SSPX, CMRI & Fransiskus vs Ajaran Kepausan yang Otoritatif
Mei 23, 2023
SUPPORT
Copy Link
https://endtimes.video/id/paus-gregorius-xiii-kontra-sspx-cmri/
Copy Embed
vatikankatolik.id - Saluran dalam Bahasa Indonesia

Bruder Peter Dimond, OSB

Di dalam video ini saya ingin membahas beberapa kutipan baru yang menarik dari sepucuk surat bulla Kepausan yang lain. Kutipan-kutipan ini setahu kami belum pernah diterjemahkan sebelumnya ke dalam bahasa Indonesia sampai sekarang. Saya juga ingin menunjukkan bagaimana ajaran Gereja yang diungkapkan dalam dokumen ini sayangnya ditentang oleh banyak orang di zaman kita yang mengaku diri Katolik, namun kenyataannya bukan.

Paus Gregorius XIII, Sancta Mater Ecclesia, 1 Sep. 1584:
“Sancta mater Ecclesia, cuius Christus caput est, ingenitam suam caritatem ad omnes late effundens, antiquae Israeliticae gentis populique Dei peculiares reliquias pio numquam desinit affectu miserari, graviterque contristatur Iudaeorum quondam nationem praecipuis auctam muneribus et gratiis, cuius erat adoptio filiorum, gloria, testamentum, legislatio, obsequium et promissa, unde etiam Christus Salvator noster secundum carnem nasci dignatus est, per diversas orbis partes tot iam secula dispersam, ac contagiosi gregis more per invia et inaquosa misere vagantem, verbi Dei fame et aquae refectionis siti perire, longeque non a terrena tantum, super quam Dominus flevit, sed, quod gravius est, a coelesti quoque Ierusalem, nisi Christum, quem negavit, confiteatur, exturbari; qua miseratione et moerore nos quoque non leviter commoti in dies sempre aliquid excogitamus, unde eorum conversioni et saluti opportunius provideatur, ipsique ad intelligentiae viam, quam sibi praecluserunt, valeant, Deo propitio, pervenire.”

 Surat bulla dari Paus Gregorius XIII ini, yang merupakan sebuah konstitusi apostolik, berjudul Sancta Mater Ecclesia dan bertanggal 1 Sep. 1584. Di dalam dokumen yang ditulis dalam bahasa Latin ini, Paus Gregorius XIII memerintahkan agar orang-orang Yahudi yang memiliki sinagoga di suatu daerah Kristiani harus mendengar khotbah Kristiani sekali seminggu. Khotbah itu bertujuan mengonversikan mereka ke dalam iman Katolik.

Tentunya tidak seorang pun dapat memaksa mereka berkonversi atau dibaptis, namun para Paus, dalam cinta kasih mereka, mengundangkan supaya orang-orang Yahudi harus mendengarkan pengkhotbahan sabda Kristiani dalam harapan agar khotbah itu akan membuka hati mereka kepada kebenaran. Banyak Paus pada abad pertengahan menerbitkan surat bulla yang serupa. Orang hendaknya melihat bagaimana ajaran dan praktik Gereja yang satu ini secara langsung menentang injil palsu dan ajaran sesat Anti-Paus Fransiskus, yang secara terbuka mengutuk upaya-upaya mengonversikan orang non-Katolik kepada iman Katolik.

Fransiskus, Pidato kepada Orang-Orang “Katolik” dan Lutheran, Aula Paulus VI, 13 Oktober 2016:
Tidaklah licit untuk meyakinkan mereka akan imanmu. Proselitisme adalah bisa yang terkuat melawan jalan ekumenis.”

Sewaktu anda mempelajari ajaran Kepausan tentang hal ini dan berbagai perkara lainnya, perbedaan antara agama Katolik dan agama sesat Vatikan II menjadi sangat jelas.

Paus Leo XII, Ubi Primum (#14), 5 Mei 1824:
“Allah yang Mahabenar, yang bahwasanya adalah Kebenaran yang terluhur sendiri, sang Penyelenggara yang Mahabaik dan Mahabijak, tidak mungkin menyetujui semua sekte yang mengajarkan doktrin-doktrin sesat yang saling bertentangan dan berkontradiksi, serta menganugerahkan imbalan-imbalan abadi kepada orang-orang yang mengakui doktrin-doktrin sesat tersebut … dengan Iman Ilahi Kami percaya akan satu Tuhan, satu Iman, satu Pembaptisan, dan bahwa tiada nama lain yang diberikan di bawah Surga kepada manusia selain nama Yesus Kristus dari Nazaret, yang di dalamnya kita harus diselamatkan, dan oleh karena itu Kami mengakui bahwa tidak terdapat keselamatan di luar Gereja.”

Kami tentunya banyak berfokus dalam materi kami kepada ajaran Kepausan, dan kami harap ke depannya, jika Tuhan menghendaki, bisa menyajikan lebih banyak ajaran Kepausan yang mungkin kurang dikenal orang, karena sewaktu anda istilahnya kenal barang aslinya, yaitu ajaran Gereja yang autentik, anda bisa dengan mudah mengenali dan menolak ajaran yang palsu. Paus Gregorius XIII menyatakan:

