Mengapa Fransiskus Tidak Mungkin Paus – Menerima Fransiskus = Murtad
Juli 29, 2024
SUPPORT
Copy Link
https://endtimes.video/id/mengapa-fransiskus-tidak-mungkin-paus-menerima-fransiskus-murtad/
Copy Embed
vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia

| | | |

Bruder Peter Dimond, OSB

Tanggal 13 Oktober 2016, Anti-Paus Fransiskus berbicara di hadapan sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang Lutheran dan orang-orang yang mengaku diri Katolik. Dalam pidatonya, ia mengucapkan suatu bidah lain yang mencengangkan. Fransiskus kembali mengutuk proselitisme, seperti yang sudah sering dilakukannya. Proselitisme adalah upaya membuat orang lain berkonversi; dalam bahasa Indonesia terkadang dibandingkan dengan istilah Misi atau dakwah. Fransiskus dilaporkan berkata:

Fransiskus, 13 Oktober 2016, dikutip dalam Ansa.it, versi berbahasa Inggris:
“Meyakinkan orang akan imanmu adalah perbuatan tidak benar. Proselitisme adalah bisa yang terkuat melawan jalan ekumenisme.”[1]

Laporan berita ini menangkap dengan tepat intisari perkataan Fransiskus. Namun, terjemahan harfiah perkataannya dari bahasa Italia, menunjukkan bahwa pernyataannya itu memang sama buruk dengan yang dilaporkan, atau bahkan lebih buruk lagi. Secara harfiah, Fransiskus berkata demikian:

Fransiskus, Pidato Kepada Sekelompok Lutheran, Aula Paulus VI, 13 Oktober 2016:
Tidaklah licit [Tidaklah diizinkan] untuk meyakinkan mereka akan imanmu. Proselitisme adalah bisa yang terkuat melawan jalan ekumenis.”

Jadi, menurut si bidah notorius Anti-Paus Fransiskus, mencoba meyakinkan orang akan iman anda adalah perbuatan tidak licit (tidak diizinkan) dan juga merupakan bisa (racun). Ini sederhananya mengutuk Yesus Kristus dan Iman Katolik.

Dalam Amanat Agung, yang tercatat pada Matius 28 dan Markus 16, Yesus berfirman kepada para Rasul agar mereka mengajar dan menjadikan semua bangsa murid-Nya – maksud-Nya, meyakinkan semua orang akan Injil dan agama Kristen sejati – dan bahwa mereka yang tidak percaya akan dihukum.

Matius 28:18-20 - “Yesus pun datang dan berkata kepada mereka ... ‘Maka pergilah dan muridkanlah segala bangsa, dengan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka untuk menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu sekalian ....’”

Markus 16:15-16 - “Lalu Ia [Yesus] berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.’”

Fransiskus menyatakan bahwa perbuatan itu tidak licit (tidak diizinkan). Bahkan, yang sangat menarik, Fransiskus membuat pernyataan tersebut untuk menanggapi seorang anak perempuan yang berkata bahwa kebanyakan penduduk setempat tidak tergolong dalam denominasi “Kristen” mana pun.

ORANG DALAM VATIKAN VATIKAN

Sri Paus mengangkat sebuah pertanyaan yang diajukan seorang anak perempuan dari Saxony-Anhalt, tentang fakta bahwa 80% penduduk setempat tidak tergolong dalam denominasi Kristen mana pun ....[2]

Anak perempuan itu bertanya kepada Fransiskus bagaimana cara meyakinkan para kenalannya tentang yang dianggapnya sebagai agama Kristen. Dijawablah pertanyaannya itu oleh Fransiskus dengan berkata, bahwa meyakinkan mereka akan Kekristenan adalah perbuatan terlarang dan berbisa. Fransiskus harfiahnya memberitakan injil baru. Ia menyatakan terlarang dan menyalahkan pewartaan Injil.

Namun kita tahu sabda Alkitab tentang mereka yang memberitakan Injil baru.

“Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia [anathema sit].” (Galatia 1:9)

Itulah sebabnya, menolak Fransiskus si pemurtad itu sebagai seorang bidah non-Kristen dan Anti-Paus, adalah perbuatan yang sangat, amat diperlukan. 

Injil baru yang diberitakan Fransiskus mengutuk Yesus Kristus, para rasul, para kudus, para misionaris, ajaran yang telah selalu disampaikan oleh Gereja Katolik, dan juga banyak dogma. Ini kemurtadan total.

Paus Eugenius IV, Konsili Florence, Cantate Domino, 1441 ex cathedra:
“Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah bahwa ‘semua orang yang berada di luar Gereja Katolik, bukan hanya orang-orang pagan tetapi juga Yahudi atau bidah dan skismatis, tidak dapat mengambil bagian di dalam kehidupan kekal dan akan masuk ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan para malaikatnya,’ kecuali jika mereka bergabung ke dalam Gereja sebelum akhir hidup mereka ....”

Bahkan, dalam pertemuannya dengan orang-orang Lutheran di tanggal 13 Oktober 2016, Fransiskus juga mengajarkan bidah yang terkenal dan sudah dikutuk, yaitu bahwa ada orang-orang kudus non-Katolik – suatu bidah yang sudah sering diajarkannya. 

Fransiskus, Pidato Kepada Sekelompok Umat Lutheran, Aula Paulus VI, 13 Oktober 2016:
“ ... para pembaru terhebat dalam sejarah Gereja, dari Gereja-Gereja kita … adalah para kudus. Maksudnya, para pria dan wanita yang mengikuti Sabda Tuhan dan mengamalkannya … Dan dalam Gereja Lutheran serta dalam Gereja Katolik, sekarang ini ada, dan memang sudah ada, pria dan wanita semacam ini … yang mengikut Injil. Merekalah yang mereformasi Gereja.”

Fransiskus juga dipersembahkan patung Martin Luther dan salinan 95 Tesis, yang dengan sukarela diterimanya - lebih banyak lagi tindakan yang mewujudkan bahwa dia sama sekali menolak iman Katolik.

Paus Leo XIII berkata demikian:

“Tidaklah dapat dipercayai bahwa anda menganut iman Katolik yang sejati, jika anda tidak mengajarkan bahwa iman Roma harus dianut.” (Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#13), 29 Juni 1896)

Maka, Fransiskus tidak bisa dianggap Katolik. Ia seorang bidah notorius, karena dia mengajarkan ajaran sesat secara publik. Seturut ajaran Gereja Katolik, dosa bidah pada hakikatnya sendiri, secara otomatis memisahkan orang dari Tubuh Gereja.

Paus Pius XII, Mystici Corporis Christi (#23), 29 Juni 1943:
“ ... tidak semua dosa, betapapun berat dan besarnya dosa itu, sedemikian rupa adanya sehingga oleh karena hakikatnya sendiri [suapte natura] memisahkan seseorang dari Tubuh Gereja [ab Ecclesiae Corpore], seperti dosa skisma, atau bidah, atau kemurtadan.”

Dan karena seorang bidah, secara definisi, berada di luar Gereja, tidak mungkin ia seorang Paus yang sah, tidak pun dia bisa memegang jabatan dalam Gereja.

St. Robertus Bellarminus, De Romano Pontifice, II, 30:
"Seorang Paus yang adalah bidah secara manifes [terang-terangan] secara otomatis berhenti menjadi Paus dan kepala, layaknya ia berhenti menjadi seorang Kristiani dan seorang anggota dari tubuh Gereja. Maka dari itu, ia dapat dihakimi dan dihukum oleh Gereja. Ini adalah ajaran dari semua Bapa Kuno yang mengajarkan bahwa para bidah manifes langsung kehilangan semua yurisdiksi.”

St. Robertus Bellarminus: “Prinsip ini adalah prinsip yang teramat pasti. Seorang non-Kristiani sama sekali tidak dapat menjadi Paus, seperti yang diakui oleh Gaetanus sendiri (lib. c. 26). Alasan untuk hal ini adalah ia tidak bisa menjadi kepala dari sesuatu yang di dalamnya ia bukan seorang anggota; akan tetapi, barang siapa bukan seorang Kristiani bukanlah anggota Gereja, dan seorang bidah manifes bukan seorang Kristiani seperti yang diajarkan secara jelas oleh St. Siprianus (lib. 4, epist. 2), St. Atanasius (ser. 2 cont. Arian.), St. Agustinus (lib. de grat. Christ. cap. 20), St. Hieronimus (contra Lucifer.) dan lain-lain; maka, seorang bidah manifes tidak dapat menjadi Paus.”

St. Fransiskus De Sales (abad XVII), Doktor Gereja: “Tetapi sewaktu ia [Sri Paus] adalah seorang bidah secara eksplisit, ia secara ipso facto jatuh dari pangkatnya dan berada di luar Gereja ....”

St. Antoninus (1459):
“Dalam kasus di mana Sri Paus menjadi seorang bidah, ia akan menyadari bahwa dirinya, oleh karena kenyataan itu sendiri dan tanpa vonis lainnya, terpisah dari Gereja. Sebuah kepala yang terpisah dari sebuah tubuh tidak mungkin, selama kepala itu tetap terpisahkan, merupakan kepala dari tubuh yang sama, yang darinya kepala itu terpenggal. Maka dari itu, seorang Paus yang akan terpisah dari Gereja akibat bidah, ia, akibat kenyataan itu sendiri, berhenti sebagai kepala Gereja. Ia tidak dapat menjadi seorang bidah dan tetap menjadi Paus, sebab, karena ia berada di luar Gereja, ia tidak dapat memiliki kunci-kunci Gereja.”

