh:

[Seorang anggota Sekte Vatikan II:] “Memberkati individu mana saja di dunia ini tidak menjadi masalah bagi saya. Saya tidak peduli apakah mereka bagian dari Hamas atau apa pun. Katakanlah, mereka ingin diberkati seorang imam, biarlah orang itu diberi rahmat. Jadi, tidak peduli anda tertarik dengan siapa, kita semua perlu berkat dari Allah untuk menjalani hidup Kristiani. Amin?”

Tidak, mereka memberi terlalu banyak kelonggaran. Gereja tidak mengajarkan bahwa setiap orang dalam situasi apa pun boleh diberkati, dan saya ingin mengutip otoritas kepausan tentang hal ini. 

Saya sudah membaca kesembilan buku dalam register buku Paus Santo Gregorius VII, serta yang disebut-sebut sebagai surat-surat pengembaranya. St. Gregorius VII adalah salah seorang Paus terhebat dalam sejarah Gereja. Ia berulang kali menunjukkan dalam surat-suratnya bahwa dirinya tidak akan memberi berkat kepada orang-orang yang mewujudkan ketidaktaatan. Sri Paus menunjukkan bahwa dia tidak dapat melakukannya, supaya tidak melanggar hukum Allah.

Sebelum mengutip Sri Paus, saya ingin membuat suatu pembedaan. Ketika konteksnya baik (seperti pada Misa sejati atau ketika umat Katolik sedang berziarah, atau dalam konteks serupa), seorang imam dapat secara benar memberkati sekelompok orang, tanpa tahu perbuatan-perbuatan pribadi setiap orang dalam kelompok tersebut di lain waktu, karena dalam konteks diberikannya pemberkatan itu, tidak ada perwujudan ketidaktaatan atau kaitan dengan dosa berat.

Tetapi dalam konteks seseorang berdosa berat, atau mewujudkan ketidaktaatan berat terhadap Gereja atau hukum Allah; misalnya, ketika dua orang mengaku diri bagian dari “pasangan” homoseksual, memberi pemberkatan kepada seseorang atau beberapa orang seperti itu sama sekali dilarang dan adalah dosa berat.  Memberkati seseorang (atau beberapa orang) dalam situasi itu menandakan bahwa orang (atau beberapa orang) itu mampu beroleh pengudusan atau berkenan kepada Tuhan sembari terlibat dalam ketidaktaatan berat terhadap Allah. Oleh sebab itulah orang-orang seperti itu tidak boleh diberkati. Hal ini seharusnya sudah jelas.

Kami omong-omong juga menemukan prinsip ini diterapkan dalam Aturan Santo Benediktus, Bab 25:

St. Benediktus, Aturan Suci, Bab 25: “Seorang biarawan yang bersalah atas kesalahan berat harus dikucilkan dari meja makan dan oratorium ... Hendaknya dia tidak diberkati oleh siapa pun yang lewat, dan hendaknya makanan yang diberikan kepadanya tidak diberkati.”

Namun berikut beberapa kutipan dari Paus St. Gregorius VII yang semakin menggambarkan prinsip Katolik bahwa orang-orang yang melakukan ketidaktaatan berat tidak boleh diberkati. Kutipan terakhirnya sangat menarik dan menurut kepercayaan saya bernubuat.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Karyawan Romans, 21 Maret 1077:
“Sesuai dengan tuntutan otoritas suci, kami telah mengabaikan untuk mengirim salam dan berkat apostolik kepada anda sekalian sebagaimana yang biasa dilakukan, oleh karena ekskomunikasi yang tidak takut anda dapatkan atas pelanggaran-pelanggaran anda sekalian.”

Di sini Sri Paus berkata bahwa otoritas suci tidak mengizinkan dirinya memberi berkat apostolik kepada mereka yang diekskomunikasi. Ini, seperti yang akan kita lihat, berlaku bukan hanya bagi mereka yang diekskomunikasi, namun juga bagi siapa pun yang mewujudkan ketidaktaatan berat (termasuk anggota umat beriman).

Paus St. Gregorius VII, Kepada Uskup Hubertus dari Thérouanne, akhir tahun 1080 (Epistolae Vagantes #42):
“Gregorius, uskup, hamba dari para hamba Allah, kepada Uskup Hubertus dari Thérouanne, salam dan berkat apostolik, jika ia tidak dengan sepengetahuannya melawan dekret-dekret takhta apostolik.

Perhatikan, orang harus taat untuk menerima berkat.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Klerus dan Umat Gereja di Prancis (Thérouanne) 1082, (Epistolae Vagantes #46):
"Gregorius, uskup, hamba dari para hamba Allah, kepada para klerus dan umat gereja Thérouanne, dan terutama kepada Comes [Count] Robertus yang mulia, salam dan berkat apostolik, jika mereka taat.