Paus Gregorius XIII, Sancta Mater Ecclesia, 1 Sep. 1584:
“Bunda Gereja yang Kudus, yang berkepalakan Kristus, dalam mencurahkan kasih asalinya kepada semua umat manusia, tiada henti-hentinya dalam kasih sayang yang saleh mengibai sisa-sisa tertentu dari bangsa Israel yang kuno dan umat Allah, dan ia amat berduka karena bangsa orang Yahudi yang dahulunya dianugerahi dengan karunia-karunia serta rahmat-rahmat yang istimewa, yang tadinya diangkat sebagai anak-anak, yang sebelumnya memiliki kemuliaan, perjanjian, undang-undang, ibadat dan janji-janji, dan yang darinya Kristus Juru Selamat kita bahkan telah sudi dilahirkan seturut daging, dan yang sekarang tersebar selama berabad-abad di berbagai belahan dunia

dan mengembara dengan malang bagaikan kawanan domba yang terinfeksi melewati tempat-tempat yang tak dapat dilintasi dan tak berair, sedang dibinasakan oleh kelaparan akan sabda Allah dan kehausan akan air pemulihan, dan tidak hanya sedang diusir jauh-jauh dari Yerusalem duniawi yang diratapi oleh Tuhan kita, namun yang jauh lebih mengenaskan, dari Yerusalem surgawi pula jika ia [bangsa itu] tidak mengakui Kristus yang telah disangkalnya. Diri Kami pun, yang hari demi hari merasakan desakan yang tidak ringan akibat belas kasih dan dukacita ini, senantiasa mengupayakan sesuatu supaya ada ketentuan yang dapat dibuat secara lebih pantas demi konversi dan keselamatan mereka, dan yang dapat membuat diri mereka sendiri, dengan pertolongan kebaikan Allah, mencapai jalan kearifan yang telah mereka tutup bagi diri mereka sendiri.”

Di dalam pernyataan yang sangat berwibawa ini, Paus Gregorius XIII mengajarkan bahwa seluruh bangsa Yahudi tanpa terkecuali akan diusir dari Yerusalem surgawi jika bangsa itu tidak mengakui Kristus. Tidak ada pengecualian karena tiada nama lain yang diberikan di bawah Surga kepada manusia selain nama Yesus yang olehnya kita harus diselamatkan (Kisah Para Rasul 4:12).            

Kisah Para Rasul 4:11-12 - “[Yesus] Inilah batu yang telah ditolak oleh kalian, para tukang bangunan, namun Ia telah menjadi batu penjuru. Dan tiada keselamatan dalam seorang lain pun, sebab tiada nama lain yang diberikan di bawah Surga kepada manusia yang olehnya kita harus diselamatkan.”

Kebenaran yang diungkapkan oleh Sri Paus di sini sudah diajarkan secara dogmatis oleh para Paus pendahulunya.

Paus St. Leo Agung, Surat 129, 10 Maret 454:
“ … bangsa Mesir telah sejak pertama kalinya belajar dari ajaran Rasul Petrus yang Terberkati melalui Markus, muridnya yang terberkati, tentang apa yang diakui sebagai ajaran yang telah dipercayai oleh bangsa Romawi, yakni selain Tuhan Yesus Kristus, ‘tiada nama lain yang diberikan kepada manusia di bawah Surga, yang di dalamnya mereka harus diselamatkan.’ [Kisah Para Rasul 4:12].”

Namun kenyataan bahwa seorang Paus menuangkan ajaran dogmatis ini secara eksplisit dalam sebuah konstitusi apostolik patut dicatat. Ajaran Katolik ini seperti yang akan kita lihat disangkal oleh begitu banyak orang dan kelompok di zaman kita.

[Horn:]  Hal itu tidak memustahilkan orang-orang tertentu untuk memperoleh keselamatan, meskipun mereka tidak tahu bahwa sakramen-sakramen Gereja adalah cara kita menerima rahmat. Atau mereka tidak tahu tentang Yesus. Mereka tidak pernah mendengar apa-apa tentang hal ini.

[Staples:] Namun hubungan itu dapat timbul melalui berbagai jalan yang misterius, yang hanya diketahui oleh Allah sendiri, melalui ketidaktahuan yang tidak teratasi yang dialami orang itu.

Donald Sanborn, 17 Feb. 2008:
“Dan kalau seseorang yang berada dalam agama-agama sesat itu diselamatkan, itu tidak ada hubungannya dengan agama sesat tersebut. Itu ada hubungannya dengan rahmat Allah dan ketidaktahuan mereka.”

[Lofton:]  Individu-individu tertentu, yang mungkin mengaku diri sebagai orang Yahudi, orang Muslim, namun yang menepati semua persyaratan itu, mereka mungkin dapat dipersatukan secara mistis kepada Gereja.

Gambaran yang diberikan oleh Sri Paus ini juga menarik. Beliau berkata bahwa orang-orang Yahudi “ … sedang dibinasakan oleh kelaparan akan sabda Allah dan kehausan akan air pemulihan.” Air pemulihan itu tentunya mengacu kepada Sakramen Pembaptisan, yang mereka perlukan, dan jika mereka tidak mendapatkannya, mereka akan binasa secara rohani.

Paus Eugenius IV, Konsili Florence, “Exultate Deo”, 22 Nov. 1439:
Pembaptisan suci, yang merupakan pintu gerbang kehidupan rohani, memegang tempat yang pertama dari antara segala sakramen; melaluinya, kita dijadikan sebagai anggota-anggota dari Kristus dan dari Tubuh Gereja. Dan karena maut memasuki alam semesta melalui manusia pertama, ‘jika kita tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh, kita tidak dapat,’ sebagaimana yang dikatakan oleh sang Kebenaran, masuk ke dalam Kerajaan Surga[Yohanes 3:5]. Materi dari sakramen ini adalah air yang sejati dan alami ....”