Menarik juga, bahwa dalam pernyataan ini, upaya meyakinkan orang akan iman anda disamakan oleh Fransiskus dengan istilah “proselitisme”. Ini semakin membantah para pembela Sekte Vatikan II yang tidak jujur, seperti si bidah Jimmy Akin, yang dengan putus asa mengklaim, bahwa ketika Fransiskus berulang kali menolak proselitisme, yang ditolaknya itu bukan upaya mengonversikan orang non-Katolik, namun hanya semacam pendekatan tertentu yang bersifat memaksa.

Itu tentu saja omong kosong. Mereka penipu dan pembohong. Mereka itu alat yang digunakan Setan untuk membuat orang-orang tetap berada dalam Sekte Vatikan II, Kontra-Gereja akhir zaman. Istilah “proselitisme” berarti mengonversikan atau berusaha mengonversikan seseorang. Seperti itu jugalah cara Sekte Vatikan II menggunakan istilah ini dalam banyak pernyataannya. Pada pernyataan tertanggal 13 Oktober 2016 ini, kita sekali lagi melihat Anti-Paus Fransiskus secara langsung menyamakan proselitisme dengan meyakinkan orang akan iman; dan perbuatan itu ditolaknya. Ada banyak lagi pernyataan Fransiskus yang secara terbuka menolak upaya mengonversikan orang-orang, dan di dalam pernyataan-pernyataan itu Fransiskus menyamakan proselitisme dengan upaya-upaya semacam itu, upaya-upaya yang selalu dia tolak.

Sekarang, ketika mencermati Fransiskus dan bidah-bidah terbukanya, ada banyak orang yang kecewa dengan yang dilakukannya, tetapi mereka tidak paham inti permasalahannya. Mereka tetap menerimanya sebagai Paus. Akibat ketidakberimanan, kebutaan dan karena telah meneguk ajaran sesat para bidah, mereka gagal untuk mengambil posisi yang ditentukan oleh prinsip-prinsip Katolik dalam menghadapi bidah-bidah terbuka Fransiskus itu. 

Oleh sebab itulah, penting sekali untuk memahami kebenaran berikut ini.   

Menurut ajaran Katolik, orang-orang yang dapat dianggap sebagai anggota Gereja Katolik hanyalah mereka yang sudah dibaptis dan mengakui iman sejati. Saya ulangi sekali lagi, ya. Gereja mengajarkan bahwa kalau pengakuan iman lahiriah seseorang bukanlah iman sejati, melainkan iman yang sesat, lantas orang itu tidak bisa dianggap sebagai anggota Gereja. Orang hendaknya segera menyadari makna hal ini bagi Fransiskus. 

Umat Katolik sejati tahu bahwa Fransiskus adalah seorang bidah satanik yang sudah berkali-kali bersalah atas bidah notorius - dan itu juga membuktikan bahwa dia bukan Paus. Namun demikian, tidak perlu menggunakan argumen tersebut untuk membuktikan bahwa dia bukan Paus. Bisa dibuktikan bahwa Fransiskus bukan Paus hanya semata-mata dengan mengakui kenyataan yang satu ini secara objektif, yaitu: agama yang diajarkannya dalam tata-lahir bukanlah agama Katolik, melainkan suatu agama sesat.

Karena Fransiskus menganut iman yang sesat dan mewartakan injil sesat dalam tata-lahir, maka menurut ajaran Katolik, anda tidak bisa menganggapnya sebagai anggota Gereja atau seorang Paus yang valid.

Menganggap Fransiskus sebagai Paus di hadapan fakta-fakta ini, sama saja menyamakan suatu agama sesat (yaitu pengakuan imannya yang sesat) dengan iman sejati. Karena, ketika anda berkata bahwa dia itu Paus, anda, secara definisi, menyatakan bahwa dia seorang anggota Gereja yang mengakui iman sejati. Itulah alasan hal ini sangat serius. 

Orang harus menolak Fransiskus sebagai Anti-Paus dan seorang bidah yang berada di luar Gereja Katolik. Pertaruhannya adalah kemurnian pengakuan iman anda.

Masih ada lagi ajaran Gereja yang membuktikan bahwa Fransiskus berada di luar Gereja, yaitu ajaran bahwa mereka yang berselisih dengan ajaran Katolik bahkan pada satu poin saja, orang-orang itu dianggap berada di luar persekutuan Katolik dan terasing dari Gereja.  

Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#9), 29 Juni 1896:
“ ... adakah orang yang bahwasanya dapat diizinkan untuk menolak satu pun dari kebenaran-kebenaran itu, tanpa langsung terjerembap ke dalam bidah secara terbuka, tanpa memisahkan dirinya sendiri dari Gereja dan tanpa menyangkal seluruh doktrin Kristiani segenap-genapnya, akibat penolakannya itu sendiri? … barang siapa berselisih dengan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Allah bahkan pada satu pasal pun, niscaya ia meninggalkan iman sepenuhnya, karena ia menolak untuk tunduk kepada Allah, sang Kebenaran Terluhur dan motif formal iman itu sendiri.”

Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#9), 29 Juni 1896:
“Adat Gereja selalu sama, dan juga diteguhkan oleh putusan semufakat [konsensus] para Bapa yang kudus. Mereka tentunya terbiasa menganggap siapa saja yang telah menyimpang sesedikit apa pun dari doktrin yang diajukan oleh Magisterium otoritatif, sebagai orang yang sama sekali bukan bagian dari persekutuan Katolik dan terasing dari Gereja.”

Ada banyak dogma yang terang-terangan disangkal oleh Fransiskus. Dia bahkan mengakui bahwa ajarannya sendiri mungkin adalah bidah dan dia tidak peduli - sebuah contoh sempurna bahwa dia bersitegar.

Waspadailah para pernyesat tradisionalis palsu tertentu, seperti para bidah tak beriman dan tidak jujur yang dahulu dipromosikan oleh Serikat Santo Pius X dan yang membuat argumen berikut ini. Ujar mereka, selama seseorang mengaku Katolik dan belum dinyatakan sebagai bidah, dan menganggap magisterium Gereja sebagai kaidah imannya, orang tersebut harus dianggap sebagai Katolik dan sebagai orang yang mengakui iman sejati – meskipun orang itu mengajarkan bidah notorius, demi bidah notorius, selama bertahun-tahun, dan isi posisinya tentang masalah dogmatis tertentu berkebalikan dengan ajaran Gereja Katolik.

John Salza - Mantan Freemason derajat 32
Audio: http://www.youtube.com/watch?v=jvU1buVMgCI

[John Salza:] Yang dimaksud dengan pengakuan iman sejati, adalah orangnya mengakui Gereja sebagai kaidah iman yang infalibel. Itulah kuncinya. Jadi, selama para Paus ini telah (dan mereka memang sudah) mengakui Gereja sebagai kaidah iman yang infalibel, pernyataan-pernyataan mereka yang bersifat bidah material sendiri saja tidak memisahkan diri mereka dari tubuh Gereja.

Dalam kata lain, menurut argumennya itu, orang bisa saja mengakui bidah notorius dan memegang kepercayaan yang berlawanan dengan ajaran dogmatis Gereja Katolik pada satu perkara spesifik atau lebih, dan orang itu tetap saja mengakui “iman sejati”, selama dia berkata dirinya Katolik, mendaraskan Syahadat-Syadahat Katolik dan mengklaim bahwa Gereja adalah kaidah iman bagi dirinya. Itu omong kosong dari Setan dan jelas suatu bidah. Menurut bidah yang dipegangnya itu, untuk menganut iman Katolik, orang tidak berkewajiban untuk sungguh-sungguh mengakui atau tetap konsisten dengan yang telah secara spesifik diajarkan oleh Gereja pada berbagai perkara, seperti ajaran Konsili Florence, Konsili Trente atau ajaran Konsili Vatikan I. Tidak, menurut mereka, menganut iman Katolik cukup dengan mengaku-ngaku sebagai Katolik, meski anda mengajarkan dan mengakui pandangan yang berlawanan dengan Konsili Florence, Konsili Trente, dan Konsili Vatikan I. Namun itu bukan ajaran Gereja. Ajaran bidah itu dibantah terutama oleh ajaran Katolik dan oleh pertimbangan-pertimbangan berikut ini.

Dalam surat ensiklik Satis Cognitum, salah satu dokumen terpenting dalam sejarah Gereja tentang perkara ini, Paus Leo XIII mengartikulasikan ajaran yang telah selalu disampaikan oleh Gereja Katolik tentang kesatuan Gereja dan tentang perkara mengenali para bidah. Surat ensiklik ini sendiri membantah banyak ajaran bidah di zaman kita dan juga membuktikan bahwa ajaran Vatikan II bersifat bidah dalam banyak hal. Setiap orang jujur yang membaca Satis Cognitum dan mengenal ajaran Vatikan II tentang Gereja dan sekte-sekte non-Katolik, akan melihat bahwa Vatikan II adalah konsili palsu yang sesat.

Menurut ajaran Paus Leo XIII, siapa saja yang telah menyimpang sesedikit apa pun dari doktrin yang diajukan oleh Magisterium otoritatif, orang itu harus dianggap berada di luar persekutuan Katolik dan terasing dari Gereja. Perhatikan frasanya ini, ya:

 “ ... sesedikit apa pun ....”

Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#9), 29 Juni 1896:
“Adat Gereja selalu sama, dan juga diteguhkan oleh putusan semufakat [konsensus] para Bapa yang kudus. Mereka tentunya terbiasa menganggap siapa saja yang telah menyimpang sesedikit apa pun dari doktrin yang diajukan oleh Magisterium otoritatif, sebagai orang yang sama sekali bukan bagian dari persekutuan Katolik dan terasing dari Gereja.”