Coba perhatikan sekali lagi, mereka yang tidak taat tidak diberkati.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Kanonik Santo Martinus, Tours, 1082-1083: 
“Karena kami telah mendengar bahwa anda sekalian tidak menaati para legatus kami dan uskup agung anda, namun telah mengusir uskup agung itu, dan karena kami telah mengetahui bahwa karena kesalahan anda, anda telah diekskomunikasi oleh mereka, lantas kami belum berani mengirimkan salam dan berkat apostolik kepada anda sekalian."

Paus St. Gregorius VII, Kepada Raja Henrikus IV dari Jerman, 8 Desember 1075:
“Jika [laporan] ini benar, anda sendiri tahu bahwa diri anda tidak dapat menerima rahmat dengan berkat ilahi maupun apostolik, kecuali jika mereka yang telah diekskomunikasi telah dibuang dari diri anda dan dipaksa berpenitensi, dan anda pertama-tama telah menerima absolusi dan pengampunan atas pelanggaran anda dengan dukacita yang penyilihan yang layak.”

Kami bisa mengutip perikop-perikop lain dari Paus yang sama ini, namun coba perhatikan perikop ini baik-baik. Kutipan ini bernubuat.

Paus St. Gregorius VII, Kepada Para Umat Beriman di Italia dan Jerman, 1079 (Epistolae Vagantes #32): “Gregorius, uskup, hamba dari para hamba Allah, kepada semua orang yang menunjukkan ketaatan yang layak kepada St. Petrus di seluruh kerajaan Italia dan Jerman, salam dan berkat apostolik. Adapun para imam, diakon dan subdiakon yang bersalah atas kejahatan percabulan, atas nama Allah Yang Mahakuasa dan dengan otoritas St. Petrus, kami melarang mereka masuk ke dalam gereja sampai mereka bertobat dan berbenah diri. Jikalau ada yang memilih untuk tetap tinggal dalam dosa mereka, janganlah ada di antara anda sekalian yang berani menghadiri ofisi-ofisi mereka. Karena berkat mereka telah menjadi kutuk dan doa mereka telah menjadi dosa, seperti yang telah difirmankan Tuhan melalui sang nabi yang berkata: ‘Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian’ (Maleakhi 2:2).” 

Ini sangat menarik. Paus St. Gregorius VII mengutip Maleakhi 2:2 sehubungan kutuk Allah terhadap berkat yang diberikan orang-orang yang terlibat dalam percabulan atau dosa-dosa seksual.

Itu tentu saja berlaku secara langsung (dan saya percaya secara bernubuat) pada deklarasi Anti-Paus Fransiskus, Fiducia Supplicans, yang secara khusus mengizinkan diberkatinya orang-orang yang hidup dalam percabulan dan zina (yaitu, pasangan dalam situasi irregular), dan juga "pasangan" sesama jenis.  Maka akibat kesetujuan mereka, para "imam" palsu itu menjadi terlibat dalam kejahatan percabulan dan dosa seksual, dan dengan demikian "berkat" mereka menjadi kutukan persis seperti yang dikatakan oleh Paus Gregorius VII, dalam mengutip nabi Maleakhi.

Jadi, Gereja Katolik sejati dan Paus sejati - yang berbicara dengan suara Santo Petrus untuk membela iman Kristiani – sama sekali membuang mereka yang secara terbuka terlibat dalam percabulan sehingga mereka tidak diberkati, dan menyuruh mereka pergi sampai mereka bertobat, membenahi hidup mereka serta bersedia mengaku dosa. Sedangkan Kontra-Gereja apokaliptik Vatikan II justru melakukan yang sebaliknya, dengan memberi berkat kepada orang-orang yang terlibat dalam percabulan dan zina - dan yang lebih buruk lagi, dalam aktivitas homoseksual dan tindak-tindak melawan kodrat. “Pemberkatan” dari Kontra-Gereja Vatikan II itu dengan demikian menjadi kutukan, seperti yang dikatakan Maleakhi.

Coba perhatikan pula: surat Paus St. Gregorius VII ini ditujukan kepada para umat beriman di Italia dan Jerman. 

Saya tidak percaya bahwa itu hanya suatu kebetulan. Saya percaya bahwa itu adalah tindak Penyelenggaraan Ilahi dan bernubuat, karena dua negara manakah yang paling terkenal dengan “pemberkatan” pasangan sesama jenis (serta mereka yang hidup dalam zina dan percabulan)?  Jawabannya adalah: Italia dan Jerman.