Paus Gregorius XIII juga lalu menyebutkan beberapa poin yang harus ditekankan oleh para pengkhotbah ketika mereka sedang mencoba mengonversikan orang Yahudi. Poin-poin ini termasuk rujukan kepada Penjelmaan Tuhan kita, Sengsara, Wafat, Kebangkitan-Nya dan turunnya diri-Nya ke dalam Neraka, Kenaikan-Nya, kerajaan rohani-Nya, mukjizat-mukjizat Gereja, dll. Sri Paus juga memberi tahu para pengkhotbah itu supaya mereka menekankan berbagai poin yang membuktikan kesesatan agama Yahudi seperti:

Paus Gregorius XIII, Sancta Mater Ecclesia, 1 Sep. 1584:
“ … kehancuran negeri orang-orang Yahudi yang sama ini, tentang penceraiberaian dan pembuangan diri mereka di muka bumi pada waktu itu, serta tentang dogma-dogma dan pasal-pasal lainnya yang serupa berdasarkan Hukum [Allah] dan para Nabi; dan selain itu, tentang penantian orang-orang Yahudi yang panjang dan sia-sia akan kedatangan seorang Mesias dan kerajaan duniawinya; terkait harapan mereka yang hampa akan kepulangan kepada tanah terjanji dan restorasi bait ketiga, yang sering kali, atau jikalau tidak, setiap harinya memfrustrasikan diri mereka; 

dan pada akhirnya terkait kesalahan-kesalahan dan bidah-bidah mereka yang begitu banyak dan beragam, ke dalam mana mereka telah menenggelamkan diri mereka sendiri dengan teramat celakanya setelah mereka menolak untuk mengakui Kristus Tuhan yang datang dalam daging, dan terkait penafsiran Kitab Suci secara sesat yang diwariskan oleh para rabi mereka, yang perkataan serta maknanya, melalui penyesatan dengan dongeng, dusta dan berbagai macam muslihat serta teknik, telah mereka rusakkan dan bejatkan (dan sampai hari ini pun mereka tidak berhenti merusakkan dan membejatkan Kitab Suci),

dan terkait segala sesuatu yang mungkin dapat mengonversikan mereka kepada suatu pengakuan akan iman, kepada koreksi atas kesalahan-kesalahan mereka, dan kepada iman yang ortodoks, mereka [para pengkhotbah] hendaknya bertindak dengan bijak sehubungan dengan tempat, waktu dan tema yang digunakan, dan, dengan [bersenjatakan] kebenaran-kebenaran serta pembuktian-pembuktian yang diambil dari Kitab Suci, hendaknya mereka berjuang untuk membukakan terang kebenaran kepada orang-orang itu tanpa cemooh maupun amarah, namun dengan kasih dan kesederhanaan yang besar.”

Menarik di sini ketika Sri Paus menggambarkan harapan akan restorasi bait ketiga sebagai harapan yang hampa. Pernyataan Sri Paus ini semakin memperkuat posisi kami bahwa Bait Allah yang telah dinubuatkan bukanlah bait Yerusalem yang dibangun kembali, sebuah bangunan yang sama sekali bukan bait Allah. Nubuat tentang bait Allah itu mengacu kepada apa yang telah terjadi di Vatikan selama kemurtadan pasca-Vatikan II ini, seperti yang dibahas dalam video-video kami, seperti Wahyu di Vatikan Sekarang.

Ada satu poin lain yang diperintahkan oleh Sri Paus kepada para pengkhotbah supaya mereka sebutkan, sebagai bukti lebih lanjut tentang kebenaran Kristiani, yaitu bahwa Injil Yesus Kristus telah diwartakan di seluruh dunia.

Paus Gregorius XIII, Sancta Mater Ecclesia, 1 Sep. 1584:
“… de certo adventu et Incarnatione Filii Dei, illiusque nativitate, vita, miraculis, passione, morte, sepultura, descensu ad inferos, resurrectione, in coelum ascensione, de eius Evangelio in toto terrarum orbe per Apostolos eius et alios sanctos praedicato, innumeris atque clarissimis virtutibus et illustrium miraculorum gloria confirmato, ac de eius spirituali et vero regno, et de impio idolorum cultu sublato, et gentium vocatione de perpetua tum Hierusalem et terrae eorundem Judaeorum desolatione, tum ipsorum ubique terrarum dispersione, et captivitate, et de aliis similis argumenti dogmatibus et articulis, ex Lege et Prophetis, de diutina praeterea et irrita Judaeorum adventus Messiae, et carnalis ipsius regni expectatione, de vana eorum, quae saepe, quinimmo quotidie eos frustrata est, spe reditus in terram promissionis, et restaurationis tertii templi, et demum de multiplicibus et variis erroribus et haeresibus eorum, in quas miserrime se demerserunt…”

Dan di dalam Matius 24:14, Yesus berkata bahwa Injil akan diwartakan di seluruh dunia, dan setelahnya, akan datang akhir zaman.

Matius 24:14 – “Dan injil kerajaan ini akan diwartakan di seluruh dunia sebagai kesaksian kepada segala bangsa, dan kemudian, akan datang akhir zaman.”

Maka dalam alur waktu sejarah yang diberikan kita oleh Kitab Suci, Injil diwartakan ke seluruh dunia. Hal ini sudah terjadi, dan kemudian terjadi suatu kemurtadan besar atau ditinggalkannya iman, suatu peristiwa yang sedang kita lalui, dan lalu tiba akhir zaman. Alur waktunya tidak seperti ini: Injil diwartakan ke seluruh dunia, lalu orang menolaknya, lalu ada pemulihan, lalu orang menolaknya kembali, lalu tiba akhir zaman. Tidak, tidak seperti itu!