Supaya bisa dianggap sebagai orang Katolik, tidak bisa semata-mata dengan mengaku-ngaku diri anda Katolik dan bahwa Gereja adalah kaidah iman bagi anda. Klaim itu sudah dibuat oleh para bidah yang tidak terhitung jumlahnya. Tidak, kalau anda menyimpang dari ajaran otoritatif Gereja sesedikit apa pun - bahkan pada satu poin pun - anda dianggap sebagai seorang bidah yang berada di luar Gereja. Jadi, harap dicamkan, ya: pokok permasalahannya adalah yang bersifat spesifik, dan bukan keseluruhan.

Orang dianggap berada di luar Gereja, kalau orang itu membuat pengakuan yang sesat pada suatu perkara dogmatis tertentu. Si pelaku tidak perlu secara keseluruhan menolak Gereja Katolik atau nama Katolik untuk dianggap berada di luar Gereja. Prinsip ini tentu saja sangat penting selama periode bidah Arianisme. Pada masa itu, posisi-posisi sesat dan pengakuan-pengakuan iman sesat - bahkan yang melibatkan satu huruf atau satu kata saja - sudah cukup bagi umat Katolik untuk menganggap para penganut berbagai bentuk Arianisme sebagai kaum bidah yang berada di luar persekutuan Katolik.

Akan kita lihat bahwa prinsip ini mutlak diperlukan dan berkelindan (tidak terpisahkan) dengan kesatuan serta ciri-ciri esensial Gereja. 

Paus Inosensius III, Eius exemplo, 18 Des. 1208: “Dari hati kami percaya dan dari mulut kami mengakui Gereja yang satu, yang tidak terdiri dari para bidah, melainkan Gereja Roma yang Kudus, Katolik dan Apostolik di luar mana kami percaya bahwa tidak seorang pun diselamatkan.”

Sebab, seandainya orang-orang dianggap sebagai anggota Gereja Katolik selama mereka mengaku-ngaku Katolik atau mendaraskan syahadat-syahadat Katolik - kendati mereka mengajarkan dan mengakui bidah secara notorius dan secara langsung menentang Gereja dalam satu perkara atau perkara lain - lantas Gereja akan menjadi sekumpulan umat beriman palsu dan bidah notorius yang mempromosikan iman yang rusak dan sesat. Demikianlah persisnya yang kita lihat dalam Kontra-Gereja Vatikan II.

Perhatikan pula, ya, Paus Leo XIII juga mengajarkan bahwa kalau seseorang menolak satu pun dari kebenaran-kebenaran itu, lantas akibat penolakannya itu sendiri, orang itu terjerembap ke dalam bidah secara terbuka dan memisahkan dirinya sendiri dari Gereja. 

" ... satu pun dari kebenaran-kebenaran itu ...."

Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#9), 29 Juni 1896:
“ ... adakah orang yang bahwasanya dapat diizinkan untuk menolak satu pun dari kebenaran-kebenaran itu, tanpa langsung terjerembap ke dalam bidah secara terbuka, tanpa memisahkan dirinya sendiri dari Gereja dan tanpa menyangkal seluruh doktrin Kristiani segenap-genapnya, akibat penolakannya itu sendiri? … barang siapa berselisih dengan kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh Allah bahkan pada satu pasal pun, niscaya ia meninggalkan iman sepenuhnya, karena ia menolak untuk tunduk kepada Allah, sang Kebenaran Terluhur dan motif formal iman itu sendiri.”

Sekali lagi kita melihat bahwa seseorang tidak dapat dianggap Katolik kalau ia menyimpang dari ajaran Gereja dalam salah satu pun dari poin-poin tersebut! Penolakan secara keseluruhan terhadap Gereja atau nama Katolik tidak diperlukan untuk dianggap berada di luar Gereja. Dan tentu saja ada kaum bidah yang tak terhitung jumlahnya dalam sejarah Gereja yang mengaku-ngaku Katolik dan mendaraskan syahadat-syahadat Katolik, sama seperti pada hari ini.

Lebih lanjut, Paus Leo XIII mengajarkan bahwa jika ada orang yang menganut satu pun dari bidah-bidah tersebut, lantas orang tersebut bukan seorang Katolik. 

Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#9), 29 Juni 1896:
“’Tidak semua orang yang semata-mata tidak percaya akan hal-hal ini (yakni, bidah-bidah yang telah disebutkan) dengan demikian dapat menganggap atau menyebut dirinya sendiri Kristen Katolik. Sebab mungkin terdapat atau mungkin muncul bidah-bidah lainnya yang tidak disebutkan di dalam karya kami ini, dan barang siapa menganut satu pun dari bidah-bidah tersebut, ia bukan seorang Kristen Katolik.’”

Perhatikan sekali lagi, ya, kalau orang menganut suatu posisi sesat atau membuat pengakuan iman yang sesat pada satu perkara spesifik pun yang melibatkan ajaran bidah, orang itu tidak bisa dianggap Katolik. Tidak perlu penolakan secara keseluruhan terhadap Gereja atau nama Katolik.

Siapa saja bisa melihat, bahwa fakta-fakta tentang ajaran Gereja yang sebenarnya ini menentang bidah yang dipromosikan oleh berbagai kaum tradisionalis palsu, yang mengklaim bahwa orang tergolong anggota Gereja dan mengakui iman sejati selama orang itu berkata bahwa Gereja Katolik adalah kaidah yang diikutinya, meskipun ia mengakui bidah notorius dan menentang Gereja Katolik pada satu perkara spesifik atau lebih.

Posisi mereka itu bidah. Menurut bidah mereka yang satanik itu, supaya dianggap sebagai anggota Gereja Katolik, sama sekali tidak ada kewajiban apa pun untuk mengajarkan ajaran yang telah ditetapkan oleh Gereja secara spesifik – dan posisi mereka itu berlawanan dengan yang telah selalu diajarkan oleh Gereja.

Coba perhatikan pula: poin ini juga dibahas secara langsung dalam perikop lain yang sudah kami petik dari Paus Leo XIII. Sri Paus menyatakan:  

“Tidaklah dapat dipercayai bahwa anda menganut iman Katolik yang sejati, jika anda tidak mengajarkan bahwa iman Roma harus dianut.” (Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#13), 29 Juni 1896)

Kutipan dari Paus Leo XIII itu adalah ajaran spesifik bahwa seseorang seperti Fransiskus, yang mengutuk proselitisme dan menyatakan terlarang upaya-upaya meyakinkan orang akan iman Roma, orang semacam itu tidak bisa dianggap mengakui iman Katolik sejati. Ajaran Paus Leo XIII itu sedemikian spesifiknya, dalam membuktikan bahwa Fransiskus tidak mengakui iman sejati dan karena itu tidak boleh dianggap Paus sejati.

Salah satu ilustrasi terbaik bahwa posisi tradisionalis palsu yang disebutkan sebelumnya itu jahat, bodoh dan bidah, dapat ditemukan dengan mencermati para anggota sekte Vatikan II. Para bidah notorius terburuk ada banyak jumlahnya dalam Kontra-Gereja Vatikan II dan dalam paroki-paroki Novus Ordo.

Mereka mengaku-ngaku Katolik dan berkata bahwa mereka menerima Gereja sebagai kaidah iman mereka, namun mereka mendukung “pernikahan” gay atau aborsi atau kontrasepsi atau menyangkal infalibilitas Kepausan, atau mempromosikan ajaran bidah lain yang membuat bulu kuduk berdiri.

Wawancara dengan Melinda Gates, “mantan istri” Bill Gates yang pro-aborsi & mengaku “Katolik”

[Pewawancara:] Dan saya cuma ingin ... Saya paham yang anda katakan itu. Tetapi, apa pernah anda bergumul dalam diri anda [dalam perkara ini]?

[Melinda Gates, pendukung aborsi & “mantan istri” Bill Gates yang mengaku diri “Katolik”] Tentu saja saya sudah bergumul dalam perkara ini. Benar sekali. Sebagai orang Katolik, orang bilang, “Saya percaya akan agama ini.” Di agama ini, ada banyak hal mengagumkan, ajaran-ajaran moral mengagumkan yang saya percayai. Tetapi harus saya pikirkan juga: “Bagaimana kita bisa menjaga wanita supaya tetap hidup?” Saya percaya kita tidak boleh membiarkan wanita mati. Menurut saya, itu lebih penting daripada berdebat tentang metode kontrasepsi. Jadi, benar, saya sudah bergumul dalam perkara ini.

 

[Melinda Gates, pendukung aborsi & “mantan istri” Bill Gates yang mengaku diri “Katolik”]:
Dan akhirnya, saya sadar bahwa saya memang harus melakukannya. Dan walaupun saya Katolik, saya mendukung alat kontrasepsi ....

 

Pertanyaan wartawan kepada Nancy Pelosi, politikus pro-aborsi asal AS yang mengaku diri “Katolik”

[Wartawan:]  Banyak orang yang menentang pernikahan gay mengutip agama mereka sebagai alasan mengapa mereka menentang pernikahan semacam itu. Tetapi anda orang Katolik yang mendukung pernikahan gay. Apakah anda percaya bahwa agama dan perihal anda boleh mendukung pernikahan gay sebaiknya dipisah? Dan seperti apa pergumulan anda dengan ide bahwa diri anda sebagai Katolik, mendukung pernikahan gay?

[Nancy Pelosi:] Agama saya telah mendorong saya, dan karena itulah saya menyukainya, agar menentang diskriminasi dalam bentuk apa pun di negara kita.