Jerman, tentunya telah menjadi negara paling terkenal dalam memberi “pemberkatan” semacam itu, akibat perbuatan-perbuatan uskup palsu mereka selama beberapa waktu sehubungan hal ini. Italia pun sekarang menjadi lebih terkenal dalam memberi “pemberkatan” itu, karena Anti-Paus Fransiskus, pemimpin pelacur Babel apokaliptik pada saat ini, baru-baru ini resmi menyetujuinya di Roma, Italia, untuk seluruh Kontra-Gereja.

Kutipan Paus St. Gregorius VII dari Maleakhi 2:2, dalam konteks ini, juga bernubuat. Meskipun pernyataan Tuhan dalam Maleakhi 2:2, “Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian” berlaku untuk periode Perjanjian Lama, saya percaya bahwa itu berlaku bahkan secara lebih signifikan, kepada peristiwa yang baru-baru ini dilakukan Anti-Paus Fransiskus di depan seluruh dunia pada periode apokaliptik ini.

Maleakhi adalah nabi terakhir dari dua belas nabi kecil Perjanjian Lama. Ia dalam beberapa cara melambangkan akhir dari sebuah perjanjian. Bab terakhir dari kitabnya juga menubuatkan akhir dunia. 

Maleakhi 4:1 – “Sebab lihatlah, hari itu akan datang, membakar seperti perapian, saatnya semua orang yang angkuh dan semua orang yang berbuat jahat akan menjadi seperti jerami ....”

Pada bab 2 dari kitab bernubuat ini, Allah berbicara kepada para imam yang telah melanggar perjanjian dengan ketidaktaatan, dan menajiskan tempat kudus dengan penyembahan berhala dan kekejian.

Maleakhi 2:1-11 – “Dan sekarang, hai para imam, perintah ini tertuju kepada kalian. Jika kalian tidak mau mendengarkan, jika kalian tidak mau mencamkan dalam hati untuk menghormati nama-Ku, firman Tuhan semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutukan kepada kalian dan Aku akan mengutuk berkat-berkat kalianKalian telah merusakkan perjanjian Lewi … Sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus Tuhan ….”

Dan itulah persisnya yang telah dilakukan Sekte Vatikan II dan para imam palsunya pada periode Perjanjian Baru. Di dalam Maleakhi 2, Allah memberi tahu para imam yang telah melanggar perjanjian dan menajiskan tempat kudus: Aku akan mengutuk berkat-berkat kalian. Dan sekarang seluruh dunia mendengar kabar kesetujuan Anti-Paus Fransiskus terhadap “pemberkatan” bagi pasangan sesama jenis, serta mereka yang hidup dalam percabulan dan zina - sebuah kekejian di mata Tuhan yang hanya dapat mendatangkan kutukan besar. 

SHOW MORE



40:09
Faustina & Kerahiman Ilahi – Suatu Penipuan
1 tahun lalu
3:47
Benediktus XVI mengungkapkan rasa syukurnya atas Sinagoga, dan menggunakan Kalender Yahudi
2 tahun lalu
26:26
“Ortodoks” Timur: Kesalahan Fatal Mereka tentang Para Uskup & Konsili-Konsili Ekumenis
3 tahun lalu
31:30
Bukti untuk Sedevakantisme & bahwa Fransiskus Bukan Paus dari Teks Gerejawi
3 tahun lalu
21:23
Teks Latin Dekret Kepausan Penyintas Tertua Menolak “Pembaptisan Keinginan”
1 tahun lalu
31:49
Vatikan II Adalah Agama Baru (Bukti Visual)
3 tahun lalu
41:07
Mengapa Misa Baru dan Ritus Imamat Baru Tidak Valid
3 tahun lalu
35:32
Pesan Bernubuat yang Menentang “Pemberkatan” Sesama Jenis Fransiskus
7 bulan lalu
12:50
Apakah Gereja Katolik Mengutuk Semua Orang yang Disunat?
3 tahun lalu
7:18
Fransiskus Berpartisipasi dalam Doa kepada Roh-Roh Jahat
2 tahun lalu
10:04
Benediktus XVI Mengenakan Bintang Daud!
2 tahun lalu
40:36
Sejarah “Ortodoksi” Timur yang Sesungguhnya
2 tahun lalu
4:49
Fransiskus Setujui “Pemberkatan” Sesama Jenis sebagai Tanggapan kepada Para “Kardinal”
12 bulan lalu
29:23
Benediktus XVI:  Paus Sejatikah Dia?
12 bulan lalu
25:55
Bidah Protestan Vatikan II
2 tahun lalu