Sri Paus berkata dalam pernyataannya bahwa Injil sudah diwartakan ke seluruh dunia. Dan hal ini memperkuat kesimpulan bahwa kemurtadan zaman ini merupakan kemurtadan terakhir yang mendahului kedatangan kedua Yesus Kristus. Kemurtadan ini tentunya terkait dengan nubuat-nubuat tentang bagaimana binatang akhir zaman (yaitu Roma pagan) yang dahulu kala digantikan oleh Roma Kristiani dan Eropa Kristiani, kembali pada akhir zaman namun dengan kedok atau penampilan Gereja sejati yang sebenarnya mengecoh – yaitu melalui sebuah Kontra-Gereja.

Wahyu 17:4-5 - “Dan wanita itu didandani dengan kain ungu dan kain merah padam dan dihiasi dengan emas dan batu permata dan mutiara, sambil memegang cawan emas di tangannya yang penuh dengan kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan pada dahinya ada tertulis suatu nama, suatu misteri: ‘Babel yang agung, Ibu dari para pelacur dan dari kekejian bumi.’”

Sang Binatang = Roma pagan

Wahyu 17:8 - "Dan orang-orang yang berdiam di bumi, yang nama-namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan sejak permulaan dunia, mereka akan heran [θαυμασθήσονται] saat melihat sang binatang, sebab ia dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan datang.”

Nah, kebenaran yang diajarkan oleh Paus Gregorius XIII sudah diajarkan secara dogmatis oleh para Paus lainnya, termasuk Paus Eugenius IV.

Paus Eugenius IV, Konsili Florence, “Cantate Domino”, 1441, ex cathedra:
“Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah bahwa semua orang yang berada di luar Gereja Katolik, bukan hanya orang-orang pagan tetapi juga Yahudi atau bidah dan skismatis, tidak dapat mengambil bagian di dalam kehidupan kekal dan akan masuk ke dalam api yang kekal yang telah disiapkan untuk iblis dan para malaikatnya,’ kecuali jika mereka bergabung ke dalam Gereja sebelum akhir hidup mereka … dan bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan, sebanyak apa pun ia telah berderma, walaupun ia telah menumpahkan darah dalam nama Kristus, kecuali jika ia telah bertekun di pangkuan dan di dalam kesatuan Gereja Katolik.”

Ajaran dogmatis ini merupakan bagian dari Pengakuan Iman yaitu bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan tanpa Iman Katolik.

Paus Gregorius XVI, Mirari Vos (#13), 15 Agustus 1832:
“Hendaknya mereka sungguh-sungguh merenungkan kesaksian sang Juru Selamat sendiri, bahwa ‘barang siapa tidak bersama Kristus, ia melawan Kristus’ (Luk. 11:23) dan barang siapa tidak memanen bersama-Nya akan tercerai-berai dengan tidak bahagia. Dan itulah sebabnya, ‘jikalau mereka tidak menjaga iman Katolik utuh dan murni, tidak diragukan bahwa mereka akan binasa selamanya’ (Syahadat Atanasius).”

Namun dogma ini sayangnya disangkal oleh banyak orang yang mengaku diri Katolik di zaman kita, termasuk kelompok-kelompok seperti Serikat St. Pius X, CMRI dan banyak kelompok lainnya. Kami sebelumnya sudah membahas hal yang satu ini, yaitu bahwa Uskup Agung Marcel Lefebvre, pendiri Serikat St. Pius X, dalam bukunya yang berjudul Against the Heresies yang diterbitkan oleh Serikat St. Pius X (yang saya punyai di sini) secara eksplisit dan berulang kali mengajarkan bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan dalam agama-agama non-Katolik. Ajaran semacam itu adalah bidah terang-terangan. Berikut ini dari halaman 208 dan 209 dari cetakan ini. Beberapa versi yang terdahulu dari buku ini memuat pernyataan-pernyataan ini dari halaman 216 sampai 218. Lefebvre menulis:

“Jelas adanya bahwa pembedaan-pembedaan tertentu harus dibuat. Jiwa-jiwa dapat diselamatkan di dalam suatu agama selain agama Katolik (Protestantisme, Islam, Buddhisme, dll.), tetapi bukan oleh agama ini.”

“Seseorang tidak dapat berkata, oleh karena itu, bahwa tidak seorang pun diselamatkan di dalam agama-agama ini.”

Pernyataan itu jelas bersifat bidah. Sebelum kami membahas pernyataan-pernyataan lain dari Lefebvre, mohon mempertimbangkan bagaimana perkataan Lefebvre secara langsung menentang ajaran Paus Gregorius XVI yang berkata demikian:

Paus Gregorius XVI, Summo Iugiter Studio (#2), 27 Mei 1832:
“Pada akhirnya, beberapa orang yang teperdaya ini mencoba meyakinkan diri mereka sendiri dan orang-orang lain bahwa manusia tidak hanya diselamatkan di dalam agama Katolik, tetapi bahwa bahkan para bidah dapat memperoleh kehidupan kekal.”

Lefebvre secara keliru percaya bahwa orang dapat diselamatkan tanpa iman Katolik dan di dalam agama-agama sesat, namun mereka diselamatkan oleh Gereja Katolik. Tidak, itu bukanlah ajaran Gereja. Gereja tidak mengajarkan bahwa orang-orang dapat diselamatkan tanpa iman Katolik dan di dalam agama-agama sesat, namun Gereja adalah sebab keselamatan mereka.

Paus Pius IX, Konsili Vatikan I, Sesi 2, Pengakuan Iman, 1870:
“Iman Katolik yang sejati ini, di luar mana tidak seorang pun dapat diselamatkan, yang sekarang saya akui dengan sukarela dan percayai dengan sungguh-sungguh ….”

Paus Gregorius XVI, (mengutip Paus St. Gregorius Agung), Summo Iugiter Studio (#2), 27 Mei 1832: “’Gereja yang kudus dan universal mengajarkan bahwa mustahil adanya untuk menyembah Allah secara benar kecuali di dalam dirinya [Gereja] dan menyatakan bahwa semua orang yang berada di luar dirinya tidak akan diselamatkan.’ Akta-akta resmi Gereja menyerukan dogma yang sama.”