 

Joe Biden, politikus AS yang mengaku “Katolik” utarakan pandangannya tentang aborsi pada debat CaWaPres AS 2012

[Biden:] Agama saya mendefinisikan diri saya. Di sepanjang hidup saya, saya seorang Katolik yang taat. Dan itulah hal yang terutama telah membentuk hakikat doktrin sosial saya. Sehubungan dengan aborsi, saya menerima posisi Gereja saya tentang aborsi sebagai apa yang kami sebut sebagai doktrin de fide. Hidup bermula sejak saat pengandungan. Demikianlah ajaran Gereja. Saya menerima ajaran itu dalam kehidupan pribadi saya. Tetapi saya menolak untuk memberlakukannya kepada orang-orang Kristen, Muslim dan Yahudi yang sama taatnya. Saya sama sekali menolak untuk memberlakukan ajaran Gereja itu kepada orang lain – tidak seperti rekan saya ini, bapak anggota Kongres. Saya tidak percaya bahwa kita berhak berkata kepada orang lain – kepada wanita – bahwa mereka tidak boleh mengendalikan badan mereka. Keputusan itu sepatutnya dibuat antara mereka dan dokter mereka.   

 

Joe Biden, politikus AS yang mengaku “Katolik” mendukung “pernikahan” gay pada Jumpa Pers NBC

[Biden:]  Siapakah yang anda cintai? Siapakah yang anda cintai? Dan akankah anda setia kepada orang yang anda cintai? Dan itulah yang disadari oleh orang-orang – bahwa itulah inti dari segala pernikahan, terlepas apakah itu pernikahan orang-orang lesbian, atau para pria gay, atau kaum heteroseksual.

[Wartawan:] Itukah yang anda percayai sekarang?

[Biden:]  Itu yang saya percayai.

 

NewsBeatUS - Biden Menikahkan 2 Karyawan Gedung Putih

[Carter:]  Dua karyawan Gedung Putih menjalani hari pernikahan yang tidak akan pernah mereka lupakan. Brian Mosteller dan Joe Mahshie mengikat simpul pernikahan pada tanggal 1 Agustus dalam suatu upacara kecil yang dikelilingi oleh keluarga dan sahabat-sahabat.

Dan walaupun pasangan yang berbahagia itu menjadi pusat perhatian yang utama, penyelenggara upacara pernikahan itu kemungkinan juga mendapatkan perhatian. Wakil Presiden AS pada saat ini, Joe Biden, memimpin upacara pernikahan Mosteller dan Mahshie yang berlangsung di rumah Bapak Wakil Presiden di Washington, D.C. Upacara pernikahan semacam ini adalah yang pertama bagi Bapak Wapres. Wakil Presiden Biden membuat pos tentang upacara ini di Twitter, dan berkata: “Saya sungguh bahagia. Dua karyawan lama Gedung Putih, dua pria yang hebat.”

 

NBC - Jumpa Pers dengan Tim Kaine, politikus pro-aborsi asal AS yang mengaku “Katolik”

[Pewawancara/Jumpa Pers:] Boleh digambarkan seperti apa posisi anda tentang aborsi?

[Tim Kaine:] Begini, saya kira orang-orang selalu menggunakan label. Tetapi coba lihat ya, saya ini Katolik tradisional. Saya pribadi menentang aborsi dan saya juga pribadi menentang hukuman mati.

[Pewawancara:] Apa seharusnya ada peraturan tentang aborsi?

[Kaine:] Nah, coba saya lanjutkan. Saya percaya dari lubuk hati, dan ini bukan semata-mata cuma masalah politik, namun juga masalah moral: perkara-perkara reproduksi dan intimasi serta relasi dan kontrasepsi tergolong ranah pribadi. Hal-hal itu adalah keputusan moral yang harus diambil masing-masing orang untuk dirinya sendiri. Dan kita sama sekali tidak perlu pemerintahan turut campur dalam keputusan-keputusan pribadi itu.

Jadi, sudah saya ambil suatu posisi yang cukup lazim di kalangan orang Katolik. Tentang aborsi, saya ada perasaan pribadi. Tetapi, peraturan yang tepat bagi pemerintah adalah membiarkan wanita membuat keputusan sendiri. Jadi, misalnya, pada hari Senin, Mahkamah Agung kemungkinan akan memutuskan kasus sangat penting tentang hak-hak aborsi. Pada kasus ini, banyak negara bagian - termasuk Virginia - pada dasarnya telah mencoba meniadakan hak konstitusional yang menyanggupkan wanita untuk memilih [aborsi] dengan menerapkan peraturan-peraturan yang memberatkan pada klinik-klinik – klinik-klinik kesehatan – tempat disediakannya aborsi. Kami melawan peraturan-peraturan itu di Virginia ketika saya menjabat Gubernur, sebab orang harus dibiarkan membuat pilihan moral mereka sendiri pada perkara reproduksi, intimasi dan relasi.

 

Tim Kaine kepada sekelompok pemburit dan pendukung kelompok anti-Kristen yang terkenal pro-“LGBTQ”, Human Rights Campaign 

[Tim Kaine:]  Kita tahu dan kita rayakan kesetaraan pernikahan [“pernikahan sesama jenis”], yang, usai perjuangan yang begitu panjangnya, kini merupakan undang-undang negeri ini. Di setiap kode pos! Di setiap negara bagian! Di setiap kota! Di setiap kabupaten! Di setiap komunitas! Ini adalah undang-undang negara! (Tepuk tangan.)

Dan kita tidak akan melangkah mundur … Perumahan, kejahatan kebencian. 

Perintah eksekutif pertama saya sebagai Gubernur Virginia dulu itu melarang diskriminasi ketenagakerjaan berdasar orientasi seksual di tingkat pemerintahan negara bagian. Perintah Eksekutif Nomor Satu.  (Tepuk tangan.)

... Hari ini saya mendapat kehormatan untuk bergabung bersama Hillary Clinton dalam yang disebut oleh Human Rights Campaign sebagai tiket paling pro-kesetaraan dalam sejarah. Hebat, itu. Dan saya berharap tiket* berikutnya bahkan lebih mendukung kesetaraan! Dan kita harus terus melakukannya, tiket* demi tiket* – sehingga menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Saya sudah mengenal Hillary sejak lama … Ia dulu menyebutkan (dan kita semua juga ingat) pidatonya di Jenewa, ketika dia menyatakan: “Hak kaum gay adalah hak asasi manusia, dan hak asasi manusia adalah hak kaum gay!” Dan dia benar tentang itu!

*Tiket = Pasangan yang terdiri dari presiden dan wakil presiden.

... demi memastikan agar semua ketentuan non-diskriminasi dalam undang-undang, bukan sekadar satu atau dua, namun agar semua-muanya, berlaku untuk melarang diskriminasi berdasar orientasi seksual dan melindungi LGBTQ ... dukungan penuh, lengkap, dan tak bersyarat saya terhadap kesetaraan pernikahan … Saya bangga bisa bergabung dengan rekan-rekan Senat saya dalam sebuah amicus curiae di Mahkamah Agung yang mendukung kesetaraan pernikahan secara penuh.  Dan betapa bahagianya saya!  (Tepuk tangan.) Betapa bahagianya saya pada hari Mahkamah Agung sekali lagi menyatakan bahwa setara adalah setara, sama halnya cinta adalah cinta. Betapa bahagianya saya! Paus Fransiskus pernah menuturkan kata-kata yang terkenal ini: “Siapakah saya sehingga bisa menghakimi?” Dan padanya ingin saya tambahkan: “Siapakah saya sehingga bisa menantang Allah atas keberagaman yang indah dari keluarga manusia?” Itu menurut saya seharusnya kita rayakan, dan bukan kita tantang! (Tepuk tangan.)

Jadi, patut dianggap Katolik atau tidak, mereka ini? Menurut ajaran Katolik sejati, jawabannya jelas tidak!

Karena mereka mengambil posisi yang jelas-jelas bertentangan dengan Gereja Katolik pada satu perkara dogmatis spesifik atau lebih, mereka dianggap berada di luar Gereja Katolik, meskipun mereka menyatakan diri mereka orang Katolik; sebab, mengakui iman sejati bukan semata-mata perkara mengaku-ngaku Katolik. Anda harus konsisten dengan kaidah dogmatis Gereja pada perkara-perkara spesifik.

Namun menurut setiap orang yang menerima Anti-Paus Fransiskus, semua orang bidah notorius dalam “Gereja” Vatikan II harus dianggap Katolik –semua-muanya - karena pada dasarnya, sama sekali belum ada seorang pun dari antara mereka yang dinyatakan bidah oleh Sekte Vatikan II. Inilah salah satu poin yang paling kuat mengilustrasikan kesesatan posisi non-sedevakantis.

Dengan mendalami perkara ini, orang dapat menghancurkan posisi semua pembela sekte Vatikan II dalam sebuah debat atau argumen. Segera setelah anda bertanya kepada orang tersebut apakah Nancy Pelosi, Joe Biden, Tim Kaine, atau para pemurtad notorius lainnya yang mengaku diri Katolik, benar-benar Katolik atau tidak - orang akan melihat alasan posisi mereka benar-benar konyol dan mencemooh ajaran Katolik.

Posisi mereka mengharuskan orang mengakui bahwa seorang bidah notorius seperti Tim Kaine adalah seorang Katolik dan bagian dari Gereja. Dengan demikian, mereka secara definisi berkata bahwa Tim Kaine mengakui iman sejati. Posisi itu menyamakan dukungannya terhadap aborsi, “pernikahan” gay, dll. dengan iman sejati. Itu menyamakan agama sesat dengan iman sejati. Itulah sebabnya, menerima Fransiskus adalah perbuatan sangat jahat. 

Para pembela Sekte Vatikan II biasanya mengabaikan poin-poin ini serta pertanyaan apakah mereka menganggap para pendukung aborsi, dll. sebagai orang Katolik. Masalah ini suka mereka abaikan, karena, mereka sadar bahwa dengan membahasnya, akan terbongkar bahwa posisi mereka itu idiot.  Dan kalau dipaksa membahasnya, mereka sering berbohong dan menentang diri mereka sendiri, tipikal kaum bidah. 