Tidak, Gereja mengajarkan secara dogmatis bahwa semua orang harus memiliki iman Katolik, harus berada dalam agama Katolik, harus berada di pangkuan dan di dalam kesatuan Gereja – dan bahwa semua orang yang meninggal sebagai pagan, bidah, Yahudi dll. tidak diselamatkan.

Lefebvre juga menulis:

“Sewaktu kita mengucapkannya [yaitu bahwa di luar Gereja tidak terdapat keselamatan], ada kesalahpahaman bahwa kita berpikir bahwa semua orang Protestan, semua orang Muslim, semua orang Buddhis, mereka semua yang tidak secara publik tergolong anggota Gereja Katolik masuk Neraka. Saya ulangi, mungkin bagi seseorang untuk diselamatkan dalam agama-agama ini, tetapi mereka diselamatkan oleh Gereja ....”

Pernyataan itu juga adalah bidah. Apa yang sudah didefinisikan secara dogmatis oleh Gereja disebut oleh Lefebvre sebagai kesalahan. Ia mengajarkan bidah yang sama dalam bukunya yang berjudul Open Letter To Confused Catholics dalam bagiannya yang membahas ekumenisme. Ia secara eksplisit menyebutkan pada bagian itu bahwa ia percaya orang Animis dan Muslim dan lain sebagainya dapat diselamatkan tanpa iman Katolik. Lefebvre dan SSPX tentunya menerapkan pandangan itu kepada orang Yahudi pula, dan oleh karena itu secara langsung menentang Paus Gregorius XIII dan sekumpulan ketetapan dogmatis.

Paus Paulus III, Surat Bulla Sublimis Deus, 29 Mei 1537:
“ … manusia, menurut kesaksian Kitab Suci, telah diciptakan untuk menikmati kehidupan dan kebahagiaan kekal, yang tidak dapat diperoleh oleh seorang pun selain melalui iman akan Tuhan kita Yesus Kristus ... 

‘Pergilah dan ajarlah semua bangsa.’ Ia berkata semua, tanpa pengecualian, karena semua orang mampu menerima doktrin-doktrin iman ....”

Bidah yang sama ini juga diajarkan dalam brosur Serikat St. Pius X yang berjudul “Time Bombs of the Second Vatican Council.”

Romo Schmidberger (SSPX), Time Bombs of the Second Vatican Council [Bom Waktu Konsili Vatikan II], 2005, hal. 10: “Bapak ibu, jelas bahwa para pengikut agama-agama lain dapat diselamatkan dengan syarat-syarat tertentu, yaitu, jika mereka berada dalam kesalahan yang tidak teratasi.”

Bidah itu diajarkan oleh Bernard Fellay, mantan Jenderal Superior Serikat St. Pius X, yang secara eksplisit berkata bahwa ia percaya orang Hindu dapat diselamatkan tanpa iman Katolik.

Uskup Bernard Fellay, Konferensi di Denver, Co., 18 Februari 2006/The Angelus, “A Talk Heard Round the Word,” April 2006, hal. 5:
Kita tahu bahwa terdapat dua pembaptisan yang lain, pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah. Pembaptisan-pembaptisan ini menghasilkan suatu ikatan yang tidak kelihatan yang, bagaimanapun, nyata dengan Kristus, tetapi tidak membuahkan segala hasil yang diterima di dalam pembaptisan air … akan ada orang-orang, yang berada di dalam keadaan rahmat, yang telah diselamatkan tanpa mengenal Gereja Katolik. Kita mengetahui hal ini. Tetapi, bagaimanakah hal itu mungkin terjadi jika anda tidak dapat diselamatkan di luar Gereja? Sungguh benar bahwa mereka akan diselamatkan melalui Gereja Katolik, karena mereka akan dipersatukan kepada Kristus, kepada Tubuh Mistis Kristus, yang adalah Gereja Katolik. Tetapi, pemersatuan itu akan tetap tidak terlihat, karena hubungan yang kelihatan ini tidak mungkin terjadi bagi mereka. Ambillah contoh seorang Hindu di Tibet yang sama sekali tidak mengenal Gereja Katolik. Ia hidup menurut hati nuraninya dan hukum-hukum yang telah ditempatkan oleh Allah di dalam hatinya. Ia dapat berada di dalam keadaan rahmat, dan jika ia meninggal dalam keadaan rahmat, ia akan masuk Surga.”

Lefebvre membuat suatu kesalahan lain yang terkait dalam perkara ini. Ia mengira dirinya mempertahankan dogma “Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan” dengan berkata bahwa kita harus mengkhotbahkannya, meskipun kita percaya bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan di dalam agama-agama non-Katolik.

“Sewaktu kita mengucapkannya, ada kesalahpahaman bahwa kita berpikir bahwa semua orang Protestan, semua orang Muslim, semua Buddhis, mereka semua yang tidak secara publik tergolong anggota Gereja Katolik masuk Neraka. Saya ulangi, mungkin bagi seseorang untuk diselamatkan dalam agama-agama ini, tetapi mereka diselamatkan oleh Gereja, dan karena itu rumusannya benar: Extra Ecclesiam nulla salus. Hal ini harus dikhotbahkan.”

Tidak! Itu adalah kesalahan modernis. Gagasan bahwa dogma merupakan norma asasi untuk bertindak, namun bukan norma untuk percaya, sudah dikutuk oleh Paus Pius X.

Dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan bukan hanya suatu hal yang kami khotbahkan, namun juga sesuatu yang kami percayai dan ketahui sebagai kebenaran. Itulah sebabnya dalam mendefinisikan kebenaran ini, Paus Eugenius IV pada Konsili Florence, menyatakan hal berikut: “Ia [Gereja Roma yang Kudus] dengan teguh percaya, mengakui dan berkhotbah ....”

Dogma itu dipercayai dan dikhotbahkan oleh Gereja. Dan posisi bidah yang diajarkan oleh Lefebvre itu diterima oleh semua imam Serikat Santo Pius X. Mereka sayangnya tidak punya iman Katolik. Dan itulah sebabnya, para imam yang seperti itu bisa saja punya penampilan luar yang berkesan, mereka bisa saja berpegang kepada Tradisi dalam berbagai cara, namun ketika mereka menyangkal suatu dogma Gereja, segalanya itu tidak akan berguna apa-apa bagi mereka.

Paus Leo XIII, Satis Cognitum (#9), 29 Juni 1986:
“ … adakah seseorang yang dapat diizinkan untuk menolak satu pun dari kebenaran-kebenaran itu, tanpa, akibat penolakannya itu sendiri, terjerembap ke dalam bidah secara terbuka? Tanpa memisahkan dirinya sendiri dari Gereja dan tanpa menolak seluruh doktrin Kristiani segenap-genapnya?”

Kalau anda menolak satu dogma pun, anda menolak iman segenap-genapnya. Dan bidah yang sama itu dianut oleh hampir semua, bukan semua lho ya, namun hampir semua imam independen dan kelompok independen pada zaman kita. Bidah itu tentunya juga dianut oleh Sekte Vatikan II serta kelompok-kelompok di bawah Sekte Vatikan II. Fakta ini telah kami dokumentasikan selama bertahun-tahun, yaitu bahwa Serikat St. Pius X (dan banyak kelompok lainnya) percaya bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan dalam agama-agama sesat – yang jelas merupakan bidah terang-terangan! Orang-orang yang peduli tentang iman sejati paham tentang hal ini dan menyadari bobotnya.

Tetapi banyak orang lain yang bersikeras mendukung dan mempromosikan kelompok-kelompok tersebut sama sekali tidak peduli apa yang mereka ajarkan dalam perkara ini. Mereka pada dasarnya hanya peduli ke mana mereka bisa pergi Misa pada hari Minggu dan juga ke Gereja mana mereka bisa pergi. Sikap mereka itu tidak cukup untuk masuk Surga. Mereka mengompromikan iman, dan mereka tidak akan menyelamatkan jiwa mereka jika mereka tidak mulai percaya akan ajaran Gereja, dan berpegang kepada ajaran Gereja tanpa berkompromi. Dan orang-orang yang mendukung atau mempromosikan kelompok-kelompok yang percaya akan gagasan sesat tersebut, meskipun mereka sudah melihat buktinya ini, jiwa mereka tidak akan selamat.

Salah satu alasan Allah membiarkan hampir segalanya dirampas adalah Allah melihat orang-orang tidak peduli akan kebenaran dan firman-Nya. Adapun orang-orang yang peduli sedikit, mereka sering kali hanya terutama peduli ke mana mereka pergi Misa pada hari Minggu. Mereka tidak peduli tentang iman yang berkenan kepada Allah. Dan sikap mereka itu tidak cukup.

Itulah sebabnya ketika Raja Saul mencoba mempersembahkan kurban dengan cara yang tidak taat, Nabi Samuel berkata kepadanya bahwa ketaatan lebih baik daripada kurban sembelihan, dan “Karena engkau telah menolak firman Tuhan, Ia juga telah menolak engkau ....”

1 Samuel 15:22-23 - “Apakah Tuhan berkenan kepada kurban bakaran dan kurban sembelihan sama seperti kepada menaati suara Tuhan? Lihatlah, menaati lebih baik daripada kurban sembelihan, dan mendengarkan lebih baik daripada lemak domba jantan. Sebab pemberontakan setara dengan dosa bertenung, dan kegegabahan setara dengan kefasikan dan penyembahan berhala. Karena engkau telah menolak firman Tuhan, Ia juga telah menolak engkau sebagai raja.”

Anda harus menaati firman Allah dan menerima wahyu ilahi untuk memperoleh keselamatan. Itulah fondasi dari segalanya. Anda tak bisa mengenal Allah tanpa percaya akan kebenaran-Nya. Anda tidak bisa berkenan kepada-Nya. Anda tak bisa menyelamatkan jiwa anda. Segala sesuatu harus dibangun atas fondasi itu. Maka meskipun kelompok-kelompok yang lain itu memiliki penampilan luar yang berkesan, mereka tidak memiliki iman sejati. Mereka tidak punya fondasinya dan mereka tidak dapat berkenan kepada Allah.

Kelompok CMRI adalah salah satu kelompok bidah yang menyangkal kebenaran ini. Mereka percaya akan posisi bidah yang sama yang dianut oleh SSPX dalam perkara ini. Saya sekitar 12 tahun lalu berbicara dengan seorang imam dari CMRI yang bernama Romo Benedict Hughes. Dalam percakapan ini ia mengakui (dan rekamannya ada pada situs kami), bahwa ia percaya seseorang yang tidak percaya akan Yesus dapat berada di dalam Gereja. Dan ketika saya bertanya kepada dia apakah ia percaya orang-orang Yahudi yang menolak Yesus bisa selamat dalam keadaan mereka itu, imam itu tidak berkata bahwa mereka tidak dapat diselamatkan. Dia bukan Katolik! Dia tidak percaya akan dogma Katolik. Dia tidak percaya akan Injil.

Pernahkah para imam seperti itu membaca Injil St. Yohanes?  Atau surat-surat Santo Yohanes?