Sebagai contoh, coba anda cermati klip-klip yang menyingkapkan berikut ini. Di dalamnya, kaum bidah tradisionalis palsu tertentu membuat kontradiksi penuh dengan prinsip-prinsip inti yang merupakan  dasar mereka menerima Anti-Paus Fransiskus dan para Anti-Paus Vatikan II. Diingat-ingat, ya: mereka menerima si bidah Fransiskus dan para Anti-Paus Vatikan II lainnya, dan penerimaan mereka ini tidak terpisahkan dari posisi mereka yang sesat: bahwa orang yang mengaku Katolik dan belum dideklarasikan sebagai seorang bidah, tidak dapat dianggap sebagai seorang bidah yang berada di luar Gereja, meskipun orang itu menganut berbagai macam bidah notorius. 

Coba diperhatikan: para bidah yang tidak jujur ini benar-benar meninggalkan posisi mereka yang salah pada perkara ini dalam klip-klip berikut ini dan pada kesempatan-kesempatan tertentu. 

“The Remnant Forum”

(http://www.youtube.com/watch?v=x275oBsuwvc)

[Christopher Ferrara:] Mereka pun merayakannya, dan mereka merayakannya bersama-sama. Kasper. Dan Sri Paus. Kasper, teolog radikal, yang sebetulnya seorang bidah manifes. Dia menyangkal suksesi apostolik. Ia tidak hanya menyangkal suksesi apostolik sebagai fakta sejarah, ia juga mempertanyakan mukjizat-mukjizat Kristus yang banyak itu! Ujarnya, kisah-kisah Injil tentang hal ini mungkin adalah legenda! Dan si modernis manifes ini, si bidah ini -- memang dia seperti itu, ya -- telah dielu-elukan oleh Fransiskus sejak Fransiskus keluar dari balkon pada sambutan Angelus pertamanya ....

 

John Vennari

(https://www.youtube.com/watch?v=hYOlD-AnK9I)

[John Vennari:]  Dan ini diajarkannya. Ini buku teks pengajaran. Saya kenal orang-orang yang dulu mendapat buku ini di universitas. Kata mereka, buku ini praktis menghancurkan iman mereka. Inilah buah dari si Kasper itu, inilah peninggalan Kasper. Meragukan realitas sejarah Injil.

Seorang pria yang menganut pandangan-pandangan heterodoks ini tidak pantas menjadi putra altar, apalagi imam. Apalagi uskup. Apalagi kardinal Gereja Katolik, yang memberi nasihat kepada Paus. Bahkan, setiap imam yang saya kenal, setiap imam yang saya kenal, umpamanya ada anak laki-laki tujuh tahun bernama Walter Kasper mendatangi imam, agar diperiksa kelayakannya menyambut Komuni Pertama, kalau anak tujuh tahun ini menyemburkan omong kosong yang baru saja saya kutip dari kardinal Jerman itu, setiap imam yang saya kenal akan menolak memberinya Komuni Pertama. Imam akan berkata: “Nak Walter, kamu ini Protestan liberal. Katolik saja, kamu bukan.” Dan yang paling mengkhawatirkan, saya kira anda tahu hal ini karena memang sudah rahasia umum, Kardinal Walter Kasper adalah salah seorang teolog favorit Paus Fransiskus! Seorang pria tempat Fransiskus mencari hikmat dan bimbingan doktrinal!

 

“The Remnant Forum”

(http://www.youtube.com/watch?v=x8Vh-pVY4Q8)

[Ferrara:] Karena itulah kita mendapat badut-badut seperti si [“Uskup Agung”] Cupich. Sekarang, dia menyamakan pengangguran dengan membedah manusia dalam rahim? Ini orang bahan lelucon. Saya bahkan tidak akan memanggilnya … Saya saja tak suka memanggilnya Uskup Agung. Dia tidak berhak atas jabatan gelar itu. Dia itu bahan tertawaan dan sayangnya, hierarki sekarang penuh dengan bahan tertawaan seperti itu. Tentu saja yang saya pikirkan adalah Kardinal Dolan dari New York yang selalu tertawa itu.

[Michael Matt:] Banyak dari mereka, Chris, saya tidak percaya mereka Katolik. Seperti yang anda katakan, saya bahkan tidak tahu Cupich itu apa. Dia tidak kelihatan seperti seorang Katolik bagi saya. Dia seorang Arian. Dan jalan pemecahannya adalah mengikuti yang dulu dilakukan oleh St. Atanasius di abad IV. Dia mengakui bahwa mereka kaum bidah.

 

TheRemnantVideo

(http://www.youtube.com/watch?v=aCcGJ3Tr2oU)

[Michael Matt:] Jadi, seseorang harus dapat mengidentifikasi dosa publik. Dan dengan demikian, anda bisa mempermasalahkannya, demi mendapat larangan-larangan penerimaan sakramen. Anda tidak bisa hanya berkata, marilah berdoa dan mempersembahkan kurban demi Nancy Pelosi. Atau Joe Biden. Tidak, anda harus berkata bahwa orang-orang ini Katolik murtad. Di zaman dahulu, kalau anda Arian, anda tidak lagi Katolik. Di zaman dahulu, seorang Nancy Pelosi (saya tidak suka menghajar si tua Nancy itu), namun dia bukan orang Katolik … Dia bukannya Katolik liberal. Dia sudah tidak Katolik. Dia seorang pemurtad.

Seperti yang bisa kita lihat, sewaktu perkaranya memudahkan atau menguntungkan mereka, atau ketika sedang membahas orang-orang tertentu, tiba-tiba saja kaum tradisionalis palsu itu menemukan ajaran Katolik yang sebenarnya, dan yang sudah selalu dipahami orang semua orang Katolik: yaitu, orang-orang yang jelas menyimpang dari kaidah iman Gereja bahkan pada satu poin saja, orang-orang itu harus dianggap sebagai bidah dan berada di luar Gereja, meskipun orang-orang tersebut mengaku Katolik dan belum dideklarasikan sebagai bidah.

Prinsip ini mereka gunakan pada kesempatan tertentu, seperti waktu mereka ingin mengecam orang-orang bidah tertentu misalnya, Nancy Pelosi, Joe Biden, Blase Cupich, dan Walter Kasper. Namun mereka pada saat itu juga mempromosikan dan mendukung posisi yang sama sekali bertentangan dengan yang mereka katakan pada klip-klip ini. 

Mereka secara terbuka mendukung posisi orang-orang yang mengklaim bahwa Fransiskus adalah anggota Gereja, dan bahwa dosa bidah dalam tata-lahir tidak mungkin dilakukan selain dengan secara resmi bergabung dengan sekte non-Katolik, berhenti mengaku sebagai Katolik, atau dideklarasikan bersalah atas bidah; gagasan ini benar-benar idiot, bidah dan secara langsung menentang ajaran Katolik, seperti yang sudah kita lihat.

 

John Salza - Mantan Freemason derajat 32

Audio: http://www.youtube.com/watch?v=jvU1buVMgCI

[John Salza:] Sekali lagi, hanya ketika dosa itu diputuskan oleh Gereja dalam tata-lahir sebagai sebuah kejahatan. Dan itu terjadi ketika unsur material bidah serta unsur formal bidah, yakni, kehendak subjektif berupa ketegaran (pertinacia), hanya ketika itu dipastikan oleh Gereja dalam tata-gereja, barulah orang tersebut terpenggal dari tubuh Gereja.

Publikasi-publikasi tempat mereka menulis mengajarkan doktrin sesat yang sama: yaitu, tidak ada orang yang mengaku Katolik, yang dapat benar-benar menjadi bidah dalam tata-lahir kecuali orang itu dideklarasikan bersalah atas bidah. Prinsip tersebut, ujar mereka kepada orang-orang, adalah alasan Fransiskus tidak bisa benar-benar dianggap sebagai bidah, melainkan sebagai orang Katolik yang mengakui iman sejati. Namun, seperti yang baru saja kita lihat, kaum tradisionalis palsu ini sama sekali meninggalkan prinsip tersebut ketika membahas orang-orang tertentu dalam sekte Vatikan II. Ketidakkonsistenan mereka itu spektakuler. Semua kaum bidah adalah pendusta, dan ciri-ciri semua posisi sesat adalah dusta dan kontradiksi. Itulah yang kita lihat di sini.

Tidak mungkin seseorang dapat secara konsisten menerapkan ajaran Katolik tentang mengenali para bidah, untuk mencela Nancy Pelosi atau Blase Cupich atau Walter Kasper sebagai bidah, yang tentu saja memang benar, tanpa berkata bahwa Anti-Paus Fransiskus juga sama-sama seorang bidah - karena Anti-Paus Fransiskus telah mengajarkan ajaran bidah notorius beratus-ratus kali. Dia terus-terusan mengakui ajaran bidah notorius. Itulah sebabnya, seandainya saya berdebat dengan siapa saja dari antara mereka, dalam beberapa menit saya akan meruntuhkan posisi mereka, antara lain, hanya dengan bertanya kepada mereka tentang masalah ini.

Hanya dalam beberapa menit, siapa saja yang berkehendak baik akan melihat bahwa posisi mereka sama sekali konyol, benar-benar berkontradiksi, dan bidah. Kalau mereka menjawab pertanyaan saya mengenai hal ini dengan mengakui bahwa Nancy Pelosi, Blase Cupich, Tim Kaine, Walter Kasper, dll. memang sungguh-sungguh kaum bidah - lantas mereka mengakui bahwa orang-orang tersebut harus dianggap bersalah atas bidah dalam tata-lahir, dan karena itu, mereka berada di luar Gereja Katolik. Sebabnya: dosa bidah pada hakikatnya sendiri mendepak orang keluar dari Gereja.