1 Yoh. 5:12 - “Barang siapa memiliki Putra, ia memiliki hidup; barang siapa tidak memiliki Putra Allah, ia tidak memiliki hidup.”

Yoh. 8:24 – “Jika kalian tidak percaya bahwa Akulah Dia, kalian akan mati dalam dosa-dosa kalian.”

Jadi mereka menolak Kitab Suci, Injil dan serangkaian ketetapan dogmatis. Mereka tidak Katolik. Mereka tidak punya iman sejati.

Beberapa orang tampaknya berpikir bahwa kaum bidah yang independen ini, yang beroperasi di luar sana, entah bagaimana mewakili hierarki Katolik yang sejati. Tidak! Terkait kelompok-kelompok bidah yang sedang kami bahas di sini, mereka hanyalah individu-individu bidah yang independen yang telah memutuskan agar diri mereka sendiri ditahbiskan. Mereka tidak punya izin dari Gereja untuk melakukan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka tidak terpanggil oleh Allah. Mereka tidak terpanggil oleh Gereja. Dan kenyataan bahwa mereka menyangkal dogma yang satu ini, namun tetap mengaku diri berfungsi sebagai imam Katolik, juga menjelaskan mengapa begitu banyak dari antara mereka sedemikian memusuhi ajaran Gereja bahwa anda harus dibaptis dan memiliki iman Katolik untuk memperoleh keselamatan.

Konsili Trente, Sesi 5, Kanon 4, Tentang Dosa Asal:
“ … melalui satu orang, dosa telah masuk ke dalam dunia, dan maut telah masuk melalui dosa … sehingga apa yang telah menjangkiti mereka secara keturunan, dapat dibersihkan dalam diri mereka melalui kelahiran kembali: ‘Sebab jika seseorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah’ [Yohanes 3:5].”

Mereka menyerang ajaran Gereja bahwa anda harus dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, karena mereka memberontak terhadap perlunya Yesus Kristus sendiri. Dan karena itulah perlawanan mereka terhadap posisi bahwa anda harus dibaptis, bukanlah perkara tentang katekumen yang belum dibaptis. Dan dalam perkara itu mereka salah. Itu sungguh mewujudkan pemberontakan Antikristus mereka terhadap perlunya Yesus Kristus sendiri, perlunya iman Katolik sendiri.

Sekarang, sebelum saya membahas lebih banyak tentang kelompok CMRI, saya ingin menyebutkan suatu hal tentang Romo Denis Fahey. Ia adalah seorang penulis pra-Vatikan II yang populer. Fahey menulis beberapa hal yang baik, namun ia sayangnya sangat buruk dan bidah dalam perkara keselamatan, seperti begitu banyak orang lain pada waktu itu. Seperti yang telah kami tunjukkan sebelumnya, Kemurtadan Vatikan II tidak begitu saja bermula pada Vatikan II. Jalan menuju kemurtadan itu sudah dirintis sebelum Vatikan II. Dan penyangkalan terhadap dogma keselamatan adalah faktor utamanya.

Di dalam buku Fahey yang berjudul The Kingship of Christ and the Conversion of the Jewish Nation, ia secara eksplisit mengajarkan bahwa ‘seorang anggota Bangsa Yahudi yang menolak Tuhan kita mungkin memiliki kehidupan supernatural yang hendak dilihat Allah dalam setiap jiwa’ – yang berarti keadaan rahmat.

Romo Denis Fahey, The Kingship of Christ and the Conversion of the Jewish Nation (1953):
“Orang-orang Yahudi, sebagai suatu bangsa, secara objektif bertujuan memberikan kepada masyarakat suatu arahan yang sama sekali berlawanan dengan tatanan yang dikehendaki Allah. Seorang anggota Bangsa Yahudi, yang menolak Tuhan kita, mungkin memiliki kehidupan supernatural yang hendak dilihat Allah dalam setiap jiwa, dan karena itu menjadi baik dengan kebaikan yang diingini Allah, namun secara objektif, arahan yang hendak diberikannya kepada dunia berlawanan dengan Allah dan dengan kehidupan itu, dan karena itu tidak baik. Jika seorang Yahudi yang menolak Tuhan kita baik adanya dalam cara yang dituntut oleh Allah, hal itu demikian adanya kendati gerakan yang sedang melibatkan diri orang itu dan bangsanya.”

Jika seorang Yahudi, yang menurut Fahey menolak Tuhan kita, dapat berada dalam keadaan rahmat, orang yang sama itu juga dapat diselamatkan dalam keadaan seperti itu. Dan ajaran semacam itu tentunya, seperti yang telah kita lihat, adalah bidah terang-terangan. Sangat menarik pula ketika Fahey menggunakan istilah “Bangsa Yahudi”; istilah itu hampir persis sama dengan istilah yang digunakan Paus Gregorius XIII dalam konstitusi apostoliknya: … Iudaeorum quondam nationem…”

Paus Gregorius XIII merujuk kepada bangsa orang Yahudi – tetapi ajaran Sri Paus dan Fahey dalam perkara itu justru berlawanan. Paus Gregorius XIII dengan benar mengajarkan bahwa seluruh bangsa itu, jika mereka tidak mengakui Kristus, akan diusir dari Yerusalem surgawi. Tetapi Fahey justru berkata: ‘Oh tidak! Beberapa dari mereka bisa diselamatkan.’ Pernyataan itu adalah bidah.

Sekarang, Romo Bernard Welp, seorang imam dari kelompok CMRI, ditanya melalui email oleh seseorang yang kami kenal: apakah ia setuju dengan ajaran Fahey yang baru saja dikutip dan ajaran Lefebvre bahwa jiwa-jiwa dapat diselamatkan dalam agama-agama non-Katolik. Dia menjawab melalui email dengan berkata demikian: “Tentunya.”

Tentunya. Sebagai orang Katolik, kami tidak menerima gagasan keselamatan universal yang sesat yang dipromosikan di V II. Jiwa-jiwa tidak dapat diselamatkan di luar gereja tetapi mereka yang mencari Allah menerima pembaptisan (oleh karena itu menjadi bagian dari gereja) keinginan JIKA: 1 – ketidaktahuannya tidak teratasi 2 mereka memiliki iman supernatural 3 kasih supernatural. Saya telah menjawab pertanyaan anda...”

Dan dia mengatakan beberapa hal lain untuk terus menekankan bahwa dia setuju dengan posisi yang diungkapkan Fahey dan Lefebvre. Dia tidak Katolik. Dia sama sekali menolak dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Dia menolak Injil; mereka tidak percaya akan Injil. Dan posisi itu diterima oleh semua imam CMRI. Mereka tidak Katolik. Dan mereka tidak terpanggil oleh Allah. Mereka tidak terpanggil oleh Gereja. Mereka hanya sekawanan bidah yang telah secara gegabah berfungsi sebagai imam, meskipun mereka tidak diizinkan berbuat demikian. Dan mereka bahkan tidak Katolik.

Maka orang-orang yang melihat fakta-fakta ini dan terus mendukung atau mempromosikan kelompok-kelompok ini, akan binasa jiwanya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi kelompok-kelompok ini, namun juga banyak kelompok lainnya seperti SSPV, kelompok uskup Sanborn, dll.

Inilah masalah utamanya, yaitu penyangkalan terhadap kebenaran ini. Dan karena itulah di banyak kalangan semacam itu, anda bisa mengutip ajaran Kepausan tentang Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan – dan lalu mereka akan menanggapi dengan menyebut anda “Feeneyit”! – suatu istilah yang sangat tidak akurat. Sebabnya itu adalah karena mereka sungguh-sungguh dirasuki roh Antikristus, yang melawan perlunya Kristus dan pembaptisan-Nya. Dan karena itulah kami menyebut mereka sebagai “pencemooh Yohanes 3:5”, sebab mereka memang demikian adanya. Dan kami akan terus menyebut mereka seperti itu ke depannya.

Video ini hendak saya tutup dengan kutipan dari sepucuk surat bulla yang lain dari Paus Gregorius XIII, yang bertanggal 28 Mei 1581. Surat bulla ini membahas implementasi kebijakan-kebijakan untuk membantu orang Kristen yang sedang ditawan oleh orang kafir.

Paus Gregorius XIII, Christianae Nobiscum, 28 Mei 1581:
“Quod clemens piae matris officium nos quoque admonet ut miserorum captivorum aerumnis succurramus, fratrumque charitatem ad idem, quantum in nobis est, excitemus, ne, languescente paulatim extremis malis conflictatae carnis infirmitate, et hoste diabolo, se infirmis, et verbi Dei praedicatione, sacrificiorum et sacramentorum solatio, destitutis eorum mentibus, insinuante, desperationi succumbentes, ad susceptae in baptismo fidei desertionem inducantur…”

Paus Gregorius XIII mengkhawatirkan orang-orang Kristen yang ditawan, karena akibat tekanan dan kesusahan yang mereka alami, mereka mungkin meninggalkan iman yang telah mereka terima dalam pembaptisan. Sri Paus berkata:

Paus Gregorius XIII, Christianae Nobiscum, 28 Mei 1581:
“… agar jangan sampai akibat daging yang rapuh dan semakin lama semakin merana oleh karena penyakit-penyakit yang ekstrem, dan akibat Iblis musuh kita yang menyelisipkan dirinya sendiri ke dalam pikiran yang dilemahkan dan miskin pengkhotbahan Sabda Allah serta penghiburan dari Kurban-Kurban dan Sakramen-Sakramen, mereka pun menyerah kepada keputusasaan sehingga terbawa meninggalkan iman yang telah diterima di dalam pembaptisan ....”

Maka kita kembali melihat di sini bahwa orang-orang menerima iman di dalam pembaptisan. Dan ajaran ini konsisten dengan ajaran Konsili Trente dalam Dekret tentang Justifikasi: yaitu sebelum para katekumen yang tak dibaptis menerima Sakramen Pembaptisan, mereka mengemis iman dari Gereja yang mengaruniakan kehidupan kekal.

Konsili Trente, Sesi 6, Bab 7:
Sebab-sebab dari Pembenaran ini adalah: Sebab Finalnya bahwasanya adalah kemuliaan milik Allah dan milik Kristus … Sebab Efisiennya sesungguhnya adalah Allah yang rahim … Sebab Berjasanya adalah Putra Tunggal-Nya yang Amat Terkasih, Tuhan kita Yesus Kristus … Sebab Instrumentalnya adalah Sakramen Pembaptisan, yang merupakan Sakramen Iman, yang tanpanya pembenaran tidak pernah terjadi kepada seorang pun … Seturut tradisi apostolik, para katekumen mengemis iman ini dari Gereja sebelum sakramen Pembaptisan, ketika mereka mengemis ‘iman yang mengaruniakan kehidupan kekal’ ....”

Mereka menerima iman dalam pembaptisan! Maka menurut ajaran Konsili Trente, katekumen yang tak dibaptis tidak memiliki iman yang mengaruniakan kehidupan kekal sampai dirinya dibaptis. Itulah sebabnya mereka yang dibaptis disebut sebagai umat beriman. Itulah satu-satunya cara menerima iman, memasuki Gereja dan memperoleh keselamatan.

SHOW MORE