Ok, dengan otoritas apa anda menentukan bahwa orang-orang yang mengaku Katolik, dan belum dideklarasikan sebagai bidah, harus benar-benar dianggap sebagai bidah yang berada di luar Gereja Katolik? Jawaban mereka terhadap pertanyaan itu tentu saja akan membuktikan bahwa Fransiskus juga harus dianggap sebagai seorang bidah yang berada di luar Gereja Katolik atas dasar prinsip dan ajaran yang sama. Alasannya, ajaran Gereja Katolik bahwa mereka yang menyimpang dari kebenaran Katolik harus dianggap sebagai bidah dan berada di luar Gereja, berlaku bukan hanya bagi sebagian orang. Tidak, ajaran ini berlaku bagi setiap orang yang jelas menyimpang dari ajaran Gereja, bahkan sedikit pun, seperti yang sudah kita lihat. 

Jadi, mengakui bahwa Nancy Pelosi, dkk. harus benar-benar dianggap sebagai bidah, mengharuskan kita untuk berkata bahwa Fransiskus juga harus benar-benar dianggap sebagai bidah dan berada di luar Gereja. Namun kalau kaum tradisionalis palsu justru memilih untuk berkata bahwa Nancy Pelosi, dkk. tidak dapat benar-benar dianggap sebagai bidah, lantas mereka berkata bahwa meskipun pernyataan-pernyataan publik serta pengakuan-pengakuan Nancy Pelosi, dkk. berisi bidah notorius, orang-orang ini harus dianggap sebagai orang Katolik yang mengakui iman sejati. Perbuatan ini menyamakan promosi kekejian antikristus serta agama sesat – misalnya, kepercayaan akan “pernikahan” gay - dengan pengakuan iman sejati. Ini membuktikan bahwa posisi mereka adalah kemurtadan satanik. 

Tidak peduli cara yang mereka pilih untuk menjawab, posisi mereka akan terbukti sesat, karena posisi mereka memang sesat. Posisi yang benar, dan sungguh-sungguh konsisten, adalah memang - berdasarkan posisi publik mereka – Nancy Pelosi, dkk. harus dianggap sebagai kaum bidah yang berada di luar Gereja, begitu pula dengan Anti-Paus Fransiskus si pemurtad. 

Selain itu, janganlah anda disesatkan oleh para pendusta tertentu yang mencoba mengaburkan perkara ini. Kadang-kadang mereka berkata bahwa meskipun Fransiskus benar-benar seorang bidah secara riil, dia masih mungkin adalah Paus - atau belum tentu dia bukan Paus. Itu sama sekali dusta. Sudah pasti seseorang yang benar-benar bidah tidak mungkin adalah Paus, karena dosa bidah, seperti yang sudah kita lihat, oleh karena hakikatnya sendiri memisahkan orang dari Gereja. 

Itulah pula alasan Paus Paulus IV, dalam surat bullanya, Cum ex Apostolatus dari tahun 1559, berkata bahwa seorang bidah tidak dapat dipilih secara valid sebagai Paus dan bahwa seandainya pun dia telah dipilih oleh semua Kardinal dan diterima oleh semua orang, pemilihannya tidak valid dan umat beriman dapat menolaknya sebagai seorang pagan yang tidak valid, dsb., berdasarkan fakta bahwa dia seorang bidah - tanpa deklarasi lebih lanjut.

Paus Paulus IV, Cum ex Apostolatus Officio, 15 Februari 1559:
“ … agar Kami tidak akan mendapatkan kemalangan untuk melihat sang Pembinasa keji, yang telah dibicarakan oleh sang nabi Daniel, di dalam Tempat Suci … Kami memberlakukan, menetapkan, mendekretkan dan mendefinisikan bahwa jika pada waktu kapan pun tampak bahwa Uskup mana pun … sebelum promosinya atau pengangkatannya sebagai Kardinal atau Paus Roma, telah menyimpang dari Iman Katolik atau jatuh ke dalam suatu bidah … promosi atau pengangkatan tersebut, bahkan jika tidak ditentang dan tercapai lewat persetujuan yang bulat suara dari semua Kardinal, tidak sah, batal, dan tidak bernilai ….”

“ ... orang-orang yang dipromosikan dan diangkat secara demikian, secara otomatis dan tanpa perlu suatu deklarasi lebih lanjut, kehilangan segala jabatan, posisi, kehormatan, titel, otoritas, kedudukan dan kuasa … umat awam bertindak secara sah dengan berhenti, pada waktu kapan pun tanpa terkena hukuman, mematuhi orang-orang yang dipromosikan atau diangkat secara demikian; dan dengan menghindari mereka sebagai penyihir, orang-orang pagan, pemungut cukai, dan pemuka bidah … tidak seorang pun diperkenankan untuk melanggar dokumen ini … atau dengan keberanian yang lancang menentangnya. Bagaimanapun, barang siapa sedemikian gegabahnya sehingga berupaya melakukannya, hendaknya ia mengetahui bahwa ia akan mendapatkan murka dari Allah yang Mahakuasa dan dari Rasul-Rasul yang terberkati, Petrus dan Paulus ....”

Itulah juga alasan para kudus dan doktor Gereja mengajarkan bahwa seorang bidah manifes tidak mungkin seorang Paus yang valid, dan bahwa seorang bidah manifes terdepak keluar dari Gereja dan dan juga kehilangan jabatan apa pun dalam Gereja secara ipso facto tanpa deklarasi apa-apa. Mengakui bahwa orang itu jelas seorang bidah, adalah dasar yang cukup untuk menolaknya sebagai orang yang berada di luar Gereja dan sebagai orang yang tidak dapat memegang jabatan di dalam Gereja. Paus Paulus IV bahkan berkata bahwa surat bulla itu dikeluarkannya untuk memerangi datangnya Pembinasa Keji di dalam tempat suci, sebuah petunjuk bahwa nubuat akhir zaman akan berkaitan dengan para Anti-Paus di dalam bait Allah, yang persis sudah kita lihat dalam kemurtadan Vatikan II.

Wahyu 18:2 - “Dan ia [sang malaikat] berseru dengan suara yang kuat, ‘Sudah jatuh, sudah jatuh, Babel yang agung! Dan ia telah menjadi tempat tinggal para iblis dan penjara segala roh yang najis, dan penjara setiap burung yang najis, dan penjara setiap binatang yang najis dan yang dibenci.’”

Seturut definisi, seorang bidah yang sebenarnya, berada di luar Gereja - dan seseorang yang berada di luar Gereja, tentu saja, tidak mungkin adalah kepala Gereja atau Paus. Itu adalah ajaran Gereja yang sudah ditetapkan. Seperti yang ditegaskan oleh Paus Leo XIII:

“Oleh sebab itulah, tak seorang pun yang tidak berada dalam persekutuan dengan Petrus dapat mengambil bagian dalam otoritasnya; sebab membayangkan bahwa orang yang berada di luar Gereja, memerintah di dalam Gereja, adalah perbuatan absurd.” (Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#15), 29 Juni 1896)

Maka dari itu, ketika seseorang mengakui bahwa Fransiskus adalah seorang bidah yang sesungguhnya atau bahwa ia tidak mengakui iman sejati, perdebatannya pun selesai sudah. Orang tersebut sedang mengakui bahwa Fransiskus tidak bisa dianggap Paus. Itulah sebabnya, setiap orang yang keras kepala menerima Fransiskus sebagai Paus (SSPX, Serikat Santo Petrus, dll. – semua-muanya) berpendapat bahwa Fransiskus bukan seorang bidah dan bahwa dia mengakui iman sejati.

Jadi, kaum bidah yang sudah disebutkan sebelumnya, dan banyak orang seperti mereka, mengajarkan kepada orang lain omong kosong sesat dan beracun: yaitu, tidak seorang pun yang mengaku Katolik adalah bidah kalau tidak dideklarasikan sebagai bidah. Namun mereka cepat-cepat meninggalkan doktrin sesat yang amat sangat absurd itu oleh karena kebodohan dan kesesatannya, dalam banyak konteks doktrin itu terbukti bodoh, tidak bisa diterapkan, tidak masuk akal, dan anti-Katolik - seperti saat mereka membahas para pemurtad notorius: Nancy Pelosi, Blase Cupich, Walter Kasper, dll.

Mereka itu kekejian. Kegagalan mereka untuk sedikit saja tetap konsisten dengan posisi-posisi dan prinsip-prinsip yang mereka sebarkan ke seluruh dunia - dan dengan penuh percaya diri mereka beri tahukan kepada orang lain supaya mereka terima - membuktikan bahwa mereka adalah guru-guru palsu yang tidak peduli kebenaran atau kekonsistenan. Sering kali, mereka menentang yang mereka ajarkan dan dukung kepada orang lain, karena kesetiaan pada prinsip-prinsip Katolik bukanlah prioritas mereka. 

Tidak, yang penting bagi mereka adalah mempertahankan posisi sesat dan kelompok-kelompok tradisionalis palsu mereka. Mereka tidak punya iman, dan mereka adalah guru-guru palsu dari Iblis. Yang mengherankan, banyak orang menganggap para tradisionalis palsu seperti yang sudah kami ekspos, sebagai komentator dan pemandu bereputasi baik, tajam, berwawasan luas, atau dapat diandalkan; padahal sebenarnya, seperti yang sudah kami tunjukkan, mereka itu bodoh dan bidah, dan posisi mereka sama sekali tidak konsisten serta berlawanan dengan prinsip-prinsip Katolik. Mereka tidak peduli ajaran Gereja, dan mereka pun tidak menyadari materi yang mereka terbitkan!

Dengan bertanya kepada mereka selama beberapa menit, posisi mereka akan terbongkar sebagai omong kosong dan kebodohan iblis. Mereka itu alat yang digunakan Setan untuk membuat orang-orang tetap berada dalam posisi sesat dan dalam Kontra-Gereja. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa posisi mereka sudah benar-benar terekspos dan dibantah, ada banyak orang yang masih memandang mereka sebagai pemimpin dan pemandu Katolik tradisional. Jumlah orang bodoh tidak terhingga. 

Jadi, anda tidak bisa mengatakan kedua-duanya. Anda tidak dapat berkata bahwa Nancy Pelosi, Joe Biden, Blase Cupich, Walter Kasper, Tim Kaine, dll. adalah orang-orang bidah non-Katolik, tetapi Fransiskus adalah Paus Katolik dan anggota Gereja Katolik, tanpa benar-benar menentang diri anda sendiri dan menentang ajaran Katolik. Alasannya, Fransiskus terus-menerus mengajarkan berbagai macam bidah notorius, bahwa ada martir non-Katolik; bahwa semua orang yang sudah dibaptis berada di dalam Gereja Kristus, dan bahwa orang tidak perlu bergabung ke dalam Gereja Katolik demi beroleh kesatuan dan keselamatan. 

Pesan Fransiskus kepada Abuna Matias, “Patriark Gereja Tewahedo Ortodoks Etiopia”, 20 Apr. 2015: “Tidak ada bedanya apabila para korban itu Katolik, Koptik, Ortodoks atau Protestan. Darah mereka itu satu dan sama dalam pengakuan mereka akan Kristus!”[3]

Pesan video Fransiskus untuk Pesta Santo Gaetanus kepada orang-orang di Argentina, 7 Agustus 2013: “Anda hendak meyakinkan orang lain supaya dia menjadi Katolik? Jangan, jangan, jangan!”[4]

Seperti itulah posisi Fransiskus, dan itu semua tergolong iman sesat dari berbagai macam bidah notorius. 

Wawancara Fransiskus dengan Andrea Tornielli dari surat kabar La Stampa, “Never be afraid of tenderness”, 14 Des. 2013:
“Apakah bagi anda, kesatuan Kristiani itu suatu prioritas?”

"Ya, bagi saya, ekumenisme adalah prioritas. Dewasa ini, ada ekumenisme darah. Di beberapa negara, mereka membunuh orang Kristen karena mengenakan salib, atau karena punya Alkitab, dan sebelum membunuh mereka, mereka tidak bertanya apakah mereka Anglikan, Lutheran, Katolik atau Ortodoks. Darah mereka bercampur.”[5]

Dan yang saya sebutkan itu baru tiga saja dari bidah notorius Fransiskus: bidah-bidah yang menyangkal dogma-dogma terkenal dan sudah ditetapkan oleh Gereja secara khidmat. Yang lainnya masih banyak. Anda tidak bisa berkelit: kalau anda menerimanya sebagai Paus, anda dengan demikian berpendapat bahwa orang dapat memegang atau menyebarkan bidah atau posisi apa saja, namun tetap Katolik serta dianggap mengakui iman sejati. Jadi, orang-orang yang menerima Fransiskus sebagai Paus harus mulai jujur tentang yang mereka percayai. 

Mereka harus menghadapi kenyataan tentang posisi mereka sendiri. Jika anda menerima Fransiskus sebagai Paus, anda berkata bahwa orang bisa benar-benar percaya dan mempromosikan apa saja dan dianggap sebagai anggota Gereja Katolik. Menurut anda, orang bisa saja menyangkal keilahian Kristus di depan umum selama puluhan tahun. Bisa saja dia mendirikan klub-klub yang mempromosikan “pernikahan” gay. Bisa saja dia keliling negeri untuk menyampaikan ceramah yang menentang kebenaran tentang dogma Maria Dikandung Tanpa Noda; dll.  Dan menurut anda, orang itu tetap saja mengakui iman sejati. Itulah posisi anda. Itulah posisi Serikat St. Pius X, Serikat Santo Petrus, dll. 

Anda sama sekali tidak bisa berkelit, karena Fransiskus sudah mengajarkan berbagai macam bidah notorius yang secara langsung menyangkal dogma-dogma yang telah didefinisikan secara khidmat. Itu dilakukannya ke seluruh dunia dan pada banyak perkara selama bertahun-tahun. Kalau dia bisa mempromosikan itu, tanpa berhenti menjadi Katolik dan tanpa berhenti mengaku iman sejati, lantas orang bisa mempromosikan apa saja tanpa berhenti mengakui iman sejati, menurut anda. 

Paham anda sekarang, mengapa bersikeras menerima Fransiskus sebagai Paus, di hadapan fakta-fakta ini, sebenarnya adalah kemurtadan? Perbuatan itu menyamakan agama sesat Iblis dan bidah notorius dengan agama Katolik.

Jadi, semua orang bodoh yang memberi tahu anda, di hadapan fakta-fakta ini dan di hadapan bidah-bidah notorius Fransiskus, bahwa anda tidak dapat menilai apakah dia Paus atau tidak; atau anda tidak bisa berkata bahwa dia teranatema dan berada di luar Gereja; atau anda tidak bisa berkata bahwa dia bukan orang Kristen – orang-orang itu tidak tahu yang sedang mereka bicarakan! Mereka itu kaum bidah tak beriman dan alat yang digunakan Setan untuk membawa orang ke Neraka.  Mereka tidak mengerti apa-apa tentang agama Katolik. Mereka tidak tahu apa-apa tentang Allah. Mereka sama sekali tidak punya iman dan bahkan belum menyerap dasar-dasar Kekristenan. Mereka tidak bisa membedakan agama sesat dengan iman sejati, atau seorang bidah notorius yang mewartakan injil sesat ke seluruh dunia dengan orang yang mengakui iman sejati. Orang-orang yang terus mempromosikan, mendukung atau mengikuti kaum bidah seperti itu – orang-orang itu akan mengikut mereka menuju Neraka.

Menarik juga, sebelum penutupan Sinode Sekte Vatikan II tentang Keluarga di tahun 2015, para bidah Chris Ferrara dan Michael Matt, berdiskusi tentang peristiwa yang mungkin terjadi seandainya orang-orang yang hidup dalam zina atau pernikahan kedua yang tidak valid, resmi diizinkan menyambut “Komuni” dalam “Gereja” Vatikan II. Ferrara berkata bahwa seandainya itu diizinkan, lantas Gereja Katolik pada dasarnya dan pada praktiknya, akan menjadi setara Sekte Anglikan. Itu dikatakannya sebelum akhir Sinode tersebut, dan sebelum diterbitkannya dokumen Amoris Laetitia.

“The Remnant Forum”

(http://www.youtube.com/watch?v=x8Vh-pVY4Q8)

[Matt:] Chris, saya rasa-rasanya agak khawatir dengan hal ini. Menurut saya, mereka menghabiskan terlalu banyak waktu. Sudah mereka habiskan satu tahun lebih untuk mengerjakan ini. Dan perkaranya menyangkut orang-orang berego sangat besar. Saya tidak yakin yang bakal mereka cetuskan itu kira-kira semacam pendekatan bom waktu Vatikan II yang sarat ambiguitas. Menurut saya, mereka kemungkinan besar akan mengubah ajaran ini. Saya tidak tahu kita akan berbuat apa. Namun ada banyak orang yang sangat khawatir … baik Katolik atau tidak, dan memandang hal ini berpotensi sebagai titik balik yang nyata, dengan makna terdahsyat. Sebuah momen penentu dalam sejarah Gereja. Menurut anda bagaimana?

[Ferrara:] Ya… tentu saja benar. Yang sedang kita lihat ini berpotensi sebagai titik balik historis di bulan Oktober. Medan pertempurannya sudah dalam proses persiapan, sekali lagi di Aula Sinode. Akan ada pergulatan pada perkara ajaran moral mendasar Gereja yang dilindungi oleh disiplin Gereja. Disiplin Gereja yang sudah berusia dua ribu tahun. Andaikan disiplin itu berubah, pada dasarnya secara praktis – meskipun ajaran resminya masih di atas kertas – Gereja Katolik akan menjadi: Gereja Anglikan!

Namun kita tahu apa yang terjadi. Usai Sinode itu, Anti-Paus Fransiskus menerbitkan Amoris Laetitia yang secara resmi mengajarkan kepada seluruh Sekte Vatikan II, bahwa mereka yang hidup dalam zina dapat berada dalam keadaan rahmat – suatu bidah terang-terangan - dan bahwa mereka yang hidup dalam “pernikahan kedua” yang tidak sah dapat diizinkan menyambut sakramen-sakramen, termasuk Komuni – ini juga bidah terang-terangan. Bidah-bidah itu juga menunjukkan bahwa Fransiskus mengajarkan Injil sesat. Menyusul Amoris Laetitia, Fransiskus bahkan menegaskan bahwa tidak ada interpretasi lain untuk dokumennya selain bahwa mereka yang hidup dalam “pernikahan” kedua yang tidak sah diizinkan oleh dokumen itu untuk menyambut “Komuni”. 

Jadi, yang mereka katakan bakal menjadi sebab “Gereja” Vatikan II mereka setara Sekte Anglikan, sudah terjadi! Namun, mereka masih mengaku bersekutu dengannya! Ini sekali lagi membuktikan bahwa mereka bidah dan tidak Katolik; mereka pembela dan pendukung sebuah sekte non-Katolik. 

Pada pertemuan yang sama ketika Fransiskus mengutuk Amanat Agung, ia ditanya: apa yang disukainya dari sekte Lutheran. Dijawabnya pertanyaan itu dengan berkata: “Saya sangat suka orang-orang Lutheran yang baik, orang-orang Lutheran yang benar-benar mengikuti iman Yesus Kristus.”

[Fransiskus:] Apa yang saya sukai dari Gereja Lutheran dan apa yang tidak saya sukai? Saya sangat suka orang-orang Lutheran yang baik … orang-orang Lutheran yang benar-benar mengikuti iman Yesus Kristus.

Seseorang yang mengakui bahwa kaum Lutheran benar-benar mengikuti iman Yesus Kristus, tidak mengakui iman sejati. Orang seperti itu justru seorang bidah notorius dan tidak boleh dianggap sebagai anggota Gereja Katolik. Berkata bahwa dia mengakui iman sejati, seperti yang harus ditegaskan oleh para pembela anti-kepausan, setara berkata bahwa menganggap Lutheranisme benar adalah perbuatan yang konsisten dengan pengakuan iman sejati. Itu penyangkalan terhadap iman Katolik. Dalam ceramah yang sama itu Fransiskus juga menyampaikan bidah notorius bahwa semua orang yang sudah dibaptis adalah anggota Tubuh Kristus. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ia terus-terusan mengajarkan bidah notorius ini.   

Bidah yang diajarkannya itu menyangkal banyak dogma yang sudah didefinisikan serta berlusin-lusin deklarasi Magisterium, yang menyatakan bahwa semua kaum bidah dan skismatis - siapa saja yang tidak setuju dengan Kepausan atau dogma Katolik yang mana pun - berada di luar Tubuh Kristus.

Paus Pius VI, Charitas (#32), 13 April 1791:
“Pendek kata, berpeganglah kepada Takhta Suci; sebab untuk berada dalam Gereja, seseorang harus bersatu dengan Kepalanya yang kelihatan, dan berpeganglah dengan erat kepada Takhta Petrus ….”

Paus Pius IX, Amantissimus (#3), 8 April 1862: “Terdapat bukti-bukti lain yang hampir tidak terhitung jumlahnya yang diperoleh dari para saksi yang paling terpercaya yang secara jelas dan terbuka memberi kesaksian dengan iman, keakuratan, rasa hormat, dan ketaatan yang besar, bahwa semua orang yang ingin menjadi bagian dari Gereja Kristus yang satu dan sejati harus menghormati dan menaati Takhta Apostolik ini dan Sri Paus Roma.”

Paus Pius XI, Mortalium Animos (#11), 6 Januari 1928: “Seseorang tidak berada di dalam Gereja Kristus yang satu ini, dan seseorang tidak bertekun di dalamnya jikalau ia tidak mengakui dan menerima, dengan penuh ketaatan, otoritas dan kuasa dari Petrus dan para penerusnya yang legitim.”

Paus Pius XII, Mystici Corporis Christi (#23), 29 Juni 1943: “ ... tidak semua dosa, betapapun berat dan besarnya dosa itu, sedemikian rupa adanya sehingga oleh karena hakikatnya sendiri memisahkan seseorang dari Tubuh Gereja, seperti dosa skisma, atau bidah, atau kemurtadan.”

Kenyataan bahwa bidah notorius ini saja diakui oleh Fransiskus, sudah cukup untuk membuktikan bahwa dia bukan Paus. 

[Fransiskus:] … atas dasar pembaptisan kita, kita semua membentuk Tubuh Kristus yang esa. Para anggotanya yang berbeda-beda, kenyataannya, membentuk satu tubuh.

Dengan menganggap seorang bidah seperti itu sebagai Paus, seseorang tidak hanya menyangkal kebenaran Katolik yang telah kami bahas tentang keanggotaan Gereja, pengakuan iman, dll. -- tetapi ia juga menghantar orang lain kepada serigala yang akan mengajarkan kesesatan kepada mereka dan membawa mereka ke Neraka.

Pada sebuah wawancara di bulan Oktober 2016 antara Fransiskus dengan sebuah publikasi Yesuit dalam Sekte Vatikan II, Fransiskus berbicara tentang “agama-agama sejati” dalam bentuk jamak - seolah-olah ada lebih dari satu agama yang benar. Dia menyatakan:

“ ... agama-agama sejati merupakan pengembangan kapasitas manusia untuk melampaui dirinya sendiri menuju yang absolut.” (Wawancara dengan Ulf Jonsson dan Antonio Spadaro, La Civilta Cattolica, Akhir Oktober 2016)

Seseorang yang mengakui bahwa ada lebih dari satu agama sejati tidak mengakui iman sejati, melainkan iman yang sesat. Berkata sebaliknya berarti murtad.

Dalam sebuah pidato tertanggal 1 Oktober 2016, Fransiskus berbicara tentang kaum skismatis “Ortodoks”, yang menolak Kepausan dan dogma-dogma lainnya. Dengan kata-kata sangat tegas, Fransiskus mengecam upaya mengonversikan kaum “Ortodoks” . Upaya mengonversikan mereka bahkan disebutnya sebagai dosa berat! Luar biasa! Coba diperhatikan betapa seriusnya Fransiskus ketika mengecam upaya-upaya menyebarkan  iman Katolik, upaya-upaya yang disebutnya sebagai dosa berat.

 Jumpa Fransiskus dengan komunitas “Katolik Ritus Latin” di gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Georgia, 1 Okt. 2016, situs Vatikan berbahasa Inggris:
“Ada dosa yang sangat berat terhadap ekumenisme: proselitisme. Hendaknya kita jangan pernah berproselitisme terhadap kaum Ortodoks!”[6]

Lebih banyak lagi bidah notorius dari si pemurtad ini, dan satu lagi ungkapan injil sesat yang disebarkannya. Fransiskus tidak mengakui iman sejati, melainkan iman yang sesat. Berkata sebaliknya berarti murtad. 

Pada penerbangannya dari Armenia ke Roma di hari Minggu, 26 Juni 2016, Anti-Paus Fransiskus memberi konferensi pers kepada para wartawan di dalam pesawat. Dia ditanyai tentang Martin Luther.  Dijawabnya pertanyaan itu dengan berkata bahwa orang-orang Lutheran dan Katolik disebut-sebut setuju tentang Pembenaran – suatu bidah terang-terangan lainnya - dan bahwa Luther tidak keliru pada perkara Pembenaran. Menakjubkan!

[Fransiskus:] Saya pikir niat Martin Luther tidak keliru ... Dan di masa ini, orang Lutheran dan Katolik, serta semua orang Protestan, setuju tentang doktrin Pembenaran: pada perkara yang sangat penting ini, ia tidak keliru.

Seseorang yang berkata bahwa ia setuju dengan kaum Lutheran tentang Pembenaran, dan bahwa Luther tidak keliru pada perkara Pembenaran, adalah seorang bidah notorius dan anggota sebuah sekte. Ia tidak mengakui iman sejati, melainkan iman yang sesat. Berkata sebaliknya berarti murtad.

Kalau anda masih berada di dalamnya, keluarlah dari Sekte Vatikan II yang bukan Gereja Katolik, melainkan Kontra-Gereja akhir zaman yang sudah dinubuatkan.

Wahyu 17:4-5 - “Dan wanita itu didandani dengan kain ungu dan kain merah padam dan dihiasi dengan emas dan batu permata dan mutiara, sambil memegang cawan emas di tangannya yang penuh dengan kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya ada tertulis suatu nama, suatu misteri: ‘Babel yang agung, Ibu dari para pelacur dan dari kekejian bumi.’”

Supaya selamat, orang perlu menganut iman Katolik - dan itu berarti dia harus menganut iman Katolik tradisional.

Wahyu 18:4- “Lalu aku mendengar suatu suara lain dari langit yang berkata, ‘Keluarlah darinya, umat-umat-Ku, agar kalian tidak mengambil bagian dalam dosa-dosanya dan menerima wabah-wabahnya.’”

1 Petrus 5:13 - “Gereja yang berada di Babel, yang terpilih bersama dengan kalian, memberi salam kepada kamu sekalian ….”

Wahyu 18:2 - “’Sudah jatuh, sudah jatuh, Babel yang agung! Dan ia telah menjadi tempat tinggal para iblis dan penjara segala roh yang najis, dan penjara setiap burung yang najis, dan penjara setiap binatang yang najis dan yang dibenci.’”

Situasi ini sudah diprediksikan, seperti yang dibahas dalam materi kami. Seperti yang sudah kami tunjukkan, Fransiskus mengajarkan bahwa meyakinkan orang lain akan agama Katolik adalah perbuatan tidak licit/tidak diizinkan dan juga berbisa. Di hadapan fakta-fakta ini, siapa saja yang masih menganggap Fransiskus sebagai orang Katolik dan anggota Gereja Katolik (dan oleh karena itu Fransiskus mengakui iman sejati), orang tersebut pemurtad. Jika anda berpendapat bahwa Fransiskus berada dalam Gereja Katolik, di hadapan fakta-fakta ini, anda telah murtad dari Yesus Kristus, dan kalau anda tidak bertobat, anda akan terbakar selama-lamanya di dalam api Neraka. Dan mereka yang keras kepala mempromosikan atau mendukung para bidah yang membela Fransiskus sebagai Paus yang valid, orang-orang itu akan binasa jiwanya.

Catatan kaki:

[1] Proselytism venom against ecumenism-pope - Vatican - Ansa.it

[2] https://www.lastampa.it/vatican-insider/en/2016/10/13/news/pope-those-who-defend-christ-but-turn-away-refugees-are-hypocrites-1.34786963/

[3] https://www.vatican.va/content/francesco/en/messages/pont-messages/2015/documents/papa-francesco_20150420_messaggio-abuna-matthias.html

[4] https://www.vatican.va/content/francesco/es/messages/pont-messages/2013/documents/papa-francesco_20130807_videomessaggio-san-cayetano.html

[5] https://www.lastampa.it/vatican-insider/en/2013/12/15/news/never-be-afraid-of-tenderness-1.35947042/

[6] https://press.vatican.va/content/salastampa/en/bollettino/pubblico/2016/10/01/161001b.html

SHOW MORE